Kenapa Pemula Jangan Main Saham?

Orang-orang yang kepingin mulai main saham di pasar modal sebaiknya baca ilmu saham ini. Supaya nggak gagal, terus masuk jurang.

Growing Assets

Kalau Anda sering mantengin blog saya, Anda pasti nyadar bahwa saya punya kolom Growing Assets. Sewaktu saya bikin kolom ini, maksud saya ialah membagi pemikiran saya tentang dunia investasi. Investasi yang saya maksud ini ya investasi pasar modal, seperti dunia saham dan reksadana yang saya gelutin selama ini.

Awal-awal bikinnya, saya bermaksud supaya tulisan saya dibaca oleh sesama pelaku pasar modal. Entah itu pemilik saham atau sesama pemilik reksadana. Ya pokoknya mereka-mereka yang punya sejumlah modal dan kepingin mengembangbiakkannya supaya nilai modalnya bertambah. Itu sebabnya kenapa nama kolomnya Growing Assets.

Saya jelas nggak menujukan tulisan ini untuk mereka yang belum mencicipi dunia investasi. Golongan orang yang takut bangkrut, takut jatuh miskin, atau bahkan nggak tahu bahwa di dunia ini ada istilah bernama pasar modal, jelas nggak credible untuk baca kolom ini. Itu sebabnya tulisan di kolom ini tergolong rumit dan nggak bisa dicerna orang awam.

Orang-orang Awam Kesasar

Tetapi dalam perkembangannya, tulisan-tulisan di kolom ini terbaca oleh orang-orang awam juga. Mungkin akibat upaya SEO yang saya kerjain terlalu kencang.

Dan akhirnya, tulisan saya tentang persahaman dan pereksadanaan banyak banget dikunjungin orang-orang yang tertarik untuk berusaha di dunia saham. Saya bilang tertarik, artinya sungguhan baru sebatas berminat tentang dunia investasi dan apa itu saham. Tapi mereka belum nyebur sungguhan menjadi pelaku pasar modal.

Golongan ini, rata-rata belum berumur 25 tahun. Artinya rata-rata masih kuliahan, belum punya pekerjaan. Kalau pun sudah punya bisnis sendiri juga masih jatuh bangun.

Mereka bisa dipastikan belum punya modal untuk beli saham maupun beli reksadana. Populasi orang-orang ini, menurut Google Analytics, sekitar 35% persen pengunjung blog saya. Itu jumlah yang cukup signifikan.

Dan kalau mau ditelisik lebih jauh, artikel saya yang paling sering dikunjungi di blog ini ialah cara melakukan bisnis saham hanya dengan bermodalkan aplikasi investasi saham di Android. Jumlah pengunjung artikel yang satu ini sampai 10% dari pengunjung total blog saya, padahal baru saya tulis tahun lalu. Kalau memang kebanyakan dari mereka belum berumur 25 tahun, saya bisa bayangkan anak-anak remaja veteran ini kemecer kepingin punya ternak duit. Lalu kesasar masuk blog saya. Kemudian mengkhayal kepingin bisa “main saham” cuma dengan klak-klik klak-klik HP, lalu jadi tajir dari return saham.

Saham adalah
Orang awam sering menyangka saham adalah pekerjaan menyeramkan yang berkaitan dengan kebangkrutan akibat keseringan main dengan komputer.
Padahal pekerjaan ini butuh analisa yang telaten. Gambar diambil dari artikel tentang persepsi.

Oh my God, alangkah sesatnya. Padahal yang saya kerjakan di dunia investasi saham nggak cuma sebatas main smartphone.

Maka banyak banget yang nanya sama saya, via japri. Mbak Vicky, main saham pakai aplikasi apa? Mbak, kalau main saham mulai dari mana? Mbak, kalau sahamnya harganya lebih rendah dari yang kita beli, kita rugi nggak? Dan segudang pertanyaan-pertanyaan awam lainnya.

Suer, saya malas jawabnya. Karena:

1) Pertanyaan-pertanyaan itu jawabannya punya arti yang berbeda untuk tiap orang. Jawaban bagi si A belum tentu manjur buat si B. Sialnya, yang tidak manjur itu bisa bikin orangnya dapat risiko saham terparah, yaitu “masuk jurang” alias bangkrut.

