Advokasi untuk Sapi

Kepada yang terhormat Para Pengurus Sapi Kurban,

Saya menulis ini karena rasa prihatin terhadap kesejahteraan para sapi kurban yang stres akhir-akhir ini. Semalam saya baca berita bahwa seekor sapi ngamuk di Sumatera Utara waktu mau disembeleh. Saya tidak tahu kenapa sapi itu ngamuk.

Apakah karena sapi itu merasa tidak dapat ruang penyembelehan kelas VIP? Atau juru sembelehnya tidak minta ijin dulu ke sapinya waktu mau nyembeleh lehernya? Atau sebenarnya sapinya nggak ngamuk, cuman kebetulan aja perangainya keras karena itu sapi Batak?

Saya juga mendapat berita semalam, bahwa di suatu tempat, sapi yang dipersembahkan seorang pejabat di sana ternyata sakit. Saya tidak tahu sakit macam apa yang diderita sapi itu.

Apakah sapinya sakit pusing-pusing, atau keseleo, atau masuk angin? Kalau manusia gampang saja sakit itu, pergi saja ke Puskesmas, kan Puskesmas itu singkatan dari PUSing, KESeleo, MASuk angin? Persoalannya, Puskesmas buat sapi adanya di mana?

Yang terhormat para pengurus sapi kurban, kita tahu bahwa menyembeleh binatang adalah kewajiban umat Islam untuk dibagi-bagikan kepada orang miskin. Itu sebabnya Sodara-sodara Pengurus Sapi menjadi orang paling dicari-cari banyak orang melebihi DPO-nya Densus 88, karena kalau tidak ada Sodara-sodara, ke mana mau berkorban sapi?

Tapi kita juga menuntut Sodara-sodara berperilaku profesional selaku pengurus sapi, termasuk juga profesional kepada sapi itu sendiri. Kenapa demikian, karena sapi itu kan mau disembeleh untuk orang miskin, jadi harus diberikan sapi yang terbaik. Artinya sapi yang mau dikurbankan harus sapi yang gemuk, bukan sapi yang kurang gizi. Harus sapi yang sehat seperti Mr Universe, bukan sapi yang sakit-sakitan. Harus sapi yang bahagia, bukan sapi yang stres dan tukang ngamuk.

Sodara-sodara Pengurus Sapi Kurban, kalau sampai terjadi sapi ngamuk dan lepas dari ikatan di Sumatera Utara itu, apa bukan tidak mungkin sapinya stres? Jangan-jangan dia sudah dijemur berhari-hari dan dijejalkan ke truk sempit bersama sapi-sapi lain yang tidak dia kenal. Memangnya dipikirnya siapa mereka itu, korban Nazi yang mau dijebloskan ke kamp Auschwitz?

Mbok sapi itu disenang-senangkan dulu sebelum disembeleh, Sodara-sodara. Dikasih hiburan naik kendaraan yang ada AC-nya, bukan disuruh naik truk panas-panas. Dikasih tempat duduk yang enak, bukan disuruh berdiri berjejal-jejal. Dikasih makan rumput yang segar-segar, bukan dijemur di pinggir jalan di tempat yang isinya pasir melulu.

Sapi juga kepingin sehat sebelum dikurbankan, karena itu sapi harus rajin dibawa ke dokter sapi. Mungkin sapinya harus periksa kolesterol, pasang IUD, atau vaksinasi anti TBC. Kalau sapi sehat badannya, tentu jiwanya juga bahagia. Bukankah dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat?

Karena itu, Sodara-sodara Pengurus Sapi Kurban, saya mohon Sodara-sodara menindak tegas kelakuan kolega-kolega Sodara-sodara itu yang masih suka menyengsarakan para sapi. Janganlah sapi itu dijejalkan semena-mena, disuruh naik-turun truk nggak jelas, dijemur lama-lama dan nggak dikasih makan enak. Kalau sapi kehujanan, ya coba diberi payung. Sapi perlu dihibur, didandanin pake asesoris warna-warni yang cantik, dan diputerin musik lagunya Maliq and d’Essentials.

Kalau sudah waktunya disembeleh, ajak sapi ke tempat eksekusi dengan lembut, bukan ditarik-tarik kasar. Lalu tebas lehernya dengan secepat kilat, bukan pelan-pelan seperti Stradivari main biola lagu Silent Night. Jadi sapinya nggak perlu menderita lama-lama. Sebab cara-cara kejam itu tidak sesuai dengan asas perikeadilan dan perikesapian.

Sodara-sodara Pengurus Sapi Kurban, daging sapi ini untuk orang miskin. Jadi harus daging yang berkah. Kalau dagingnya dari binatang stres yang disembeleh dengan cara yang keji, ya itu namanya tidak berkah.

