Ikutan Indonesia Mengajar sambil Belanja Lebaran

Lebaran tinggal tujuh hari lagi dan beberapa hari terakhir saya disibukkan dengan keruwetan milih baju Lebaran keluarga saya. Ini adalah Lebaran pertama kami bisa tampil rada eksis legaan dikit. Sebab anak saya, Fidel sudah berumur setahun sekarang, that means saya bisa rada mulai kayak emak-emak gengges yang pamerin dia ke sodara-sodara dengan penampakannya yang lucu menggemaskan dan lincah merangkak ke sana kemari dalam balutan busana Lebaran (bandingkan dengan Lebaran tahun lalu, sewaktu dia baru berumur dua bulan, dan kerjaannya cuman tidur-nyusu-tidur-nyusu doang. Kapan berisiknya bayi ini? :-p)

Makanya saya kepingin menikmati saat ini ketika saya mulai bisa mendandani anak saya dengan baju Lebaran, biarpun kayaknya masih susah buat nyariin baju koko untuk bocah yang bahkan belum bisa berdiri tegak, hahaha.. Lha abis kalau saya pergi ke toko-toko yang menjual model gamis terbaru dan melontarkan pertanyaan aneh “Pak, ada baju koko buat anak-anak nggak?” sambil nunjukin bocah dalam gendongan, entah gimana saya selalu dapat jawaban gelengan malas dari penjualnya.

Si bayi baru gede rada susah dapet baju lebaran, sementara saya dan suami malah lebih ribet. Pasalnya di keluarga kami, Lebaran nggak cuman satu hari, tapi bisa berhari-hari lantaran setiap hari adalah libur dan kegiatannya adalah silaturahmi sana-sini (ya iyalaah..semua orang Indonesia juga gitu, kali..)

Bahkan setelah musim liburan sudah selesai dan semua orang sudah balik dari lokasi mudiknya masing-masing, Lebaran masih berlanjut karena pasti ada undangan halal-bil-hala(h) dari grup ini komunitas itu. Gini nih risikonya kalau kami punya banyak kegiatan di society yang beda-beda, undangan pasti banjir dari sana-sini. Bagian yang paling saya concern adalah tiap undangan pasti ada foto-foto, efeknya nanti pasti ada tag-tagan foto di socmed. Lha gimana coba kalau di tiap event kami pakai model baju yang itu-itu terus? Kalau gitu, berapa long dress yang harus saya beli supaya di tiap foto bajunya beda-beda?

Makanya bajunya mesti ganti-ganti di setiap acara silaturahmi. Ngerti kan sekarang kenapa orang selalu borong banyak model baju gamis dan kaftan kalau beli baju lebaran? Karena lebaran itu panjang, acaranya banyak, jadi butuh bajunya juga banyak, hahahaha..

Dan yang mikirin kayak gini ternyata nggak cuman saya doang, sebab saya nemu banyak orang lain di negeri ini juga begitu. Tahu kerjaan orang-orang yang habis sahur itu ngapain? Bukaan..bukan tidur! Sebagian besar terlalu nanggung untuk tidur lagi setelah sholat subuh, karena mereka harus buru-buru kerja, jadi karena mereka takut jatuh ketiduran, mereka pilih mencomot smartphone dan internetan. Teman saya yang gawe di situs belanja online bahkan cerita kalau kunjungan ke website-nya naik sampai sekitar 152% pada jam-jam subuh. Bahkan pada jam-jam makan siang ketika orang-orang pada puasa, mereka lebih sering lagi buka website belanja online.

Belanja online baju lebaran
Kegiatan belanja online meningkat masif ketika bulan Ramadhan. Gambar diambil dari sini.

Barang apa yang paling sering dicari orang buat dibeli? Paling banyak tiket pesawat atau kereta api, tentu. Dan dengan presentase yang sama, sekitar 30%, orang paling banyak itu cari keperluan fashion. Membeli baju lebaran masih menjadi kebiasaan yang masif, di Indonesia. Dan orang Indonesia nggak cuman kepingin model baju gamis baru sewaktu Lebaran, tapi mereka juga butuh barang-barang baru pada hari raya itu, terutama tivi baru dan smartphone anyar. Nggak heran kan, mall elektronik selalu lembur dipenuhi pengunjung menjelang lebaran.

Apakah Anda juga termasuk bagian dari orang-orang yang belanja lebih banyak pada waktu bulan puasa bahkan melebihi 11 bulan lainnya? Kita mungkin dapet penghasilan sepanjang tahun, tapi dompet kita mengeluarkan lebih banyak uang sampai 2/3-nya selama bulan puasa. Siapa yang bilang hari belanja online itu cuman setahun sekali? Salah. Hari belanja online itu diulang pada waktu bulan Ramadhan. Pernah dengar istilah Harboldan? Itu singkatan dari Hari Belanja Online Ramadan. Baru terjadi tahun 2016, mereka sebutnya Harboldan 2016.

Tentu saja nggak cuman urusan belanja-belanjaan pro-Lebaran yang menjadi tujuan kita membobol dompet. Sebagian dari kita tentu udah persiapkan jauh-jauh hari sebelum Lebaran buat kewajiban kita terhadap Tuhan Yang Mahaesa, yaitu bayar zakat. Malah nggak terhitung sedekah yang kita keluarkan setiap hari kepada orang-orang yang membutuhkan. Karena kita tentu juga kepingin yang menikmati bulan full barokah ini nggak cuman kita doang, tetapi orang-orang yang nggak berpunya juga layak untuk menikmati hari raya. Ke mana Anda biasa melayangkan keajaiban sedekah Anda? Ke para pengemis pinggir jalan? Atau Anda selipkan di kotak-kotakamal di mall-mall? Saya punya alternatif lain yang menarik.