2) Pertanyaan-pertanyaan itu terjadi karena yang nanya itu belum baca dulu. Dia belum riset dulu tentang apa itu saham dan dunia investasi pasar modal. Untung masih mau nanya, sebab kalau nggak baca ilmu saham dulu, lalu langsung nyebur, bukannya dapat keuntungan investasi saham. Malah bisa-bisa dia masuk jurang alias bangkrut.

3) Intinya, kalau mau jadi pelaku pasar modal, terutama saham, dengan ilmu saham yang cuma sepotong-sepotong, risiko saham yang mesti dia tanggung adalah bangkrut. Padahal kalau menilik profil para penanya yang kebanyakan masih berstatus belum punya penghasilan, bangkrut bisa mengancam masa depannya. Risiko jatuh miskin, ngerepotin orangtuanya, bahkan sampai bunuh diri lantaran nggak punya duit.

Jadi, kalau ada orang yang nanya ke saya tentang apa itu saham dengan bunyi-bunyi pertanyaan indikasi awam, biasanya saya tanya balik dulu, “Ada apa situ kok tanya-tanya?

Kalau jawabannya cuman “Ya penasaran aja,” maka saya langsung cut pembicaraan dan pertanyaannya nggak saya jawab.

Tapi kalau jawabannya “Saya kepingin berhasil dalam main saham”, maka saya langsung tinggalkan penanyanya dan menyuruh dia kembali ke jalan yang benar untuk mencari rejeki. Lha?

Namun kalau jawabannya “Saya kepingin berhasil berbisnis saham,” maka saya dengan senang hati akan mengajari ilmu saham dari A to Z.

A-nya mulai dari mana?

Saya jawab: Tujuan.

Ada Tujuan Apa Kok Kepingin Masuk Dunia Saham?
Analisa saham
Salah satu langkah analisa saham yang mesti saya kerjakan adalah analisa teknikal.
Dengan mengamati grafik pergerakan harga saham, saya menentukan kapan saya berencana membeli dan kapan saya berencana menjualnya. Pada saat yang bersamaan, saya juga mengawasi anak saya main.

Ada macam-macam motivasi orang untuk menjadi pelaku pasar modal pada instrumen saham. Tetapi, kebanyakan, mereka kepingin mendapatkan keuntungan investasi saham tanpa harus bekerja. Itu manusiawi.

Nyatanya, selama saya berbisnis saham, saya tetap harus bekerja supaya saham saya menghasilkan pendapatan. Pekerjaannya adalah: saya harus meneliti sahamnya. Mulai dari cara pemilihan sahamnya, cara analisa saham yang bersangkutan, sampai cara menjual sahamnya di pasar modal. Jadi sebetulnya punya saham itu nggak menganggur doang.

Sampai di sini, yang mau menjadi pelaku pasar modal mesti siap mental. Saya mau bilang ke para pemula, kalau kalian pikir bahwa saham itu cuma naruh duit, lalu membiarkan duitnya berbunga sendiri, tanpa kalian ikutan bekerja, mendingan kalian buang jauh-jauh minat untuk masuk ke saham itu. Dan taruh aja duitnya di bank.

Tapi kalau kalian siap bekerja supaya saham kalian berkembang biak, boleh lanjut baca artikel ini.

Berapa Modal Saham yang Mesti Saya Siapkan untuk Investasi Pasar Modal?

Modal saham itu terserah. Saya nggak akan bilang Rp 100k atau Rp 5 juta. Percayalah, nggak ada bedanya kok.

Tapi yang paling penting bukan jumlah uangnya, melainkan diri kalian sendiri. Memangnya, kalian sudah siap masuk ke dunia saham?

Ini persiapan untuk mulai di dunia investasi saham: 1) Usia. 2) Aktivitas. 3) Tanggungan. 4) Rencana kapan dan seberapa banyak untungnya.

