Ambil Kursus Nulis Travel di TBI

Nulis essay travel sebetulnya sudah jadi lalapan kegiatan saya sehari-hari sebelum pandemi Corona. Tapi suatu ketika saya ditantang buat nulis essay travel-nya dalam bahasa Inggris, dan saya kudu mengakui bahwa cara nulis saya ternyata masih perlu banyak perbaikan di sana-sini. Nggak tanggung-tanggung, tantangan ini datengnya dari kursus bahasa Inggris TBI, sehingga mau nggak mau saya jadi terpecut.

Bahasa Inggris saya nggak jelek-jelek amat. Mungkin karena saya pernah jadi muridnya The British Institute (TBI) ketika saya masih pakai seragam sekolah dulu. TOEFL saya pernah dipuji. Dan di kampus dulu, berdebat tentang ilmu medis dengan profesor dari luar negeri yang notabenenya cuman bisa ngomong English pun bisa saya lakukan dengan santai.

Jadi kalo urusan conversation, grammar, TOEFL, ya saya cincai laah..

Tapi memang saya jarang menulis dalam bahasa Inggris. Karena tulisan saya sehari-hari ya di blog atau di sosial media, dan saya selalu setting penontonnya bisa berbahasa Indonesia, maka saya nggak terlalu terlatih menulis artikel dalam bahasa Inggris. Tulisan saya yang berbahasa Inggris paling banyak ya di kolom-kolom review-nya situs online travel agent internasional. Dan review itu pun paling banyak ya tidak akan sampai lebih dari 50 kata, jelas tidak sebanyak tulisan saya di blog yang in-depth hingga ribuan kata per artikelnya. Maka saya jadi penasaran, kalau saya menulis artikel yang sama beratnya dalam bahasa Inggris, lalu dibaca orang yang penutur bahasa Inggris asli, sama menariknya nggak ya?

Beruntungnya, saya ditawarin kursus singkat tentang menulis kreatif beberapa minggu yang lalu. Kursusnya diselenggarakan di TBI cabang Kuningan Jakarta. Pendek aja kursusnya, cuman tiga hari doang, tapi lumayanlah memberi penyegaran untuk ilmu bahasa Inggris saya yang cetek ini.


Tentang Kursus Bahasa Inggris TBI

Banyak kursus bahasa Inggris di Indonesia, dan TBI adalah salah satunya. Pengalaman saya sendiri yang pernah jadi murid TBI pada 20 tahun yang lalu, belajar di TBI ini sangat memicu kemampuan bahasa Inggris saya. Alasannya simpel: Semua orang di TBI itu ngomong Inggris, nggak ada yang ngomong bahasa Indonesia.

Saya inget waktu saya ambil kursus di cabang TBI Bandung, semua gurunya ngomong Inggris. Bahkan guru yang tidak bule pun ngomong Inggris. Bahkan pertama kali saya masuk ke sana, baru nginjek di lapangan parkir dan tanya sama satpam pun, satpamnya ngomong Inggris.

Oke, satu-satunya yang masih melayani saya buat ngomong bahasa Indonesia adalah mbak-mbak resepsionis, itu pun karena kami bicara tentang pembayaran kursus.. :))

Tentang Menulis Kreatif di Kursus Bahasa Inggris TBI

Orang kalau les Inggris, biasanya yang diambil itu bisa jenis General English (mengajarkan menulis, menyimak, dan bercakap-cakap untuk amatiran), bisa juga jenis Business English (topiknya lebih ke arah bicara di lingkup pekerjaan profesional). Beberapa orang juga kadang ambil jenis les TOEFL, yaitu semacam bimbingan belajar yang ngajarin cara-cara menjawab soal-soal TOEFL. Ada versi-versi tes lainnya seperti TOEIC, IELTS, dan lain-lain.

Tapi kali ini, jenis les yang saya ambil adalah creative writing. Topik di sini adalah menulis artikel dalam bahasa Inggris untuk dibaca oleh native speaker alias orang yang aslinya memang bertutur dalam bahasa Inggris. Yang mengajarkan adalah gurunya TBI juga.

