Proyek Superstar

Anda jeli nggak, bahwa penyanyi-penyanyi yang berserakan di tivi dan radio-radio itu-itu aja? Beberapa talent bertahan terus-menerus ngeluarin album baru, tapi sebagian besar lainnya datang dan pergi. Itu sebabnya diperlukan ajang perekrutan penyanyi, yang kira-kira puncak keemasannya bisa bertahan lama, dan nggak akan ngetop semusim alias jadi one hit number doang.


Minggu ini, Indonesian Idol babak spektakuler kembali digelar, untuk keenam kalinya setelah tahun lalu vakum. Gw lihat bahwa pengadaan Indonesian Idol kali ini beda dengan tahun-tahun lalu. Dulu, jurinya yang nggak pernah absen adalah Indra Lesmana dan Titi DJ. Dulu, penyanyi di panggung diiringi oleh Magenta Lights yang dimotorin Andi Riyanto, makanya aransemen musiknya selalu “nendang” banget. Tahun ini Indra, Titi, dan Magenta Lights nggak main lagi.

Mike Mohede membawakan lagu dalam Indonesian Idol

Gw sendiri baru serius ngikutin Indonesian Idol semenjak musim keempat. Sebenarnya dari musim pertama nonton juga sih, tapi pas penyanyi yang diadunya tinggal tiga-empat besar doang. Gw suka ngikutin acara ini coz gw lihat peserta-pesertanya di sini selalu didandanin pakai baju yang bagus-bagus. Well, di kontes cari penyanyi lainnya juga sama sih didandaninnya, tapi kalau feeling gw sih, di Idol nampak gayanya lebih mewah layaknya superstar sungguhan.
Alasan yang jauh lebih penting lagi adalah karena aransemen di lagu Indonesian Idol biasanya keren-keren. Sehubungan para penyanyi pasti membawakan lagu yang udah pernah ngetop, maka di sini musiknya selalu diaransir ulang biar nggak jadi cover version doang. Dan kebetulan aja hasil aransemennya hampir selalu lebih bagus daripada aransemen aselinya.
Tetapi, yang gw lihat, dari semenjak musim pertama sampai musim kelima, hampir nggak ada juaranya yang jadi superstar tahan lama. Maksud gw ya yang digemari semua kalangan, dan nggak terbatas pada tahun-tahun pertama aja. Rata-rata gejala juaranya Indonesian Idol itu sama: mereka cuman ngetop pas baru menang. Tapi makin ke sini, gaungnya makin nggak kedengeran aja.

Coba dites aja, apakah Anda kenal sama semua nama ini: Joy, Delon, Mike, Ihsan, Rini, Aris? Kalau ada salah satu yang Anda nggak kenal (kecuali Anda memang tinggal di luar negeri), dan Anda malah lebih ngeh sama Afgan dan Gita Gutawa, berarti tuh juara yang gagal.
Dengan naif, mari kita bandingin sama juara-juaranya American Idol. Kelly Clarkson, juara tahun 2003 ternyata sampek sekarang masih ngehit, malah bulan lalu baru sukses berkonser di Jakarta. Ruben Studdard, Clay Aiken, Carrie Underwood, dan David Cook, malah wara-wiri di Top 40, tanpa harus kasih tahu para pendengar radio bahwa mereka adalah juara American Idol.

Barangkali, kalau mau juara-juaranya Indonesian Idol itu jadi superstar sungguhan, manajemen Indonesian Idol yang kudu dibenahin.

Mbok dibikinlah supaya jawaranya itu manggung di acara-acara yang gengsinya tinggi, jangan mau penyanyinya nyanyi di acara ecek-ecek yang segmennya nggak ngerti musik.


Usahakan supaya masyarakat mengenal setiap penyanyi dengan nama mereka sendiri, misalnya, “Ini penyanyi X, yang lagunya Bla-bla-bla.” Jangan dibikin publik cuman inget bahwa, “Penyanyi X yang mana ya? Oh si X itu yang dulunya juara Indonesian Idol?” Ini malah cuman jadi acaranya yang ngetop, bukan juaranya.