1) Usia. Ini penting, karena urusannya dengan legal. Meskipun sudah banyak peserta workshop ilmu saham baru berusia 9 tahun (iya, semuda itu.), nyatanya syarat untuk bisa jadi pelaku pasar modal, termasuk untuk investasi saham, adalah harus punya NPWP.

Kalau kalian sudah punya NPWP sendiri ya syukur. Tapi kalau kalian belum punya NPWP, pastikan orang tua kalian atau suami kalian punya NPWP. Karena NPWP mereka yang akan kalian pakai untuk buka rekening dana untuk investasi saham.

2) Aktivitas. Ini penting, karena urusannya dengan waktu yang mau diluangkan untuk analisa saham. Anggap saja kalian mau beli saham dan berharap harga saham tersebut akan kasih untung dalam tempo 12 bulan lagi. Maka kalian cuma perlu menyisihkan waktu untuk analisa saham demi memilih saham dari 500-an emiten di pasar modal, dan itu dilakukan hanya pada awal tahun. Maksudnya tahun baru ini? Bukan, maksud saya ya awal dari 12 bulan selama kalian megang sahamnya.

Tapi gimana kalau kalian berharap harga saham yang kalian beli itu langsung untung dalam tempo 3 bulan? Atau malah 3 minggu, atau bahkan 3 hari? Maka kalian perlu menyisihkan waktu lebih banyak untuk analisa saham, dengan meneliti grafik IHSG di pasar modal dalam frekuensi sesering yang kalian butuhkan. Did I saymeneliti”? Iya, membaca grafik IHSG bukan pekerjaan yang bisa dikerjain sambil ngupil. (Meskipun kadang-kadang saya melakukannya sambil ngorek kuping.)

cara beli saham online
Banyak orang mengira modal saham itu butuh banyak.
Sebenarnya, menurut saya, modal saham yang terbesar adalah waktu luang untuk belajar tentang analisa saham.

Apakah kalian mahasiswa yang masih harus gelut ngerjain skripsi atau tugas kuliah setiap hari? Atau apakah kalian ibu rumah tangga muda yang masih ribut punya bayi? Atau apakah kalian karyawan kasta beginner yang masih harus lembur dua kali seminggu? Tunda saja belajar ilmu saham ini dan tunggu sampai kalian punya waktu luang untuk belajar. Karena kuncinya, untuk bisa bertahan di dunia saham adalah mesti belajar analisa saham. Dan untuk belajar itu perlu waktu.

3) Tanggungan. Ini penting, karena orang yang mau investasi nggak boleh punya kewajiban yang masih susah dibayar.

Lagi nyicil beli rumah? Lagi nyicil beli motor? Masih nyicil biaya kawin sama si Maemunah tahun depan? Atau si kecil mau masuk SD tahun depan? Jangan masuk ke dunia saham. Beresin dulu kesulitan Anda dalam mengatur keuangan pribadi.

Peraturan yang selalu saya tegakkan buat diri saya sendiri adalah, jangan sekali-kali uang untuk cicilan selama lima tahun ke depan dipakai untuk beli saham. Kenapa? Karena keuntungan dunia investasi saham itu baru kelihatan moncer setelah lima tahun. Apa si Maemunah sabar menunggu selama itu untuk dikawinin padahal duitnya masih dipakai untuk menumbuhkan saham?

Lalu kalian akan jawab, “Tapi Kak, saya lihat ada tuh yang bisa dapat keuntungan saham hanya dalam tempo seminggu doang.” Jawaban kayak gini, dengan senang hati akan saya lempar ke persiapan nomer 2). Apakah Anda punya waktu luang untuk BELAJAR cara analisa saham? Kalian kira yang untung dalam tempo seminggu doang itu dulu-dulunya nggak belajar?

4) Mau keuntungan investasi saham sebanyak apa dan secepat apa? Ini berkaitan dengan kesabaran mengamati pergerakan harga di dunia saham. Para pemula kebanyakan nggak tahu mereka ingin dapat keuntungan investasi saham seberapa banyak. Buat mereka, yang penting beli saham dulu, nanti untungnya berapa ya itu urusan belakangan.

