Lalu saya ketawa dalam hati. Menyadari betapa ketololan bisa merangsang orang untuk jadi penghina.
Tapi sedetik kemudian tawa saya raib. Karena saya baru sadar, orang itu tolol karena dia nggak tahu. Jadi mungkin tugas saya untuk bagi-bagi pengetahuan.
***
Ingat saya waktu masih kecil dulu, nyokap saya selalu nyuruh saya gini, “Vicky, habis main di luar ya? Ayo cuci tangan sama kakinya dulu! Jijik, bawa cacing!”
Padahal saya nggak suka main tanah lho. Saya sukanya main sepeda. Tapi disuruh cuci tangan kaki ya saya manut aja. Biarpun saya nggak merasa bawa cacing.
Waktu itu nyokap saya nggak mengajari konsep “kuman”. Melainkan yang diajarin adalah konsep “cacing”. Semula saya mengira karena anak umur tiga tahun lebih paham arti hewan cacing ketimbang arti hewan kuman.
Sampai kemudian saya masuk sekolah kedokteran di umur 18 tahun. Semester pertama, hewan musuh pertama yang diperkenalkan kepada mahasiswa adalah cacing. Bukan kuman bakteri apalagi virus.
Kenapa? Ternyata Indonesia adalah negara endemik cacing parasit. Artinya di seluruh dunia, Indonesia merupakan negara yang banyak ditemukan cacing-cacing yang terbukti bisa menimbulkan penyakit pada manusia. Antara lain cacing gelang (Ascaris), cacing kremi (Oxyuris), cacing pita (Taenia), dan lain-lainnya.
Selain karena faktor ketropisan negara kita yang menjadi geografi yang disenangi cacing, juga karena sanitasi di Indonesia masih berada dalam taraf mengharukan. Kemiskinan pada 60 persen rakyat, ketidakcerdasan para ibu rumah tangga, kesulitan PAM menjangkau desa terpencil, minimnya sumber daya sungai yang jernih, membuat banyak rakyat masih kesulitan untuk memperoleh air bersih yang layak minum. Saat rakyat masih mengira bahwa air yang layak minum cuman air jernih yang nggak berbau, PAM masih berjibaku dengan susahnya mendekontaminasi air sungai dari partikel-partikel berbahaya, termasuk telur cacing yang nggak kelihatan dengan mata telanjang.
Efeknya buat penduduk Indonesia, selama negara Indonesia masih menjadi negara endemik cacingan, maka tidak satu pun dari perut rakyat Indonesia yang bebas dari telur cacing. Itu sebabnya ada saran supaya kita minum obat cacing enam bulan sekali. Meskipun Anda tidak merasa sakit. Karena obat cacing ini sifatnya untuk pencegahan, bukan untuk menghilangkan sakit.
Makanya C*mbantrin laku.
Jadi, kalau memang sang capres ini disarankan oleh kubu seberangnya itu untuk minum C*mbantrin, ya itu memang saran yang benar. Tapi itu belum lengkap. Karena yang harus minum obat cacing itu nggak cuman sang capres. Tapi yang harus minum obat cacing itu, juga seluruh rakyat Indonesia.
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Saya udah lama gak minum obat cacing 🙂 paling pas masih kecil aja suka minum Combantrin. Baru tau lho kalau ternyata kita semua perlu minum obat cacing.. Kalau cacingnya cuma dikit dan gak ganggu gak apa kali ya mbak :p hee..
Wah, sudah tahu penyebab perlunya minum obat cacing, Mbak. Tinggal terserah pilihan Mbak aja.. 🙂
aku jijik banget ama cacing ini. dan dulu bapak angkat aku itu sampe maksa2 minum obat cacing gara2 aku selalu alergi. setelah minum beberapa bulan kemudian berkurang deh alerginya.
Wah, untung sekarang nggak alergi cacing lagi ya..
Ntah mengapa, bicara masalah cacing aku langsung inget lagunya Susan.
Lagunya Susan yang mana ya?
obat cacing bisa di konsumsi tanpa harus ke dokter dulu? anak-anakku belum pernah makan obat cacing. Apa harus di beirkan juga
Obat cacing bisa dibeli di apotek. Dosisnya ada di belakang kemasan produknya. Tinggal disesuaikan dengan berat badan dari peminum obatnya aja.
oo gitu too.. tapi apa bener kalo orang cacingan itu makannya banyak tapi kurus terus? kadang gw curiga anak gw cacingan abis makannya banyak tapi ga gemuk2.. tapi ada yg bilang katanya kalo anak cacingan itu ada gejalanya: mual, muntah, dll, sedangkan anak gw si ga ada gejala spt itu. apa perlu minum obat cacing hanya untuk jaga2?
numpang nanya ya bu dokter hehehe thanks
Hai, maaf ya, gw baru jawab sekarang.. 🙂
Cacing itu masuk ke tubuh kita, dan dia makan nutrisi di dalam tubuh kita. Untuk keperluan ini, nutrisi yang sudah kita masukkan ke dalam tubuh kita diambil oleh cacing. Ini sebabnya kenapa orang yang mengidap cacingan, dia sudah makan banyak-banyak, tapi nggak bertambah berat badannya.
Jika populasi cacing dalam perut kita sudah cukup banyak, cacing-cacing ini akan mengiritasi usus kita alias bikin usus kita baret-baret. Reaksi usus yang mengalami iritasi adalah menjadi mual, muntah, kadang-kadang diare.
Tapi kalau populasi cacingnya belum banyak, ya nggak akan sampai bikin jadi mual.
Kalau Teph punya cukup anggaran, bolehlah seluruh keluarganya Teph minum obat cacing untuk jaga-jaga 🙂
Apalagi kalo nyeker…. Bahaya cacing tambang.. Aih seram. Jadi inget praktikum parasit melihat berbagai cacing sampe gak doyan maem.
Wah..Mbak Lala ini sangat menghayati praktikumnya, rupanya. Hihihi.
Saya setelah praktikum parasit itu langsung jajan banyak-banyak lho, Mbak. Soalnya laper. 😀