Attitude penyanyinya mesti digembleng, mesti kayak superstar sungguhan yang jadi panutan masyarakat, jangan ada yang terlibat kekerasan dalam rumah tangga, atau pacaran sama cowok yang ngehamilin anak orang lain, atau pergi ke warung cuman pakai sandal jepit.
Dan, mestinya penyanyinya bisa nyanyi genre musik apa aja. Jangan cuman lagu pop melulu, atau lagu mellow melulu. Inget dulu Kelly Clarkson yang ngepop dipaksa nyanyi lagu swing dan David Cook yang ngerock dipaksa nyanyi lagu country? Kenapa nggak mencoba inovasi menyuruh Indonesian Idol nyanyi lagu keroncong?

Selain itu juga, karena yang menentukan juaranya Indonesian Idol adalah SMS penonton, maka penontonnya juga mesti ikutan dididik supaya ikutan menyaring penyanyi yang bener.
Coba tonjolin kegiatan para penyanyi yang sehari-harinya latihan pitch control melulu. Bukan malah meleset bikin para penyanyi jadi model dadakan buat iklan sampo. Supaya penonton tahu mana yang penyanyinya beneran bagus sehari-hari, bukan cakep doang.

Dan stop nyebutin asal daerah masing-masing orang. Apa gunanya nyebut, “Ini penyanyi X asal kota Padang.” Nanti dia malah susah dapet SMS dari orang-orang Balikpapan atau Manado. Padahal kan ini ajang Indonesian Idol, bukan ajang Melayu Idol?

Dan terakhir, coba cari juri-juri yang bermutu, bukan cuman demen bikin drama. Singkirkan juri yang cuman bisa bilang, “Kamu jelek.”, padahal dirinya sendiri belum bisa bikin penyanyi yang sama bagusnya. Kalau nggak bisa niru kualitasnya Simon Cowell, nggak usah maksa deh. Dan diva harus bisa dinilai oleh diva lagi. Diva sungguhan lho ya, bukan yang cuman emosional.

Duh, ternyata susah banget ya bikin penyanyi yang diidolakan seluruh Indonesia? Bikin acaranya susah, bahkan bikin jurinya pun juga ikutan susah..

21 comments

  1. Makanya Ria, itu yang kubilang di komentar #10. Idealisme Indonesian Idol cuma untuk menghasilkan sekedar penyanyi baru, bukan "penyanyi yang tahan lama". Artinya sekedar penyanyi baru tuh, dia bisa dipake di mana aja: di acara live music tivi pagi-pagi, di konser musik daerah, di acara kondangan pejabat. Ironis kan? Padahal jelas-jelas tagline-nya Indonesian Idol tuh "saatnya mencetak idola baru". Idola baru tuh, menurut bayanganku mbok ya minimal kayak Agnes atau Krisdayanti gitulah, bukan kayak levelnya Bunga Citra Lestari..

    Apa karena kekurangan produser/distributor yang seperti Ria bilang? Lha, menurutku justru itu tugasnya manajemen Indonesian Idol. Mereka yang harus tetap memastikan bahwa kepopuleran dan gengsinya si jawara akan tetap tahan lama, seperti Kelly Clarkson yang sampek sekarang masih tahan lama biarpun rasanya dia menang sudah jaman dulu banget. Manajemen itu yang tugasnya ngontrak produser dari awal, merekrut pencipta lagu, sampek nyiapin order-order nyanyi buat si jawara, bahkan sebelum ketauan jawaranya siapa. Konsekuensinya, dari pas penyaringan juara pun mesti digodok supaya jawaranya yang berkualitas idola. Bukan cuman kontestan yang ngandalin drama doang. Kalo cuman ngandalin drama, ya bener berarti tujuan Indonesian Idol buat berburu slot iklan doang..

  2. Sri Riyati says:

    Numpang menimpali ah.