Saya kasih tahu aja ya, beli saham itu guampang banget. Tapi yang susah itu menjualnya. Kalau kalian mengharap duit kalian bisa untung sampai 4-6% (iya, ngitungnya persen, bukan berapa ratus ribu rupiah), mending kalian taruh duit kalian di deposito. Serius! Deposito itu cara mengembangbiakkan duit paling aman sedunia; keuntungannya sudah pasti akan didapat, dan nggak mungkin ada risiko rugi.

Sebaliknya, pergerakan harga saham yang kita beli hari ini, belum tentu minggu depan naik sampai 4%. Malah bisa bergerak naik 2% aja sudah alhamdulillah. Itu juga kalau nggak pakai episode harga turun dulu sampai 5%. Iya, risiko saham yang sudah pasti adalah harganya bisa turun dari saat kita membelinya.

Karena kalau kalian beli saham hari ini, lalu besok tiba-tiba pergerakan harganya anjlok dan turun terus, kemudian kalian galau setengah mampus, dan akhirnya memutuskan untuk menjualnya, itu yang saya sebut “rugi dan mestinya nggak usah masuk saham sejak awal”.

Bahkan kalau kalian sudah bisa tegakkan kepala dan berkata, “Saya nggak neko-neko, Kak, yang penting keuntungan investasi saham ini lebih gede daripada deposito”, saya tetap bilang nggak usah masuk saham. Kalau lu tetep kepingin investasi pasar modal, mending lu beli reksadana aja sono.

Reksadana itu artinya kita taruh uangnya di suatu manajer, dan biarkan manajernya putar uangnya. Sementara kita tinggalkan bobok, dan baru kita ambil duitnya lagi sekitar 3-4 tahun lagi. Manajer-manajer itu lebih pintar analisa saham untuk mengembangbiakkan uang. Sementara kapasitas Anda baru nanya-nanya doang tanpa tahu persis duitnya mau dibawa ke mana. Kenapa harus capek-capek mikir, kalau ada orang lain yang bisa melakukan investasi pasar modal atas nama kita, dengan lebih professional?

Tetapi kalau kalian bisa berkata, “Saya ingin keuntungan investasi saham saya minimal 10%, Kak. Nggak apa-apa meskipun saya harus nunggu 5 tahun lagi.”

Maka saya akan bilang, “Nanti duitmu bisa hilang 100% kalo nggak ngerti cara analisa saham.”

Lalu kalian akan jawab, “Nggak apa-apa hilang, saya udah ikhlas, itu duit nganggur. Namanya juga dana belajar. Makanya saya mau belajar cara analisa saham dulu sebelum trading saham sungguhan, supaya duitnya nggak sampai hilang.” Perkataan yang kayak gini yang akan membuat saya menjawab, “Then please stay with me, saya akan berusaha membantu kamu mempelajari pergerakan harga saham.”

Mengenali Saham, dan Diri Sendiri

Orang-orang yang tanya-tanya ke saya lantaran pingin jadi pelaku pasar modal, kebanyakan punya sangkaan yang sama tentang dunia saham. Mereka mengira bahwa naruh duit di saham itu sama dengan naruh duit di bank, lalu biarkan duitnya berbunga.

Saya nggak bilang itu salah, tapi ada situasi yang lebih kompleks dari itu.

Saham adalah bagian dari modal total untuk membiayai suatu perusahaan. Saat kita memutuskan untuk beli suatu saham, berarti kita memutuskan untuk mendanai usaha orang lain. Misalnya contoh saham yang kini sedang saya miliki, yaitu $ICBP, artinya saya pemilik saham Indofood. Berarti saya memutuskan untuk membiayai operasionalnya pabrik mie instant itu. Meskipun dana yang saya bayarkan untuk bikin mie instant itu cuma sepersekian kecil dari keseluruhan biaya operasional pabriknya. Tapi pada hakekatnya, tetep aja pabrik itu beroperasi karena saya ikut bayarin.

Kalau perusahaan yang saya biayain itu kinerjanya jelek, maka sedikit banyak pasti saya kecipratan getah nggak enaknya. Sebab keuntungan saya selaku pemilik saham itu diambil dari keuntungan perusahaan (yang dibagi-bagi ke sekian buanyaaak orang pemilik saham di sana). Jadi bisa dibayangkan, kalau perusahaannya rugi, maka keuntungan apa yang mau dikembalikan kepada para pemilik saham, termasuk saya?