Saya ambil kursus ini bareng-bareng temen-temen lain yang sesama blogger juga. Sebagian besar dari kami sangat demen menulis tentang bepergian, alhasil kursus pendek ini banyak bicara tentang travel juga. Di sini, kami diajarin tentang cara menulis paragraf pembuka yang menarik, tentang hal-hal yang kudu ditulis dalam sebuah artikel tentang travel, dan juga kosakata yang perlu dimasukkan untuk bikin tulisan tersebut lebih menarik.

Kursusnya sendiri diselenggarakan secara online. TBI bikin ruangan khusus di Zoom dan Google Classroom untuk mengadakan kursus ini, jadi belajar begini macam konferensi online aja. Enak nih, saya tinggal duduk di rumah buka laptop, lalu ketemu teman-teman dari Sabang sampai Bandung. Teman-teman saya, Liza Fathia tinggal di Bandaaceh, sedangkan Deddy Huang di Palembang, sementara Mbak Maya Farnomisa dan Cilya Martalena di Tangerang Selatan. Sekarang memang modelnya kursus itu begini lho. Jadi kalau kursus itu bisa banget diadakan online, tinggal kita yang duduk di depan laptop atau bahkan smartphone.

Tiap kelas yang saya hadirin ini durasinya sekitar 2 jam. Sejam diadakan di Zoom untuk keperluan percakapan, sedangkan sejam berikutnya diadakan di Google Classroom karena untuk chatting tertulis. Dua-duanya cukup menantang.

Kalau lagi ngobrol di Zoom, saya cukup bersemangat menimpali pertanyaan-pertanyaan gurunya. Sebetulnya nggak berasa lagi kursus sih, soalnya isinya ngobrol doang. Tapi sambil ngomong itu, saya juga menyadari bahwa tata bahasa saya kadang-kadang salah. Udah gitu, saya sering salah menggunakan kata ganti orang ketiga (ngerti kan, maksudnya ngomong he tapi malah lidah kepeleset jadi she).

Anehnya, biarpun saya dan temen-temen lain itu ngomong English-nya belepotan, tapi kok ya ngerti-ngerti aja pembicaraan satu sama lain..

Chatting di Classroom masih lebih mudah, mungkin karena ngetiknya bisa sambil diedit. Ketahuan siapa yang tatabahasanya masih keserimpet, tapi ini jarang terjadi sih. Rerata pembicaraan saya dan teman-teman mudah untuk saling dipahami. Tapi memang, chatting di Classroom membuat alur pembicaraan lebih gampang ditelusuri.

Isi Pelajaran

Ada beberapa pelajaran ilmu menulis yang saya segarkan kembali setelah ikut kursus kreatif ini.

Bagaimana Menulis Judul

You should find a catchy title, short title is preferable, please create it in 2 words or 5. A title should target to its readers. We’d rather use incomplete sentence, and don’t put too much details inside.

Sampai di sini, saya yakin wartawannya media clickbait atau penulis judul sinetron nggak akan related :))

Ada beberapa ide untuk membuat judul:

  1. About how to, contoh: How to Have A Healthier and More Productive Home Coffee .
  2. About identifying and solving a problem, contoh: 6 Instant Confidence Boosters.
  3. Creating a controversial statement, contoh: Why All Guys Cheat.
  4. Using a short title, contoh: No Cellphones – By Law.
  5. Questioning a question, contoh: Want to Reverse All Your Health Issues?.
  6. Top list, contoh: Top 10 Facebook Advertising Mistakes to Avoid.

Prinsip Menulis BlogPost

Always do research, especially about keywords, what people are saying, and what people aren’t saying. Please write like speaking to 4th grader.