Sudah sering dengar kan tentang Indonesia Mengajar?

Keseringan ikutan gerakan kepedulian sosial ini itu, bikin saya familiar dengan organisasi gerakan sosial bikinan Anies Baswedan sebelum dia menjadi menteri ini. Indonesia Mengajar adalah gerakan komunitas pro bantuan pendidikan yang terdiri dari pemuda-pemuda yang beterbangan ke seluruh penjuru Indonesia (terutama ke daerah terpencil) untuk masuk ke sekolah-sekolah SD. SD-SD yang dituju adalah sekolah yang minim guru, yang saking terpencilnya lokasinya sampai-sampai guru-guru ogah untuk ditugaskan di situ. Pemuda-pemuda ini (yang sebagian besar tentu saja nggak punya background pendidikan kuliah menjadi guru) masuk ke SD-SD itu dan mengajar pelajaran-pelajaran basic selama beberapa minggu. Hanya pekerjaan sederhana, dalam lingkungan sederhana, mengajari individu-individu yang masih berumur kecil-kecil, tapi tujuannya besar, untuk membuat pengetahuan anak-anak ini bertambah.

Semenjak Anies mendirikan Indonesia Mengajar ini, sudah sekitar 184 SD di 24 kabupaten di seluruh Indonesia yang diajar oleh mereka. Sudah ada sekitar 3.000-an guru yang terbantu dengan adanya pengajar dari Indonesia Mengajar, dan ada sekitar 46.000-an murid SD yang terekspos oleh para pengajar alternatif ini. Dan pengajar-pengajar ini juga turun ke masyarakat setempat, mengajari ibu-ibu dan petani-nelayan setempat tentang hal-hal simpel, dan sejauh ini mereka sudah berhasil memberdayakan  sekitar 190.000-an orang rakyat pinggiran.

Tahun ini, Indonesia Mengajar kembali bakalan mengajari anak-anak di Indonesia. Sekitar puluhan pemuda yang sudah diseleksi akan diturunkan di beberapa daerah yang mungkin nggak pernah kita dengar namanya: Aceh Utara, Nunukan (tahu kan, daerah perbatasan Kalimantan Utara dengan Malaysia itu?), Pegunungan Bintang (somewhere at Papua yang tinggal ngesot ke Papua Nugini), Rote Ndao (pulau paling selatan di Nusa Tenggara Timur, paling selatan di Indonesia), dan Sangihe (di Sulawesi Utara, yang tinggal berenang sedikit lagi pun sudah sampai ke wilayah Filipina).

Lha terus hubungannya dengan belanja lebaran itu apa?

Saya mungkin nggak bisa ikutan turun jadi pengajar di Indonesia Mengajar, tetapi saya tetap bisa berpartisipasi lho. Kebetulan sekarang Indonesia Mengajar lagi kerja sama dengan Blibli.com bikin program #BelanjaKebaikan, di mana pembeli pada Blibli.com bisa ikutan menyumbang untuk kegiatan Indonesia Mengajar. Berapa banyak yang biasa kita bayar saban kali belanja online? Well, di program #BelanjaKebaikan, setiap kali belanja minimal Rp 500k, sebanyak Rp 50k dari jumlah itu akan ditransfer otomatis untuk membiayai kegiatan Indonesia Mengajar. Artinya, 10% dari jumlah yang kita bayar dalam belanja di Blibli.com adalah sedekah online untuk memberdayakan 190.000-an rakyat Indonesia di daerah terpencil.

Blibli Indonesia Mengajar baju Lebaran
Mekanisme program #BelanjaKebaikan

Mekanisme sedekah online untuk #BelanjaKebaikan ini cukup gampang. Saban kali kita belanja Rp 500k, kita akan dapat email berisi kode voucher. Kode voucher ini bisa ditukarkan dengan Iuran Publik – Indonesia Mengajar yang link-nya ada di dalam email tersebut. Di link ini, kita bisa request daerah mana dari target Indonesia Mengajar tahun ini yang mau menjadi tujuan donasi kita. Copy-paste kode voucher-nya ke halaman Indonesia Mengajar tersebut, dan voilaa..iuran kita sebanyak Rp 50k pun tersumbangkan secara otomatis.

Dengan program #BelanjaKebaikan, menjadi social philantropist ternyata cuman butuh satu klik.

Ilustrasi singkatnya bisa dilihat di video ini ya..

 

Jadi, tinggal berapa banyak lagi belanjaan Lebaran yang mesti dibeli? Dengan menyumbangkan sedekah online ke Indonesia Mengajar, nggak cuma kita ber-Lebaran, bahkan anak-anak terpencil di Indonesia ikutan dapat berkahnya. Keajaiban sedekah itu menyebar ke mana-mana.

Indonesia Mengajar Blibli
(1 gamis wanita + 1 baju koko pria + 1 stel baju anak) x 10%
= donasi untuk Indonesia Mengajar.
Gambar diambil dari sini dan sini

Karena Lebaran itu, nggak hanya sekedar punya gamis batik atau kaftan yang baru.

 

2 comments

Tinggalkan komentar