Padahal lagi, yang menjalankan perusahaan itu jelas bukan saya. Saya nggak ikutan mikir varian produk mie instant apa yang baiknya dijual. Saya nggak ikutan mikir gimana caranya merawat mesin pembuat mie itu supaya nggak sampai rusak. Saya nggak ikutan mikir apakah buruh pabrik mie itu mesti dinaikin THRnya tahun depan. Saya ini cuman duduk meminjamkan duit untuk dipakai biaya operasional, dan berharap duit itu akan balik modal (dan bertambah).

Artinya apa? Kalau para manajer pabrik mie yang orang-orangnya nggak saya kenal itu nggak becus menjalankan perusahaannya, saya bisa rugi. Dan karena saya nggak kenal para pimpinan pabriknya, saya juga nggak bisa intervensi terhadap kinerja perusahaan. Meskipun saya ikutan urunan modal, kan saya punya saham di sana.

Sampai di sini, Anda yang para amatiran peminat saham masih mau nggak mempercayakan uang Anda untuk bayarin perusahaan orang lain yang nggak Anda kenal?

Saya nggak terkejut kalau Anda lebih senang menjawab “Mending gw bayarin usaha kecil-kecilan sodara gw, gw tahu karakter sodara gw kayak apa, jadi kalo dia nggak becus, gw bisa ikut campur supaya duit gw nggak amblas..” Ya memang betul kok.

Tapi, bayangkan kalau saya bisa baca kinerja perusahaan pabrik mie instant yang saya incar, sehingga saya tahu perusahaan itu profit 10 persen secara konsisten dalam lima tahun terakhir. Dengan begini, wajar kan kalau saya ingin mencicipi jadi pemilik modal di perusahaan itu? Daripada saya modalin usaha online shop tetangga saya, yang berdirinya aja baru 3 atau 6 bulan yang lalu, kerjaannya masih awut-awutan meskipun saya tahu betul bahwa tetangga saya itu orangnya ulet binti rajin.

Makanya kalau mau beli suatu saham, mesti belajar analisa fundamental saham dulu. Kenali dulu perusahaan penerbit sahamnya. Itu kinerja perusahaannya bisa bikin profit apa enggak? Gimana caranya tahu kinerja perusahaan itu? Jawabnya, dari laporan keuangan.

Tiap kali saya mau beli saham suatu perusahaan di pasar modal, saya mulai analisa saham itu dengan baca laporan keuangannya dan lihat trend pergerakan harga saham tersebut dulu. Perusahaan-perusahaan yang sahamnya bisa dibeli di Bursa Efek Indonesia, laporan keuangannya bisa diunduh gratis di situs BEI.

(Dan sebetulnya prinsip analisa fundamental ini berlaku juga kalau kita mau urun biaya pada usaha amatiran milik teman atau sodara. Sebelum kita urun biaya, pemilik usahanya mesti bikin laporan keuangan dulu. Itu untuk memprediksi apakah usahanya bakalan untung apa enggak.)

Lalu kalian mungkin akan protes, “Tapi Kak, saya nggak bisa baca laporan keuangan. Nggak bisa baca grafik pergerakan saham juga.”

Saya balikin complain ini ke persiapan nomer 2) Aktivitas. Apakah Anda mau meluangkan waktu di antara aktivitas Anda untuk belajar membaca laporan keuangan dan baca grafik pergerakan harga saham? Kalau nggak bisa, jangan masuk ke saham di pasar modal. Daripada risiko rugi karena nggak tahu duit Anda itu diapain aja oleh pemilik perusahaannya.

Dengan pemahaman begini, maka saya nggak pernah meladeni pertanyaan-pertanyaan ringkih semacam “Gimana caranya main saham?”

Sebab, saham itu bukan main, Nak. Saham itu bisnis.

Nggak ngerti cara baca trend pasar, saham pasti rugi. Nggak ngerti milih saham mana yang banyak peminatnya, Anda pasti rugi. Nggak tahu caranya mengetahui keuntungan perusahaan yang Anda beli, cepat atau lambat Anda pasti rugi.

