Adakah Kompensasi?


Seseorang ditangkap di bandara kemaren. Dos-q ceritanya lagi mau boarding naik pesawat ke Singapura. Pas lagi ke toilet di pintu keberangkatan, tau-tau segerombolan polisi dateng dan minta orang ini ikut dengan mereka. Entah ini judulnya penangkapan atau penjemputan paksa, tapi yang jelas orang ini ditahan polisi.

Situasinya, orang ini sedang tidak berencana ngobrol-ngobrol sama polisi. Dia lagi mau naik pesawat ke Sinx, dalam rangka mau berobat ke Sinx (nggak tau dos-q sakit apa). Tapi gara-gara ditahan polisi ini, intinya orang ini nggak jadi terbang naik pesawat. Padahal, gw yakin, orang ini udah kadung mbayar tiket pesawat.

Yang jadi pikiran gw, itu polisi yang nangkepnya mau ngganti biaya tiket pesawatnya, nggak?

Ini yang bikin orang-orang males berurusan sama polisi. Bukannya mau menghalang-halangi penyelidikan ya, tapi kan kadang-kadang penahanan oleh polisi ini bisa menimbulkan masalah yang cukup merugikan orang lain.

Gw ingat cerita tentang seorang kolega gw sekitar 20 tahunan lalu. Jadi ceritanya, di sebuah ICU rumah sakit itu ada tim dokter yang mesti giliran jaga tiap malem. Sebutlah dalam satu tim itu ada empat orang. Yang bertugas jaga tiap malam ada satu orang, jadi tiap orang digilir jaga ICU tiap malam.

Nah, tersebutlah kolega gw yang merupakan salah satu dari tim itu, namanya dr X. Suatu malam datang seorang pasien ke ruang praktek dr X, minta surat keterangan sakit. Oleh dr X dikasih suratnya, lalu pasien itu pulang.

Besoknya, dateng polisi njemput dr X buat dimintain keterangan. Ternyata “pasien” yang kemaren itu mestinya jadi saksi buat suatu perkara, tapi dos-q pura-pura sakit dengan surat keterangan yang dibikinin dr X. Jadilah dr X kerepotan lantaran mesti bersaksi ini-itu di kantor polisi, lantaran dianggap membantu seorang saksi melarikan diri.

Pasalnya, dr X ini bertanggungjawab mengawasi pasien-pasien di rumah sakit. Akibat kudu dipanggil polisi, kolega-kolega dr X di rumah sakit jadi mesti berjibaku menangani tanggung jawab yang ditinggalin dr X. Padahal timnya kan cuman empat orang, dan tiap orang udah punya jadwal sendiri yang sangat padat. Di sini kita lihat bagaimana pemanggilan seseorang oleh kepolisian bisa merepotkan banyak orang yang nggak bersangkutpaut. Nggak heran orang males berurusan sama hukum coz mereka nggak kepingin meninggalkan tanggung jawab yang sangat hectic.

Anggap saja orang yang kemaren ditangkep di bandara itu ternyata memang nggak bersalah, lalu dibebaskan. Tapi kan tiket udah kadung dibayar dan hangus. Apakah polisi mau ngganti tiket yang hangus gara-gara sang tertangkap itu disuruh ikut polisi?

Polisi boleh-boleh aja manggil dr X buat jadi saksi. Tapi apakah polisi bisa cari dokter pengganti untuk pasien-pasien kritisnya dr X yang mestinya nggak boleh ditinggal-tinggal?

Supaya polisi tuh nggak “ngambil” orang begitu aja, tapi juga memperhitungkan dampak-dampak kerugian yang terjadi akibat “pengambilan” itu. Calon penumpang yang ditangkap, resikonya tiket hangus. Dokter ICU dijemput, resikonya jadwal jaga acak-acakan. Ibu rumah tangga ditangkap, resikonya nggak ada yang jagain anaknya. Penjaga kebon binatang diambil, resikonya nggak ada yang ngasih makan gajah-gajah. Anda pasti bisa menambah panjang daftar ini.

Bisakah polisi kasih kompensasi?

Catetan: Setelah nonton penangkapan di bandara kemaren, gw jadi rada jiper kalau mau ke toilet umum sendirian. Bisa-bisa gw dijemput polisi kalau lagi mau pipis, dan disuruh ikut tanpa menyelesaikan pipis gw. Kalau gw sampek nggak bisa nahan pipis di mobil polisi, apa polisinya sanggup kasih kompensasi?

