Kapan Harus Woro-woro?

Sering gini nggak, kalian disiarkan acara tertentu dan kalian dirayu buat dateng, jauh-jauh hari sebelum acara itu dilaksanakan, dan ternyata pas acara itu terjadi dan kalian udah dateng, kesan kalian akhirnya cuman:.. Yaah, gini doang?Saya pernah tuh kayak gini, waktu dulu saya baca iklan mau ada Pasar Seni ITB. Saya yang sudah lama tinggal di Bandung, semenjak kecil dateng ke Pasar Seni ITB yang diadain di kampus sana saban 3-4 tahun sekali. Acara itu selalu bikin semua jalan yang menuju ITB ditutup, karena memang jalannya di-setting untuk jadi lapangan parkir dadakan. Saya selalu datang sama bonyok dan kami menganggap ini acara senang-senang tahunan, dan kami kudu datang pagi-pagi supaya mobilnya dapet parkir. Sampek kemudian, terakhir kali saya dateng ke sana tuh sekitar 5-7 tahun lalu, saya sudah dapet iklannya jauh-jauh hari, ternyata pas kami dateng ke sana, lho..kok nggak sebagus festival yang dulu-dulu ya? Cuman ada bazaar barang seni nggak jelas, nggak ada pertunjukan orang-orang gila, intinya nggak seperti yang saya harapkan deh.Gampang saya ngomong gini kalo saya hanya bicara sebagai pengunjung. Tapi saya juga ingin bicara tentang sebagai panitia.Saya pernah bareng teman-teman merancang lomba dance dance revolution. Tahu kan, dance dance revolution itu orang nari-nari di atas sebuah papan yang bisa dipencet-pencet pakai kaki berdasarkan petunjuk di monitor. Teman-teman saya sudah ngiklan acara itu berbulan-bulan sebelumnya. Supaya bikin orang penasaran, teman-teman saya itu bikin iklan dari kertas warna-warni dan iklan itu cuman terdiri dari satu kalimat, misalnya "Jangan bunuh diri dulu!" atau "Kamu lagi patah hati?" Gitu doang, lalu kertas itu ditempelin di wiper mobil-mobil yang parkir di kampus.. :pSingkat cerita, lomba itu batal dieksekusi. Saya sendiri lupa apa penyebab batalnya, apakah karena kurang biaya operasional, atau ada senior yang nggak suka kalo kami bikin lomba di kampus sedangkan lomba itu nggak punya bau akademik. Tapi intinya, beberapa (mantan) mahasiswa itu kini masih penasaran, kenapa pada 10 tahun lalu mereka mendapatkan surat-surat kaleng di wiper mobil mereka yang melarang mereka untuk bunuh diri..Maksud saya, ini iklan yang gagal. Saya dapet iklan festival pasar seni yang sudah menarik tapi ternyata acaranya jelek. (Teman-teman) saya juga sudah capek-capek bikin iklan lomba dance dance revolution dan ternyata acara itu batal.Saya rasa, sebetulnya pasar seni itu nggak gagal. Hanya saja saya sudah baca iklan itu berminggu-minggu sebelumnya, dan saya memang menunggu-nunggu acara itu bertahun-tahun, sehingga semakin lama saya menunggu dari masa promosi hingga hari H, ekspetasi saya makin tinggi melampaui batas kemampuan acara itu untuk memuaskan saya. Jadi ini judulnya saya over-ekspetasi, gitu.Setelah ini, saya dapet pelajaran bahwa hendaknya bikin iklan acara itu ya mbok diatur gimana gitu supaya nggak jomplang sama acaranya sendiri. Yang enak itu memang kalo acaranya dikunjungin pengunjung dan pengunjungnya puas semua, sedangkan iklannya minim (jadi minim dana operasional). Yang nggak enak itu kalo iklannya sudah kadung jor-joran, tapi acaranya biasa-biasa aja.Sebetulnya sulit untuk memuaskan pengunjung, karena tiap orang kan punya ekspektasi yang berbeda-beda. Jadi mungkin jalan keluarnya, akan jauh lebih baik kalo onset iklan itu jangan terlalu lama. Contohnya, kalo memang acara itu cuman untuk mengundang 100 orang aja dan acara itu diadakan bulan Juli lantas iklan itu sudah disebar dari bulan Januari. Ini cuman lomba nari antar mahasiswa seuniversitas, bukan festival breakdance antar propinsi..Saya mau bikin acara penting yah tahun depan, dan sekarang saya lagi menggodok supaya acaranya berhasil. Berhasil itu maksudnya, setiap orang yang dateng itu puas, dapet kesan yang menyenangkan, nggak ada yang uring-uringan cuman gara-gara mobilnya nggak dapet parkir atau gara-gara nggak dikenali waktu salaman sama saya (lho?). Moga-moga saya mengiklankan pada saat yang tepat dan nggak bikin orang jadi over-ekspetasi. Doain ya, mudah-mudahan saya berhasil. Amien 🙂

http://laurentina.wordpress.com

www.georgetterox.blogspot.com

28 comments

  1. @zizydmk says:

    Ini mirip dengan kejadian beberapa waktu lalu.
    Tapi kebalikannya. Acaranya bagus, peserta yang ikut juga bagus, tapi promonya sedikit sekali, alhasil tidak mendapati target pengunjung…

  2. Arman says:

    yah namanya iklan vic. pasti dibikin seheboh mungkin. karena tujuannya adalah mendatangkan pengunjugn sebanyak2nya. masalah ntar pengunjungnya kecewa ya yang penting udah rame kan yang dateng. hahaha.

    kita nya juga tiap ada event gak boleh too high expectation juga sih…

  3. Pengalaman dikecewakan iklan tuh kayanya udah keseringan, jadi sekarang aku punya rumus sendiri: Kalau suatu hal (acara, film, buku, etc) pake iklan yang jor-joran atau berlebihan, sering kali hasilnya mengecewakan. Tapi kalo iklannya biasa-biasa aja, sewajarnya, sering kali malah memuaskan. Dan kenyataannya, berdasar pengalaman sih, emang begitu.

    Kayanya setiap kita punya ekspektasi atas suatu hal yang ingin kita lihat, dengar, baca, nikmati. Dan iklan yang berlebihan bikin kita over-ekspektasi. Para tukang ngiklan kayanya perlu tahu hal ini. 😀

    1. Lho, kalo kita sampek over-ekspektasi itu sebetulnya bukan salah iklannya, Mas Hoeda. Itu salah event organizer-nya yang memasang timing pengiklanan yang tidak tepat dan tidak menyesuaikan kesederhanaan acara dengan kemegahan iklan 😀

  4. zachflazz says:

    semoga berhasil, para undangan puas dan kenyang, seluruh massa yang ada di tempat keramaian itu (termasuk Pak Satpam, Pak Koki, Pak Parkir, dan lain-lain) tersenyum bahagia setelah acara pesta itu selesai.

Tinggalkan komentar