Pokoknya kalau masuk ke dunia saham tanpa ngerti cara analisa saham, tinggal tunggu waktu sampai akhirnya Anda rugi.

Dan kalau Anda nggak kepingin ribet belajar seperti itu, jangan repot-repot buka halaman blog yang sangat berat ini. Tidak, tidak, tulisan tentang investasi pasar modal ini bukan untuk pembaca yang senang bacaan enteng.

Berikut ini adalah contoh tindakan trading dari seorang pemula yang mencoba “main” saham”:

saham KLBF
Seorang trader pemula yang sangat bersemangat belajar “main” saham mencoba membeli saham pertamanya, yaitu $KLBF.
Setelah berhari-hari $KLBF bergerak turun, akhirnya pada tanggal 21 November $KLBF ini dipastikan rebound dan sang trader pun membeli di angka 1640.
Saham KLBF
Anehnya, keesokan harinya, saham ini malah jatuh dan sempat terjerembab ke angka 1620, membuat hati sang trader pemula gundah gulana.
Akhirnya, ia memutuskan untuk menyelamatkan kerugiannya di angka 1635 pada hari Kamis sore, 23 November 2017.
Jadi ia hanya mampu menahan kegelisahannya akan turunnya harga saham $KLBF ini selama dua hari.
Untuk penjualan kembali saham ini, ia merugi sebesar 0,5% sebanyak Rp 500,- per lot. Tidak terlalu buruk kan?
Saham KLBF
Tetapi, pada tanggal 27 November 2017, persis setelah ia menjualnya, saham KLBF malah naik ke angka 1675.
Oh, coba saja kalau ia tidak menjualnya 3 hari yang lalu, ia mungkin sekarang sudah profit 2,5% alias Rp 4.000,- per lot. 🙁
Mengapa kemarin ia tidak bersabar?

Menurut saya sih, ia mestinya jangan menjual pada tanggal 23 November. Bahkan, jangan membeli saham ini pada tanggal 21 November juga.

saham KLBF
Trader pemula ini tidak membaca analisis teknikal bahwa semenjak tanggal 21 November, indikator CCI menunjukkan overbought pertanda market sudah jenuh untuk membeli saham ini. Jadi memang sudah waktunya saham ini turun harga.
Akan jauh lebih baik jika ia membeli pada masa antara tanggal 24 Oktober, paling lamban ya tanggal 2 November.
Karena pada saat itu indikator CCI menunjukkan oversold, artinya market sudah jenuh menjualnya dan sudah waktunya harga saham naik kembali.
Seandainya ia membeli pada masa CCI oversold ini, ia bisa mendapatkannya di harga 1600.
Lalu menjualnya pada saat CCI sudah overbought di angka 1650-1675. Kemungkinan keuntungannya bisa 4,5% atau sekitar Rp 7,500,- per lot.

Harusnya dia membeli saham ini pada bulan Mei 2017.

saham KLBF
Malah, lebih bagus lagi kalau dia sudah membelinya sejak bulan Mei. Karena pada tanggal 16 Mei 2017, indikator CCI menunjukkan oversold pertanda waktunya harga saham bergerak naik. Ia bisa membelinya pada angka 1510, dan menunggu sampai harga bergerak naik hingga CCI mencapai tanda overbought.
Dan ternyata menurut CCI, saham $KLBF ini sudah overbought di tanggal 20 Juni.
Sang trader pemula yang sudah membaca analisis teknikal bisa menjualnya di angka 1625, dan ia sudah bisa mendapatkan profit sebesar.. 8,3%. Itu profit yang sangat bagus bagi trader pemula pada tahun 2017. Malah ia bisa memperoleh bonus tambahan segala kalau mempertahankan selama periode itu, karena pada tanggal 15 Juni semua pemegang saham $KLBF memperoleh dividen.
Saya Ingin Belajar Ilmu Saham, Harus Mulai dari Mana?

Mulai dari belajar perencanaan keuangan dulu. Perencanaan keuangan membuat kita paham berapa besar dana yang mau kita taruh untuk saham, supaya dana saham itu tidak mengganggu kebutuhan kita yang lain.