Saya sendiri nggak menelan pelajaran ini mentah-mentah, mengingat saya selalu mematok bahwa target pembaca saya adalah orang-orang berumur minimal 18 tahun. Isi konten saya seringkali kurang pantas dibaca anak-anak berusia belia, dan memang selera saya begitu. :))

Adalah menarik mengatakan bahwa artikel ini sebaiknya menulis what people are saying, what people aren’t saying. Bukan what people say, what people don’t say. Sebab yang dibilang what people are saying itu belum tentu forever, karena tergantung kontekstual waktu juga.

Menggunakan Adjective untuk Mendeskripsikan Tempat

Seringkali kita menulis review tentang tempat itu hanya bilang the beach is good, the food is nice, dan sejuta kata sifat lainnya yang sayangnya udah pasaran. Nah, di TBI ini diajarin macam-macam adjective. Untuk mendeskripsikan suatu tempat, kita bisa mengucapkan beberapa kata berikut berdasarkan jenisnya:

  1. Kualitas: beautiful, awful, expensive
  2. Ukuran: tiny, enormous, huge
  3. Bentuk: square, rectangular, round
  4. Pola: floral, plain
  5. Bahan: silver, cotton, porcelain

Contohnya, In the red Chinese restaurant, I tasted several huge sour shrimps which were dished on red expensive porcelain plates.

Ini jelas lebih menarik ketimbang nulis, I ate lots of shrimps there and they were delicious. Yah, meskipun kalimat pendek ini masih lebih meyakinkan ketimbang nulis Udangnya udang banget, gitu.. :))

Belajar Bahasa Inggris Tertatih-tatih

Meskipun sebetulnya kelasnya menyenangkan, tapi saya memang merasa banyak aspek dari pelaksanaannya yang kudu diperbaiki. Antara lain, kelas conversation-nya ini kan di Zoom ya, tapi nggak semua murid di dalam kelas itu mau membuka layar videonya. Akibatnya kita nggak tahu mimik muka ekspresi orang lain itu gimana kalau sedang bicara. Padahal dalam teknik conversation itu, kita wajib menyimak lawan bicara, termasuk menyimak ekspresi mukanya juga lho. Salah menyimak ekspresi muka bisa membuat isi pesan yang disampaikan itu menjadi mispersepsi.

Problem utamanya memang di jaringan internet. Banyak teman mengeluh sinyal internetnya byarpet sehingga dia tidak bisa menyimak isi pembicaraan dengan akurat. Kadang-kadang saya bicara sesuatu, tapi baru ditimpali oleh orang lain itu 15 detik kemudian (jadi kadang-kadang saya bingung, apakah nih orang bengong karena laper, atau memang jaringan dia yang lelet? :-D) Kayaknya memang masih lebih enak kelas offline ya, karena menerima respons immediately ketika kita bicara itu rasanya anugerah yang tidak ternilai :))

Menurut saya, kelas menulis kreatifnya kursus bahasa Inggris TBI ini cukup baik, karena kita selalu dipaksa disiplin ngomong bahasa Inggris sepanjang kelas. Beberapa pelajarannya bahkan nggak cuman berlaku bagi penulisan bahasa Inggris doang, tapi juga bisa diaplikasikan pada bahasa Indonesia sehari-hari. Tapi memang, untuk bisa menikmatin kelas ini, kita perlu menyiapkan waktu luang dan jaringan internet yang prima supaya bisa extract manfaat kelas ini seoptimal mungkin. Mudah-mudahan, lain kali saya bisa memperdalam lagi pelajaran tentang cara menulis artikel bahasa Inggris di TBI, terutama untuk menyasar penonton penyuka topik tentang perjalanan dan makanan.

TNI Kuningan Jakarta yang menyelenggarakan kelas creative writing yang saya ceritakan ini, sekarang lagi bikin promosi lho. Murid baru yang berhasil membawa temannya untuk ikutan les di TBI Kuningan, akan dibebaskan dari biaya registrasi. Ada diskon juga, sampai Rp 1,5 juta. Dan selama musim liburan ini, ada kelas create and discovery berupa kursus bahasa Inggris untuk anak-anak dan remaja, yang biayanya cukup Rp 200k aja. Kontak ya ke nomor-nomor ini untuk daftar: 0896-2821-0290, 0819-4672-7283, dan 08777-205-9115. Mau belajar bahasa Inggris ya, di kursus bahasa Inggris TBI.