25 comments

  1. mas stein says:

    menurut logika harusnya ada kompensasi mbak, wong perintah turun aturannya jelas, indikasinya jelas. kalo ternyata indikasi yang dikasih ndak terbukti berarti yang ngasih perintah harus tanggung jawab tho.

    tapi siapa bilang di sini semua nurut logika. hehe

  2. Bwahahaha..gimana caranya kompensasi pipis, Mi?

    Aku juga hati-hati banget kalau bawa barang dalam pesawat. Takut dicurigai bawa barang terlarang, ntie koper diodal-adil oleh pulisi bandara. Lha kan koperku sudah ta' tata yang rapi, baju-baju diatur menurut pasangan setelannya dan sesuai nuansa warnanya, terus kosmetik-kosmetik sudah disusun rapi menurut abjad.. Pulisi mana ngerti caranya ngembaliin tatanan koper cewek, apalagi kalo pulisinya cowok.. 😛

  3. emmy says:

    aku udah serius baca dari atas.. bgitu sampe bagian trakir… hahahaha mau aku gantiin pipisnya kak? ga usah pake polisi deh.. wakakakka..

    beteweee polisi atau petugas2 security emang suka sakarepe dewe..
    aku pernah diceritain temennya papa waktu barang2nya diperiksa secara paksa pas di airport.. trus tmennya papa bilang gini,

    "bapak kalo mau bongkar2 tas saya silakan.. tp nanti harus ditata persis sperti awal. kalo nanti packingnya berantakan akan saya tuntut!"

    hehe pinter kan jawabannya 😀

  4. Mungkin saja polisi sering kerja berdasar ide yg tiba2 muncul di kepala. Kebetulan aja, kemarin itu tiba2 punya ide nangkap ybs. So.. langsung deh diburu dan karena ybs ternyata sdg di bandara makanya disitu jugalah dia ditangkap.
    Yang namanya kerja berdasar ide, kan biasanya 'mendadak' banget. Jadi maklum aja kalo gak sempat bawa uang utk memberikan kompensasi atas biaya tiket yg kadung dibeli… namanya juga sedang buru2… hehehe

  5. Itu kalo maksa saksi pelapornya menggadaikan sapi, apakah juga termasuk perintah atasan?

    Saya kadang-kadang bingung, beginikah etos kerjanya, bekerja hanya untuk melaksanakan perintah atasan, bukan karena untuk mencapai tujuan definisi tugas. Lama-lama kalau atasan nyuruh kita masuk "jurang", kita juga harus patuh, gitu?

    Kalau kayak gitu caranya ya namanya bukan mencabut "nyawa" orang lain, tapi juga mencabut "nyawa" sendiri.

  6. ilhampst says:

    Males kalo udah urusan sama polisi, boro2 diganti kompensasi, lapor kambing dicuri sapi tergadai 🙂

    Waktu ngobrol sama temen yang kebetulan polisi, gw mengeluh masalah ini, tau gak jawabnya apa?
    "kami kan hanya melaksanakan perintah". Daripada berdebat, mending gw diem deh biarpun mangkel 🙁

  7. Memangnya pulisi itu kurang tunjangan ya sampek suka mintain duit segala ke yang ditahan? Mestinya ke yang ditahan kan mbok ya nyuguhin ma'em dan minum gitu, namanya juga kan mereka ditahan atas undangan pulisi, bukan karena kemauan sendiri. Kalo nggak disuguhi minum, orang mana mau lain kali main sama pulisi?

    *naif*

  8. aan says:

    jd dg kejadian ini masalah inti akan makin jauh dan temaram dari jangkauan dan akan ditenggelamkan oleh hingar-bingar perkembangan baru yang setiap saat bisa terjadi…

  9. Ya, makanya gw juga bingung. Kok pulisinya nggak ngomong-ngomong dulu sama mas-mas dan mbak-mbak imigrasi supaya si bapak jangan dicap paspornya. Emangnya pulisi dan imigrasi nggak punya henfon ya biar bisa kontek-kontekan dengan gesit?

    Lagian kalo emang si bapak bersalah, kan tinggal telfon aja ke pulisi Singapura supaya si bapak jangan diijinin masuk Bandara Changi. Supaya pulisi kita nggak keliatan kayak orang susah gitu, emangnya pulisinya Sinx nggak punya henfon ya sampek susah dihubungi?

  10. DewiFatma says:

    hahahaha….100x. Asli gw ngakak abis baca postingan inih..aduh.. ampe sakit perut nih…
    Btw, kasihan juga gw nengok si bapak yang ditangkep itu. Orang mau berobat kok nggak boleh. Mbok ya dibiarin dulu dia pergi berobat, udah sembuh tangkap deh. Atau jemput aja di RS Singapore kalo nggak sembuh-sembuh juga.

Tinggalkan komentar