Kalau dana untuk beli sahamnya sudah mantap (berapa pun jumlahnya), mulai belajar baca buku-buku tentang investasi dan buku-buku tentang analisa saham. Buku yang baik akan bisa kasih jawaban tentang ilmu saham ini:

1. Gimana cara analisa fundamental, terutama baca laporan keuangan?

2. Perusahaan mana yang sahamnya selalu banyak dibeli orang di pasar modal?

3. Gimana cara analisa teknikal untuk tahu kapan banyak orang sedang berminat pada saham itu?

Kalau pertanyaan itu sudah bisa dijawab, baru cari tahu di sekuritas mana bisa mulai bikin rekening untuk beli dan jual saham. Termasuk juga untuk bikin kartu Single Investor Identification sebagai pertanda kita adalah investor resmi yang terdaftar untuk dilindungi Otoritas Jasa Keuangan. Sekuritasnya juga yang akan menentukan aplikasi investasi saham di Android yang kita pakai untuk jual beli saham.

Iya, saham bukan mainan. Nggak ada itu istilahnya main saham. Karena saham, adalah investasi di pasar modal yang sangat serius.

[rank_math_breadcrumb]

31 comments

  1. rizka nidy says:

    Aku juga selalu jawab “Main reksadana aja gih kalo gak mau mikir dan berharap saham lebih menjanjikan dari deposito”. Kebanyakan orang yang belum teredukasi dengan baik apa itu saham dan bagaimana cara kerjanya, biasanya pada tertarik hanya karena cerita sukses orang-orang yang sudah nyemplung lama di saham. Padahal mereka gak tau sudah cut loss berapa persen sebelum akhirnya orang-orang sukses itu bisa cuan banyak, berapa kali ikut kelas pasar modal sebelum mengerti benar saham mana yang fundamentalnya bagus dan saham apa yang cocok untuk day trading.
    Meskipun pakai jasa stock broker, tetap saja investasi saham itu gak bisa ditinggal tidur dan melimpahkan kepercayaan 100% pada broker. Apalagi sekarang udah zaman online trading. Giliran rugi, yang disalahin brokernya. Padahal broker hanya sebagai investment advisor bukan decision maker. Semua keputusan beli/jual tetap ada di tangan investor.
    Jadi kalau dibilang saham bukan untuk orang awam, aku setuju banget! Perlu banyak belajar lebih banyak sebelum investasi di saham.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Betul banget, Nidy. Kebanyakan investor saham yang sudah berpuluh tahun berbisnis saham cuma cerita tentang trading suksesnya aja. Tapi trading yang menghasilkan loss jarang banget diceritain, karena malu!

      Dan aku sendiri ketawa kalau bayangin trader menyalahkan broker ketika rugi. Aku sendiri nggak pernah berkomunikasi dengan broker-ku, kecuali ketika aplikasi trading-nya ngadat, hahahaha..

      Aku rasa itu sebabnya kenapa kebanyakan investor jarang memulai bisnis saham sebelum umur 25 tahun. Karena pada saat sebelum umur itu, mereka belum bisa mengambil keputusan sendiri. Termasuk keputusan mau beli saham yang mana, kenapa beli saham yang itu, kapan mau ngejualnya, dan sebagainya.

  2. naisha says:

    hai kak vicky, saya mau berhasil dalam berbisnis saham, bisa dibantu dalam proses belajarnya?
    kebetulan saya juga domisili surabaya. kemarin sempet ikut seminar dan membahas investasi saham. saya mulai googling untuk cari tau apa itu saham dan cara kerjanya bagaimana dan alhamdulillah sudah mulai paham selesai baca blog ini

  3. Three part baton says:

    Gue dulu sempat kepikiran beli saham, udah baca-baca buku tapi ga mudeng sama teknik analisisnya. Pas baca artikel ini, seneng bisa paham. Gue suka blog ini.