    Mnrtku, untuk jadi superstar yang tahan lama diperlukan modal Vic. Aku gak bicara melulu kualitas. Aku bicara duit. Untuk tetap eksis diperlukan produser, PR, distributor, organiser untuk konser, publikasi dan iklan. Amerika punya duit. Jadi lulusan idolnya bisa diorbitkan dan ada yang mengorbitkan. Lha kalo di sini, yang penting kan masih soal menguntungkan ato tidak. Susah bicara idealisme kalo harus berbantah sama duit^_^. Indonesian idol bukan untuk mencetak superstar. Tapi untuk dapet slot iklan. Masa bodo kalo nanti pemenangnya tenar sebentar trus tenggelam kaya kembang api pas taon baruan…

  3. Aku nggak nulis pendapatku tentang juri, coz nanti artikelnya jadi makin panjang, hihihi..

    Aku sendiri belum bisa bilang apakah juri yang sekarang lebih bagus ketimbang juri era Indra-Titi. Tidak bisa kita mengharapkan seseorang mengganti seseorang yang lain. Erwin Gutawa bagus, Agnes Monica juga bagus. Yang aku harapkan dari seorang juri adalah, bahwa dia bisa memberikan nasehat yang "bermanfaat efektif" buat pesertanya.

    Bicara soal kualitas "menang Grammy", lha aku nggak inget apakah kita pernah punya ajang penghargaan setingkat Grammy. Grammy itu kan dinilai oleh juri berisi orang-orang yang kompeten di bidang musik. Sedangkan ajang-ajang peniargaan yang ada, sejauh ini baru dinilai berdasarkan pilihan penonton terbanyak. Sedangkan pemilihan berdasarkan SMS/penjualan kaset/CD terbanyak tidak bisa menandakan kualitas penyanyi yang memenangkannya.

    Oh ya, segmen termehek-mehek dari tiap peserta yang kirim salam kepada semua keluarga/teman-temannya adalah segmen di mana aku kepingin ngeganti channel tivi ke channel lain, hahaha!

  4. Drama yg paling bikin sebel adalah yg kontestannya sendiri termehek-mehek pas nyempetin kirim salam sm kerabat. Masalahnya, banyakan expose susahnya, seolah nyari simpati.

    Makanya, lulusan yg sempet begitu (meski ngakunya ngga maksud), bebannya buat membangun citra superstar akan lebih berat gara2 cap "kan kasian, lho!".

    Moga2 di spekta kali ini ngga pake gituan lagi, deh! 😀

  5. Di awal dibahas tuh tentang juri dan musiknya, terus kok gak dilanjutin lagi di belakangnya..?
    Padahal pengen tahu juga komentar mbak Vicky utk juri yg baru setelah era Indra-TIti dan aransemen musik setelah tak dipegang oleh Andy.

  6. didut says:

    sudah gak nonton indonesian idol krn aku sependapat dgn kamu Vick, dr semua pemenang gak ada tuh yg pemasarannya bagus. Kl american idol sampe bs menang gramy segala.
    Gak beraharp yg sama tp dlm skala yg lbh kecil hrsnya pencapaiannya serupa

  7. Hai Mbak Anna, ke mana aja nih?

    Iya, aku juga miris kalo liat karier Mike begitu-begitu aja. Ada apa sih nih, apakah salah lagu atau salah promosi ya? Aku merasa kalo Mike nggak berkolaborasi dalam Idol Divo, Mike nggak akan sering nongol. Padahal kan lebih baik kalo dia lebih dikenal sebagai Mike Mohede, bukan Mike Idol.

    Trio Libels dulu juga dikenal sebagai Trio Libels aja, bukan Trio Libels BRT..

    *BRT = Bintang Radio dan Televisi

  8. hai vicky..
    iya juga sih.. perasaan idol di indonesia gak ada yang bertahan lama yaa..

    padahal sebenernya kualitasnya bagus lho. cuman, mungkin manajemen nya aja yang kurang bagus.

    pernah liat mike mohede nyanyi live di acara jazz duet bareng ruth sahanaya.. bagus banget lhooo.. bener.. tapi entah kenapa mike gak bisa mencorong kayak afgan, ato bahkan band2 gak jelas yang buanyak itu…

    yaa manajemennya yang harus diperbaiki 🙂

  9. Oh, kalo ada alumni Idol yang sampek jadi bintang sinetron stripping gitu, manajemennya yang kudu digetok. Lha mosok capek-capek digembleng jadi penyanyi, tapi ilmunya malah mubazir? Idol mestinya jangan cuman ngajarin keterampilan (dan ilmu) menyanyi, tapi juga ngajarin idealisme. Artinya, metode aji mumpung itu jangan dipake dan kudu dibuang jauh-jauh.

