Mungkin..mungkin karena diadakannya di mal yang paling mahal buat dipake belanja, dan mal itu sendiri paling mahal sewa space-nya dari semua mal yang ada di kota, makanya acaranya jadi sepi. Mungkin..mungkin karena pas gw dateng ke sini, itu lagi hari Jumat, jadi orang ogah ke sana kalo nggak perlu-perlu amat.
Mungkin..mungkin lantaran acaranya garing, cuman ada MC yang merangkap tim hore, tapi secara umum nggak ada yang bisa dijadiin tontonan, soalnya band yang mestinya bertugas main musik ternyata belum waktunya main, akibatnya kedua MC itu cuman berkicau haha-hihi aja sendirian, padahal katanya band-nya mau main alat musik yang dibikin dari genteng.
Mungkin..mungkin karena biarpun tajuknya di workshop ini pengunjung bisa kursus keramik kilat, tapi kemasannya sendiri kurang menarik, jadi nggak banyak yang berminat.
Mungkin..mungkin karena barang-barang keramik yang dipamerin di sini ujung-ujungnya adalah barang lucu tak berguna, bukan sesuatu yang fungsional, sehingga lama-lama yang melihatnya pun cepet bosan.
Mungkin..mungkin karena barang keramik jualannya sendiri di-display di lantai atas yang kurang strategis menarik perhatian pengunjung, jadi banyak pengunjung yang nggak tau bahwa di atas dijual barang-barang keramik.
Mungkin..mungkin karena alasan itu juga, makanya pameran keramiknya sendiri sepi, ya sepi oleh pembeli, ya sepi oleh penjual juga, jadi banyak banget stan yang nggak dijaga, kalo nggak gimana caranya gw bisa motret keramik sebanyak ini?
Mungkin..mungkin sebenarnya acara ini menarik, tapi entah kenapa gw nggak konsen dan pikiran gw malah melayang kepada orang yang posisinya satu jam perjalanan pesawat dari tempat gw.
***
Catatan dari yang punya blog: Ini sebuah review tentang festival, dibikin setelah gw nyatronin Ceramics Festival yang diadain di Braga City Walk, Bandung. Kali ini gw merasa kejujuran gw sebagai seorang pengamat sungguh-sungguh diuji. Biasanya gw bisa menemukan sesuatu yang menarik dari segala macam situasi cemen, tapi kali ini, tumben-tumbennya gw gagal menemukan yang menarik di sini. Tadinya gw udah putus asa coz gw merasa festival ini terlalu membosankan buat ditulis, tapi kemudian gw ingat..ngeblog harus jujur, kan? Nulis harus apa adanya, kan? Kalo acaranya bagus ya bilang bagus, tapi kalo acaranya jelek ya bilang aja jelek. Lain kali, kalo gw mau ke festival keramik, gw mau ngajakin orang yang ngerti keramik aja.
yah gitu deh vick… lagi jenuh dengan yang namanya internet… jadi sempetttt pingsannn dulu….
1. Ke mana aja kau, Yu?
2. Nggak sopan ya, dateng-dateng langsung ngenyek aku.. 😛
udah lama nggak nyatronin blog mu… cuma mau kasih komentar… baru tahu pemilik blog ini punya jiwa seni 😛
Hahaha..aku bukan dalam rangka mau jemput orang yang naik pesawat. Tapi kayaknya ide mecahin keramik itu seru juga, hahaha..
harusnya diadakan lomba memecahkan keramik di pameran itu. pasti rame tuh!!
hehehehehe
"Kenapa Gw Pulang Lebih Cepat dari Festival"…mungkin mungkin seseorang yang berjarak 1 jam perjalanan naik pesawat, pesawtnya sudah mau sampai jadi takut telat jemputnya.
Aku nggak akan nge-review keramik lagi. Beneran deh. 🙁
aku juga gak suka dan gak ngerti keramik. jadi jgn ajak aku ya. hehehe..geer siapa juga yg mo ajak kamu, fan.
Wow ….
Super kreatif …
Repewnya sangat unique sekali.
Mungkin , mungkin dan bungkin…
tabik
Kayaknya sih alasan nomer dua dan nomer tiga, Bang. Hahaha..
vic, dirimu itu suka menyambangi segala yang berbau seni, emang suka atau mencoba untuk suka, atau ada seseorang yang suka seni :))
Terima kasih. Salam kenal juga.
O_O…
Ada festival keramik rupanya ya. hehe…
Salam kenal aja yah.
wow keren reviewnya mba
Mungkin ya, Mas. Soalnya iklannya juga nggak ada. Di koran cuman ada beritanya satu alinea doang di pojok halaman.
mungkin…mungkin promonya kurang,jadi pecinta keramik pada gak tahu ada workshop.
Ah, jangan, nanti kalo disebut di sini, dunia persilatan blog bisa jadi gempar, hahaha..
jadi siapa org yg berada 1 jam pesawat ituh? hihihi~ *nyamber*
Ini bukan sekunder, ini tertier..
Waduh padahal Bandung itu kota saya lho ( apa hubungannya? )Mungkin orang-orangnya sedang sibuk dengan urusan masing-masing sehingga belum fokus ke hal-hal sekunder.
Tujuan festival keramik ini adalah menjaring pelanggan anyar dari kota besar, karena itu usaha yang dilakukan adalah jemput bola di tempat-tempat yang perputaran uangnya tinggi di kota besar itu, antara lain ya di mal itu. Kalo cuma nungguin pembeli di tempat asalnya, nggak akan berhasil coz yang beli cuman orang-orang lokal doang atau orang-orang kota yang penggemar keramik aja. Tapi ya perlu ada manajemen sendiri dalam mengurus suatu festival keramik supaya festival itu mencapai omzet yang ditargetkan. Dan festival ini, nampaknya gagal menyedot omzet itu.
Festival di kota atau mall memang menurut saya kurang joss dibandingkan jika dilakukan di lokasi asalnya. Misalnya ada festival keramik itu diadakan di desa pengrajin keramik. Wah, pasti suasananya mendukung apalagi kita bisa berinteraksi langsung dengan para pengrajin yang bisa bikin kita lebih menghargai karya-karya mereka.
Padahal, kalo aku disuguhin kopi, aku cuman maunya cappucino, nggak mau espresso atau moccacino atau yang lainnya. Dan aku bisa kepingin kopi itu kapan aja, bisa sore bisa malem, belum tentu pagi. Tapi kalo harus sedia cangkir keramik dan nggak boleh yang lainnya, repot juga kalo menjamu pecandu kopi sungguhan.
aku juga nggak seberapa paham keramik. tapi aku tau kalo minum cappuccino itu mesti pake cangkir keramik, bukan kaca atau yg lainnya. dan volumenya mesti yg 150cc, bukan venti. dan cappuccino harusnya cuman dikonsumsi di pagi hari, bukan malam. melanggar aturan itu sama nggak kerennya seperti makan pizza dg roti tebal, atau makan pizza pake garpu dan pisau, hahahaaa 😀