  4. pas banget aku lagi mulai belajar saham mbak.

    pas kuliah belajar tapi ga ada keinginan praktik (padhal pas kuliah udah berpenghasilan juga)

    sejak follow ig nya @ngertisaham hati jadi tergerak.

    tapi belum brani apply. belajar dulu. bulan depan semoga bisa terjun..

    belajar dari blog ini juga deh ini… 🙂

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Iya, memang harus belajar dulu, baru terjun. Sebab kalau terjun tanpa ilmu niscaya jadi bangkrut. Kalau bangkrutnya bukan sekarang, mungkin bangkrutnya nanti.

  5. Himala says:

    Setuju banget mbak, yg paling penting & paling berat adalah harus meluangkan (waktu, pikiran, tenaga, emosi) untuk BELAJAR.

    Jadi inget waktu awal2 dulu, sekedar cara beli aja aku udah bingung hahaha

    Setelah akun & RDN beres, ternyata butuh waktu lama buat belajar & baca2 dulu sebelum akhirnya mikir, “Oke, saatnya praktek”. Dari awal ketemu banyak kekonyolan. Baru buka aplikasinya, udah bingung lihat kode saham jejer2, bingung apa bedanya harga bid & offer, dan kekonyolan2 lainnya dari orang yg baru belajar

    Setelah sedikit2 belajar, mulai kerasa tertarik & cocoknya ke mana.
    Aku ternyata lebih ke tipe investor, bukan trader. Lebih suka “nabung” rutin, walaupun harus nunggu 5-10 tahun kaya yg mbak tulis. Lebih pas juga reksadana, bukan saham yg bener2 harus meluangkan segunung waktu & proses belajar.

    Makasih banyak lho sharing-nya, mbak. Panjang, tapi insightful dan nampol banget… 🙂

  6. Indri Ariadna says:

    Meskipun sudah ikut SPM (sekolah pasar modal) kenyataan di lapangan dan real life jauh berbeda. Tahun-tahun pertama banyak banget saham yang nyangkut karena belum bisa analisa sendiri, beli sahamnya karena anjuran seseorang. Memang sih, banyak yang harus di pelajari, dari chart, indikator, support resistant dan juga sahamnya itu sendiri. Dan itu tiap hari. Apa daya, waktunya gak cukup (sekarang ini), jadinya lebih ke invest daripada trading.

  7. Diskartes says:

    Dulu usia minimum diatas 21 tahunan deh kalau ga salah. Soalnya saya pernah ditolak, jadi baru bisa ikut seminar2 gratis yang dilaksanakan oleh BEJ (kala itu), setelah cukup umur baru deh bisa beli.

    Artikelnya menarik, menjelaskan banyak hal dalam satu postingan terutama masalah mindset. Banyak orang buru-buru profit di dunia saham, padahal kalo pemula, ga rugi di tahun pertama uda bagus. Dan tks untuk rekomndasi ke buku ku ya mbak.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Jiaaaah..juragan bukunya dateng :))

      Dulu saya belajar dari Ariesz Putra bahwa analisis fundamental itu bisa dipelajari, analisis teknikal itu bisa dihafal, tapi satu hal yang nggak bisa langsung dihafal adalah urusan mindset. Kalau sebentar-sebentar udah kepingin jual karena takut harganya segera turun, maka keuntungan portofolio yang sesungguhnya tidak akan didapatkan. Dan saya rasa itu bisa disimpulkan sebagai investasi saham yang gagal, meskipun ada profit 2-3%. Jadi saya pikir, sebelum praktek analisis fundamental dan teknikal dalam jual beli saham, mending mindset investasinya dibangun dulu.

  8. iis says:

    temen sekantor ada yang bisnis di jual beli valuta asing,,.menurut mba Vicki lebih mudah menjalankan yang mana, Valuta asing atau Saham,,?

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Mohon maaf, saya nggak pernah berbisnis valuta asing. Jadi saya tidak tahu mana yang lebih mudah. 🙂
      Tapi saya nggak berminat untuk jual beli valuta asing juga. Karena saya hampir selalu membeli barang dengan rupiah 🙂

  9. Nanik wijiastuti says:

    Seneng bgt baca blog ini..
    Gimana sih mbak caranya biar bisa ikutan investasi..mau donk dipandu..terimakasih

Tinggalkan komentar