Bagaimana kalau nanti di akhirat Sodara-sodara disuruh mempertanggungjawabkan perbuatan kejam Sodara-sodara kepada sapi-sapi itu? Apa Sodara-sodara mau di akhirat nanti dikejar-kejar sapi yang kepalanya menggantung-gantung karena Anda menyembeleh lehernya pelan-pelan?

Saya menulis ini bukan berarti saya membela para sapi. Sapi-sapi tidak pernah kenal saya, mereka tidak pernah nge-follow blog saya, atau nge-add saya di Facebook. Saya juga bukan aktivis klub pecinta sapi, karena saya lebih cinta Brad Pitt ketimbang sapi.

Tapi saya menulis ini karena saya peduli kepada kesejahteraan para sapi, karena Tuhan menciptakan sapi untuk dimakan manusia, apalagi sapi kurban. Kalau Nabi saja lembut kepada anjing yang haram buat dimakan, kenapa kita tidak mau bersikap ramah kepada sapi yang memang disuruh buat dimakan?

Sekian surat saya, mohon maaf jika ada kata-kata saya yang tidak pantas. Semoga tidak ada lagi berita sapi yang sakit pada musim kurban tahun depan, baik sapi sakit badan maupun sekedar sapi yang sakit jiwa. Jayalah para pengurus sapi kurban, semoga Tuhan memberikan berkah karena Sodara-sodara merawat sapi dengan baik.

Tertanda,
Vicky Laurentina
Pecinta Steak Daging Sapi

30 comments

  1. Anonymous says:

    Kalau saya sapi … saya mau ngedaftar jadi sapinya mba Vicky … dapat ruang ber AC dan makanannya enak pula … iya mbak ?

    Hidup sapiii
    Arry

  2. Ditempatku sapi yang menunggu giliran di sembelih diletakkan di tempat yang agak jauh dari tempat penyembelihannya dan menurutku si tukang jagalnya jago banget karena pada saat menyembelih sang sapi tidak meronta dan kelihatan pasrah seolah sambil berzikir (ih lebay ya..)

  3. Aldo says:

    Beberapa tahun lalu, saya sempat baca berita di koran kalau sempat terjadi kegaduhan di jalan protokol yang cukup ramai di Jakarta. Ternyata karena sapi-sapi qurban yang dimuat di truck lepas dan berlarian di jalan raya.
    Untung bukan banteng yah.

    Salam,
    Aldo

  4. Geli mbayangin sapi stres bikin laporan ke surga..

    "Ridwan, ini saya melapor dalam keadaan stres. Saya tadi disuruh naik truk panas-panas, dijejalin, dan nggak dikasih makan dan sepanjang jalan disuguhin musik dangdut. Lalu sampai di sana, badan saya ditarik-tarik ke sana kemari, terus saya disembeleh, katanya buat jadi kurban Pak Haji Anu. Bagaimana ini? Maaf tulisan saya ini acak-acakan, kepala saya puyeng soalnya tadi leher saya disembeleh dengan gaya alon-alon tapi nggak klakon.."

  5. Wolah mbak ada ada aja.. Tapi bener juga mbak.. Saya setuju.. Hewan kurban haruslah dipilih terbaik dari yg terbaik.. Soalnya hewan2 tersebut akan langsung kesurga bwat laporan.. Keterlaluan kalo yg dkorbanin gak sehat atau stres.. Kalo laporannya salah kan qta juga yg rugi…

  6. mawi wijna says:

    mbak tau? di tempat saya, pas ada sapi yang mau disembelih, sapi lain ditutup matanya pakai kain. Kita bilang hewan itu juga perasa, walau itu sapi hanya bisa melenguh. Tapi mungkin sebelum disembelih harus ada "pawang sapi" yang bertugas meyakinkan sapi bahwa dirinya akan menemui ajal…

  7. Aku lebih setuju sama teori kelas festival 😀

    Makanya aku concern di atas supaya sapinya duduk manis di bangku VIP, jadi nggak pegel berdiri sepanjang jalan, gitu lho. Kalo naik bis kan masih mending bisa nyantolin tangan ke pegangan di tiang. Jadi kalo supirnya ngerem mendadak, penumpang masih bisa pegangan. Lha di truk kan nggak ada pegangannya. Kalo supir truknya ngerem mendadak, sapinya mau pegangan sama apa? Yang ada juga sapinya jatuh nimpa sapi di depannya, kan kesiyan sapi yang paling depan jadi kegencet!

    Why should I care about this cow thing??

  8. fahmi! says:

    pernah merhatiin nggak sapi2 itu kalo diangkut naek truk, kenapa selalu berdiri ya? beda dg ayam, selalu duduk ndeprok dg nyamannya. padahal posisi berdirinya sapi itu nggak ergonomik (imho). apalagi berdiri di kendaraan yg bergerak kan lebih capek daripada sekedar berdiri di atas tanah.

    kenapa sapi2 itu nggak duduk ya? apa karena mereka cuman dapet tiket kelas festival?

