April Mop a la Bandara

Meskipun ini sudah lewat beberapa hari, moga-moga masih belom telat buat ngomongin April Mop. Terutama karena orang Angkasa Pura baru bikin lelucon yang semula saya kirain itu April Mop, tapi ternyata itu sungguhan.

Jadi mulai 1 April ini, airport tax di Bandara Juanda naik. Airport tax semula Rp 40k, sekarang naik jadi 75k. Mahal? Iya.

Konon, katanya nggak cuman Juanda aja yang naik. Tapi ada tiga bandara lain di Indonesia yang juga naikin airport tax pada 1 April ini, saya lupa bandara mana aja.

Saya bilang mahal coz saya nggak melihat ada perbaikan yang menguntungkan di bandara Juanda tempat saya biasa wara-wiri bepergian. Malah Juanda akhir-akhir ini merepotkan semenjak mereka me-launch ulang terminalnya yang baru, yaitu terminal 2. Terminal 2 sebetulnya airport lama, tapi sekarang difungsikan lagi. Yang rese, jarak antara terminal 1 dan 2 itu lumayan jauh, sekitar tiga kiloan gitu. Dan antara kedua terminal itu dipisahkan antara perumahan rural penduduknya Sidoarjo, jadi nyebrang keluar dari area kekuasaannya bandara.

Efeknya? Kalau saya mau jemput orang di bandara, saya harus tanya sama orang itu dulu, “Ntie lu mendarat di terminal 1 atau 2?”

Yang udah pasti langsung dijawab, “Ya ampun, Vic, meneketehe.. Pokoknya mendaratnya di Juanda..”
(Semenjak gondok gegara salah terminal waktu jemput orang dari Jakarta, saya jadi ngapalin. Pokoknya penerbangan domestik Garuda, Air Asia, dan Mandala, mainnya di Terminal 2. Domestik-domestik lainnya masih berkubang di Terminal 1.)

Dasar yang namanya terminal 2 masih baru, saya rewel. Apalagi kalau bukan masalah nunggu. Biasa deh, yang namanya flight kan kadang-kadang delayed, jadi penjemput dipaksa nunggu macem pengangguran. Tapi di Terminal 2 tuh tempat yang ada kursinya cuman food court, sedangkan food court itu paling-paling cuman bisa nampung sekitar 80-100 orang. Lha jumlah manusia penunggu di terminal itu jauh lebih banyak dari itu! Akibatnya di terminal 2 tuh banyak banget penjemput duduk ndeprok di lantai, membuat saya bingung, ini terminal pesawat atau terminal bis?

Saya mungkin masih lebih seneng nungguin orang di terminal 1. Karena di sana banyak pilihan tempat makan, sehingga banyak pilihan tempat duduk. Ada Excelso, ada AW, ada Dunkin Donuts, dan lain-lain. Lebih nyaman buat penunggu.

Saya ngerti sih, Angkasa Pura naikin airport tax untuk naikin mutu pelayanan. Tapi kok saya nggak merasakan kenaikan mutu itu sih?

http://laurentina.wordpress.com

http://georgetterox.blogspot.com

19 comments

  1. duniaely says:

    pas ke kampung halaman nov thn lalu msh 40 ribu ya mbak Airport taxnya, kebayang buat mereka yg suka terbang ke mana dlm rangka kerja atau liburan bayar AT dimana mana

    1. Saya senengnya naik Garuda. Soalnya tiketnya Garuda biarpun terhitung paling tinggi tapi dia udah include airport tax. Jadi kalo ngitung harga perjalanan nggak bikin sakit ati.

      Sekarang kalau mau beli tiket kudu nambah-nambahin Rp 75k. Nambahinnya itu yang bikin sakit ati.

  2. PRofijo says:

    Sejak ada otonomi daerah, jumlah yang signifikan dari airport tax disetor ke pemerintah daerah. Untuk meningkatkan PAD, salah satu yang digenjot ya itu….

    Karena PAD adalah prestasi Kepala Daerah yang sangat membanggakan, perkiraanku, air port tax ini akan lebih rajin naiknya 🙂

  3. Mugniar says:

    Pihak2 yang berhubungan dengan public service ini kadang2 koq kayak seenaknya ya …. gak mikirin mutu pelayanan. Ya kayak pengalaman mbak Vicky ini …. saya saja yang baca gondok -_-

  4. Ini akibat salah desain dan tidak memperhitungkan capacity planning, akhirnya bandara lama dihidupkan lagi ya. Padahal jalan masuk ke bandara sedati itu kan udah guede dan bagus, ada akses tol, sayang kok terminalnya kecil ya.

  5. Christin says:

    mahal amat naiknya hampir dua kali lipat gitu. mungkin sudah beneran terpaksa kali ya, karena kemarin-kemarin mereka merugi. semoga waktu-waktu ke depan kualitas bandara dan fasilitas2nya dibagusin deh.

Tinggalkan komentar