32 comments

  1. Indah Juli says:

    Jadi ingat pernah kursus bahasa Inggris di TBI ini, tapi sudah kerja waktu itu tahun 2009 lah.
    Aku salut lho sama bloger yang menulis postingannya dalam bahasa Inggris, walau tulisannya panjang, tapi tertata rapi dan yang baca paham akan postingan itu.
    Wong tulisan dalam bahasa Indonesia saja masih banyak yang acak kadul.
    Mungkin sesekali perlu juga menulis post blog dalam bahasa Inggris ya, siapa tahu bisa memancing pembaca blog dari negara lain.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Aku beberapa kali pengen sih nulis artikel blog dalam bahasa Inggris. Hanya saja bingung optimasi search engine-nya gimana, karena jumlah permintaan dari search engine-nya pasti cuma dikit (yang baca pasti cuma bule-bule yang tinggal di Indonesia). Bagaimana pun, tenaga untuk nulis sebuah blogpost sangat besar, agak lelah juga kalau nulis bahasa Inggris itu sedikit pembacanya daripada nulis bahasa Indonesia.

  2. Kursus bahasa Inggris secara online gini memang butuh jaringan internet yang bagus ya. Ntar kalo lemot jaringannya, komunikasi kurang lancar ya mbak. Aku belum pernah ikutan kursus online gini, memang lebih enak kursus offline. Tapi kan lagi pandemi ya jadi memang kursus online yang lebih cocok

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Ya, sekarang aku merasa agak jarang menemukan kursus bahasa yang masih offline. Padahal kebutuhan akan belajar pasti tetap ada. Jadi kurasa untuk masa kini, belajar online tetap pilihan terbaik.

  3. Zam says:

    menulis dalam bahasa Inggris memang tidak mudah, terutama mengungkapkan ide dengan singkat dan efektif.. berbeda dengan bahasa Indonesia yang bisa banyak sekali campurannya, dengan bahasa Inggris, perlu cara yang bisa menyampaikan ide dengan efektif dan jelas.. penasaran juga dengan kursusnya..

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Ya, betul. Menulis dalam bahasa Inggris itu nggak sekedar menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Tetapi memang butuh berpikir dalam bahasa Inggris dulu, baru menulisnya dalam bahasa Inggris. Bukan berpikir dalam bahasa Indonesia untuk diterjemahkan ke bahasa Inggris.

  4. Keren Mba!
    Hallo, semoga nanti bisa join kelas-kelas TBI lainnya ya. Banyak banget programnya yang bisa meningkatkan skill dari sisi lainnya lho!
    Semoga TBI selalu di hati ya 🙂
    Stay healthy, creative and productive!

    Cheers,
    Marketing Communications
    The British Institute

  5. ainun says:

    kalau untuk nulis versi inggris, aku masih belum “pede”, sadar kalau tata bahasanya berantakan, apalagi kalau nulisnya nggak bener, malu juga hehe
    iya nih mba kalo ikutan les inggris, waktu conversation enakan ngeliat muka lawan bicaranya, kadang pendengaran ini nangkepnya nggak sama dengan yg diomongin,

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Iya, saya merasa banget, kalau diajak bicara pakai bahasa Inggris secara bisik-bisik tanpa melihat gerak bicara, saya mendadak jadi tunarungu :))
      Memang lebih enak jika ngeliat lawan bicaranya langsung 🙂

  6. eka fl says:

    aku ambil tips bikin judul blognya ya kak, sebelumnya gak kepikiran klo bikin judul aja ada rules nya biar tepat sasaran. aku bikin judul, jor-jor-an aja suka suka, hehe

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Ya, memang belajar itu bertahap. Ada yang merasa bikin judul itu cukup seadanya aja.