  9. Tolong didukung, Pak Dwiki, saya mau bikin Gerakan 1.000.000 Facebookers Pendukung Sapi Kurban, hehehe..

    Sebenarnya urusan pembagian daging kurban ini kan udah masalah lama dan panitia mestinya bisa belajar dari pengalaman pahit. Misalnya, jauh-jauh hari udah mendata penduduk miskin yang mau dikasih daging kurban. Calon penerimanya dikasih kupon, jadi yang ngambil cuma boleh yang punya kupon saja. Dengan begitu nggak akan terjadi orang-orang kaya pura-pura miskin atau orang-orang miskin "kiriman" yang ikutan rebutan daging kurban.

    Islam sudah mengajarkan disiplin di Qur'an, tapi umatnya yang suka nggak mau praktekkan dalam segala urusan, termasuk urusan pembagian daging kurban. Ya disiplin oleh panitia untuk memanajemen acara dengan baik, sampai disiplin para penerima daging untuk sekedar bersedia mengantre dengan sabar.

  10. Membaca surat Mbak Vicky di atas, nampaknya perlu dibuat "Grup Pecinta Sapi" di Facebook ya? 🙂

    Melihat berita sekitar Idul Adha di televisi, sudah banyak lho panitia kurban (sapi) stres diserbu warga. Kabarnya pula yang mengantri orang-orang cukuo berada, dan bahkan ada pengantri yang kemudian menjual daging sapi yang diperolehnya. Ada-ada saja.

    Yang jelas, panita kurban (sapi) dimanapun untuk tahun-tahun mendatang perlu suatu manejemen antrian warga yang bagus. Biar gak desak-desakan dan terinjak-injak. Sebenarnya ini kan justru menjatuhkan citra Islam kan?

  11. Ya itulah, kan gimana mental sapinya pas mau dipotong, itu tergantung dari kondisi sapinya pas dia masih dijual. Makanya sebenarnya nih surat lebih jitu kalo dibaca tukang jualan sapi, bukan tukang sembeleh sapi, coz kan mereka yang seumur-umur paling banyak berinteraksinya dengan si sapi, hehehe..

  12. Hm, gitu ya? Lantaran tenaga yang ada hanyalah tenaga spontan yang nggak ngerti ilmu persapian?

    Kalo gitu, untuk memperoleh tenaga-tenaga profesional yang memahami cara menyenang-nyenangkan sapi, gimana kalo dibikin aja STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Persapian)? Lulusannya bisa dipake kapan aja, untuk keperluan Idul Adha, untuk pagelaran Karapan Sapi, untuk pembuatan iklan susu, macem-macemlah..

    *makin malem diriku makin nggak nggenah*

  13. Wakakakakakakakakakakakaka
    Duh bu dokter,
    mau ketawa sambli guling-guling nih.
    Memamng sih para pengurus sapi kurban itu perlu ditatar bagaimana memperlakukan sapi dengan baik sehingga itu sapi tidak stress atau kalau perlu dibikin bangga itu sapi dengan pengorbanan tertingginya menjadi makanan para fakir miskin.

    Masalahnya sekarang yang menjadi pengurus sapi kurban itu kebanyakan adalah tenaga spontan yang tidak pernah belajar ilmu persapian ( merawat, menyenangkan , memelihara dan memotong sapi ).

    As usual , kocak , renyah dan tetap ada hikmah plus satu lagi tulisannya bagaikan bola liar yang pantulannya " unpredictable".
    Pokoknya tip markotop deh
    tabik

  14. sibaho way says:

    ah, itu akal-akalan para sapi aja menghindari kewajibannya. sok stress, sok malu-malu, sok menderita. dari tahun ke tahun juga begitu gayanya. saya paham sapi-sapi model gitu vic, menghindari takdir dengan belas kasihan.
    pokoknya say no mercy to sapi-sapi. go tukang jagal go.. !! 😀

    *para sapi yg selamet tahun ini berharap tahun depan gw dikorbanin bareng mereka. piss sapi…*

  15. 😀 Sebenarnya saya ketawa mendengar ide Qori, tapi mudah-mudahan doa Qori terkabul.

    Kita memang nggak boleh kasar sama sapi lho. Kalo sapinya dikasarin, nanti dia ngambek nggak mau ngeluarin air susunya, udah gitu dagingnya jadi nggak empuk..

  16. Qori says:

    waduh, memang kita harus berlembut-lembut dengan sapi, mbak?

    saya doakan , semoga para sapi yang udah menginggal memberikan syafaat/pertolongan sama mbak diakhirat ntar.

Tinggalkan komentar