7 Hari Flashpacking di Sulawesi Selatan
Budaya. Alam. Sejarah. Olahraga. Hedon. Wisata pantai. Pegunungan. Kelilingi saja Sulawesi Selatan dan kita bakalan dapat semuanya. Ini dia, ide saya menjelajah tempat-tempat wisata di Sulawesi Selatan dan kabar baiknya, bisa kita kunjungi semua dalam tujuh hari cuti saja. (Teaser: Semua tempat liburan ini bisa dicapai hanya dengan dimulai dari mendarat di Makassar :-)).
H+1
Mendarat di Sultan Hasanuddin International Airport, Makassar. Naik bis malam sejauh delapan jam melalui Parepare dan Enrekang ke Toraja.
H+2
Tiba pagi-pagi sekali di Toraja. Keliling Toraja. Sorenya, ambil bis malam menuju Makassar.

Daerah berhawa sejuk yang berada sekitar delapan jam perjalanan dari kota Makassar ini populer dengan adat unik suku Toraja dalam menyimpan jenazah. Di Goa Landa dan Lemo, suku Toraja menyimpan tulang-belulang keluarga mereka secara sistematis dalam gua-gua di tebing. Situs Bori Parinding dibangun oleh suku Toraja sejak ribuan tahun lalu berupa kumpulan monumen untuk keluarga mereka yang meninggal. Sangat keren jika dikunjungi pada bulan-bulan musim liburan sekolah, karena saat ini merupakan musim puncak ketika suku Toraja mengadakan upacara rambu solo, yaitu pesta untuk pemakaman keluarga mereka.
Gambar diambil dari sini.
H+3
Tiba di Makassar. Sewa mobil, lalu pergi ke Rammang Rammang, Maros, sekitar 4-5 jam. Menginap selama dua malam di hotel Makassar (saya suka: Aston Makassar Hotel and Convention Center/Hotel Santika Makassar).

Hutan bukit kapur yang menjadi primadona tempat wisata di Maros ini adalah bukit karst ketiga terbesar di dunia.
Foto oleh Eddy Fahmi.
H+4
Seharian menikmati beragam tempat wisata di Makassar seperti Pantai Losari, Fort Rotterdam, dan Trans Studio Makassar.

Pantai Losari ini merupakan lokasi wisata yang menarik untuk menonton sunrise (ataupun sunset, jika kita senang suasana crowded sambil diberondong para pedagang asongan yang menjual makanan khas Makassar). Di sini kita bisa memancing atau main banana boat. Salah satu fasilitasnya, sebuah mesjid yang juga unik karena dibangun di atas air. Karena lokasinya yang bisa dicapai oleh jalan utama, tidak heran kalau pantai ini sering jadi tempat rendezvous dan bahkan menjadi pusat nightlife penduduk Makassar. Di Minggu pagi hari, tempat ini bahkan berubah menjadi pusat car free day. Gambar diambil dari sini.

Kompleks gedung pertahanan khas Belanda seluas tiga hektar ini menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda ketika masih menjajah Makassar di abad ke-17 untuk menguasai bisnis rempah-rempah di kepulauan Indonesia. Di benteng yang semula dibangun oleh Kesultanan Gowa ini, terdapat Museum La Galigo yang memamerkan macam-macam benda peninggalan dari kerajaan-kerajaan kecil yang pernah ada di Sulawesi. Saat ini, tempat ini sering dijadikan lokasi acara-acara khusus seperti pertunjukan oleh komunitas lokal Makassar. Jam buka: 8.00-18.00.
Gambar diambil dari sini

Taman ria tematik indoor ini penuh dengan wahana-wahana pengetes adrenalin dan dirancang dengan tema yang mengingatkan pengunjung aan acara-acara yang pernah ditayangkan Trans TV maupun Trans 7. Roller coaster dan rumah hantu yang didesain mirip acara Dunia Lain membuat theme park ini asyik untuk seru-seruan bersama keluarga. Di Trans Studio ini kita juga bisa menonton teater musikal dan bioskop 4D yang jadwal pertunjukannya berbeda-beda setiap bulannya. Juga ada tour keliling studio yang di-set mirip studio setting film sungguhan. Jam buka: 10.00-18.00.
Gambar diambil dari sini
H+5
Bermobil sejauh enam jam ke Bulukumba, singgah di Pantai Apparalang sebelum masuk Tanjung Bira. Menginap selama dua malam di hotel setempat (saya suka: Amatoa Resort/Anda Beach Hotel).

Kota pantai di Sulawesi Selatan ini berada sekitar enam jam perjalanan dari Makassar dan terkenal dengan pantainya yang pasirnya selembut tepung. Tebing di Pantai Apparalang merupakan spot favorit penggemar fotografi yang ingin memotret lautan pesisir Bira yang bergradasi biru toska. Jika bosan bermain banana boat di ombak pantainya, city tour dengan sepeda motor sewaan di Bira juga menarik. Kota kecil ini beken sebagai kota pinisi lantaran banyak penduduknya bikin bisnis produksi kapal pinisi. Kita bahkan bisa melihat proses pembuatannya dari dekat, termasuk naik ke kapalnya bila sudah jadi.
Gambar diambil dari sini.
H+6
Seharian bermain di Pulau Liukang Loe.

Di pulau penuh karang yang penduduknya tinggal di rumah-rumah panggung berwarna-warni ini, hampir tiap rumah penduduknya mengandung mesin tenun dan mereka langsung menjual sarung tenunan mereka di lapak rumahnya. Lautnya juga menarik, dengan terumbu karang berwarna-warni yang menggoda kita untuk snorkeling di dalamnya. Kita juga bisa berenang bersama penyu di tempat penangkaran penyu. Untuk ke pulau ini, cukup menyeberang dengan kapal kecil dari Tanjung Bira, dan siap-siap antisipasi karena dalam perjalanan menyeberang kita akan berpapasan dengan beberapa ekor ikan hiu kepala martil yang meloncat!
Gambar diambil dari sini.
H+7
Bermobil kembali antara Tanjung Bira – Makassar, singgah di Malino Highlands sebelum pulang dengan pesawat malam dari Bandara Sultan Hasanuddin.

Di resort yang berada di kaki Gunung Bawakaraeng ini, kita bisa menikmati hawa sejuk sambil cross country dengan bersepeda atau memakai kendaraan jelajah mengelilingi perkebunan teh sampai ke air terjun. Boleh juga duduk-duduk di teras kafe sambil menikmati teh hangat dan menonton turis-turis lain yang sedang bungee jumping atau berkuda. Di sini juga ada museum teh, taman burung, dan fasilitas teleskop. Yang tidak boleh dilewatkan tentu adalah Taman Midori Oka, tempat dipeliharanya macam-macam binatang khas Sulawesi Selatan. Malino hanya sejauh dua jam perjalanan dari Makassar.
Gambar diambil dari sini.
Bagaimana, Kawan? Tujuh hari flashpacking nyaman pun sudah dapat banyak tempat wisata di Sulawesi Selatan kan? 🙂
Ini ide saya, bagaimana ide Anda?
ekoseistem nya sangat terjaga berbeda . pertahankan sulawesi
Seruu n eksotis wisatanya, trims rekomendasinya Vicky, aq pingin bgt bisa ke tana toraja.
Ajakin aku juga dong 😀
Waaah Mbak Vicky dari Sulawesi Selatan, rupanya … sayang kita gak ketemuan ya Mbak 🙂
Saya bukan dari Sulawesi Selatan, Mbak. Saya ini orang Jawa yang senang jalan-jalan 😀
semoga suatu saat berkesempatan ke Sulawesi Selatan ya bu Dokter