      Ada juga yang mengharap artikelnya itu menarik perhatian pembaca sebanyak mungkin. Nah, jika motivasi menulisnya adalah menarik perhatian orang, maka tip penulisan judul itu perlu diperhatikan baik-baik. 🙂

  7. Enaknya zaman sekarang ya Mbak mau belajar bahasa inggris gitu mudah, bisa secara online apalagi sudah ada aplikasi seperti zoom dan google clasroom yang membantu sekali

  8. Seru ya, Mbak, ikut kursus online pakai zoom gini. Aku pengen banget bisa nulis blogpost dalam bahasa Inggris tapi nggak pede sama writingku. Kalau ada rezeki pengen deh ikut kelas creative writing TBI.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Untuk bisa writing, kurasa nggak harus dengan ikut kelas creative writing kok. Semua kelas TBI itu ada writing-nya, jadi kita bisa memperbaiki keterampilan writing kita di segala kelas. 🙂

  9. Keren bangtet mba kursus onlinenya bisa sambil jalan di rumah, kerasa banget memang kalo ga dipake kemampuan bahasa Inggrisnya kurang terasah. Menarik banget pengen ikutan online class nya juga buat improve kemampuan berbahasa :)) makasih infonyaaa

  10. lance rosa says:

    dulu aku malahs empat pengen novel berbahasa inggris kak. tpi nulis pakai bhs indonesia aja masih acak kadut. apalagilah apalagi yakan. hmmmm…dulu ada tmn yg ngajar di tbi bandung katanya sih emng bagus ya mba.

  11. diane says:

    Nah kalo ada kursus bahasa Inggris online gini enak nih.. Kita bisa dapet yang berkualitas tanpa harus mikir akomodasi dan transportasi.. maklum tinggalnya di pulau.. haha.. Aku ngincer yang untuk anak2 nih…

  12. Ade UFi says:

    Saya juga mau belajar lagi bahasa Inggrisnya, Mba. Mau bisa lancar nulis grammarnya di blog. Kalau bahasa tulisan kan keliatan bener salahnya. Tapi kalau conversation salah2 dikit yang oenting orang paham mah cincay ya

  13. Lama banget nggak kerja kantoran dan kepengen balik kerja lagi, aku memutuskan untuk belajar bahasa Inggris lagi terutama di conversation. Iyalah, mimpinya bisa kerja di PMA, masa Inggrisnya belepotan, hahaha …

    Tapi iya sih, aku belum pernah loh mencoba menulis artikel dalam Bahasa Inggris. Ya itu, mentok di review habis jalan-jalan. Belajar memang lebih asyik offline atau kalau online ya putar digital aja, bukan online yang mengandalkan koneksi internet. Tapi kalau terpaksa, ya bisa diusahakan biar mudeng sih.

  14. Nanik Nara says:

    saya kalau sedang ikut zoom juga kameranya dimatikan, soalnya kadang si kecil nyelonong muncul.

    Ada kelas untuk anak-anak juga, pengen tahu lebih detail jadinya. Selama ini anak-anak belajar bahasa Inggris pakai aplikasi duolingo aja

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Ya, saya bisa ngerti sih kenapa orang-orang yang punya anak di rumah itu mematikan kameranya. Kalau anak udah gede dikit sih bisa di-brief supaya nggak jadi zoombombing ya, tapi kalau anaknya masih balita kecil tentu akan cukup menyulitkan 🙂
      Ayo dicoba, Mbak, kursus bahasa Inggris anak-anak di TBI 🙂

  15. Emma says:

    Memang punya kebisaan bahasa negara lain itu perlu banget ya mbak, beberapa minggu yang lalu aku scrolls FB, beberapa aku like dan comments eh ternyata salah satu masuk ke group blogger muslimah tepatnya negara Kanada dia DM aku pakai bahasa inggris lalu aku jawab ehh diajak join job event aku cuma tertawa bagaimana mungkin saat pandemic gini aku travel ke negara lain hanya untuk job event hahhahaa

Tinggalkan komentar