    Oh ya, tentu aja saya tahu kalau Joy Tobing itu udah punya segmen penggemar sendiri sebelum masuk Idol. Yang saya maksud, kalo ada yang nggak kenal salah satu dari Joy + Delon + Mike + Ihsan + Rini + Aris, berarti itu indikasi Indonesian Idol belum berhasil. Karena seorang idola mestinya tetep beken sampek tujuh tahun lebih, bukan cuman pas tahun-tahun pertama pasca menang.

    Memang masuk akal kalo kita ngebandingin juara Indonesian Idol dengan juara American Idol. Saya kalo lagi nyetel radio, tahu-tahu radionya muterin David Cook, maka saya akan langsung ngeh bahwa itu suara David Cook. Tapi kalo radionya muterin Aris, saya nggak akan ngeh apakah itu suara Aris atau "vocalist of just another Gigi-wannabe band"..

  10. Ariyanti says:

    Agreed…!!! Satu lg perbedaan signifikan antara Indonesian Idol dgn yg Amerika: jenis2 suaranya gak bisa dibedain antara satu sama yg lain… Beda2 sih karakternya,tp gak signifikan bgt! Itupun jarang bisa jadi juara… Kalo Amerika, ada yg suaranya ngerock bgt, ngejazz bgt, soul bgt… Liat aja David Cook, walaupun gak ada vibrasi, tapi karakternya kuat! Belum lagi Adam Lambert, ciri khasnya suaranya yg agak2 mistis tapi sexy berat… Di Indonesia, gak ada yg tipe2 begitu. Gak unik 🙂

  11. ga cumen nyanyi di acara ecek-ecek..
    yang lebih bikin miris..
    mereka yang teloran dari ajang nyanyi malah maen sinetrrooooonn…

    haiyaahhh.. knpa jadi ga nyambung gini??
    klo drama musikal kyknya msh bisa diterima akal..
    tp sinetron striping.. yang melulu ngomongin soal cinta & ketertindasan..

    oh iya, pertanyaan k'vicky "kenal Joy Tobing ga?"
    wiiihh.. dari kecil saya udah tau Joy Tobing kak..
    krna Ibu dan kakak saya sering beli kasetnya jaman masih kaset pita.. hehehe
    jadi sblm jadi idol, dia sudah byk dikenal menurut saya..
    terutama dikalangan (sori) Batak 🙂

  12. RF4BI says:

    Setuju….pandanganku hampir sama persis…. tapi pengen nambahin, kalau memang gak siap jangan dulu lah ngadain acara seperti itu..jangan asal ikut2an aja… menurut gw sih….

  13. di indoesia vic, jangankan jadi penyanyi, jadi dokter aja harus cantik kok 😉 biar bisa nyambi bintang iklan 😀

    sekarang saya emang lebih suka ngikutin american idol. sayang jagoan saya Katie Stevens udah terlempar 🙁

  14. Oh, ada caranya lho supaya bisa bertahan. Misalnya gamelan kan dulu dianggap kuno, tapi sekarang malah jadi performer utama di Opera van Java hampir setiap hari, kan?
    Terus, inget nggak penari jaipong yang sempat jadi MC acara kuis telepon malem-malem, yang kalo penonton menjawabnya bener/salah dia akan joget-joget?
    Yang paling mencengangkan saya, sekarang setiap sekolah di Jakarta seolah berlomba punya klub tari saman, dan tiap sekolah di Bandung punya klub angklung. Ih, jaman saya sekolah dulu, yang punya klub angklung cuman sekolah saya doang dan saya ikutan main, weitjee..

  15. mawi wijna says:

    lebih miris lagi kalau kita lihat nasib yang menimpa kesenian tradisional kita. Lha kalau menciptakan idol tahan lama yang serba modern itu sulit banget. Bikin kesenian tradisional yang jadul banget itu tetap bertahan mpe sekarang pastilah lebih sulit lagi. Ya toh?

  16. Sebenarnya nonton ginian perlu supaya kita bisa ngeliat bahwa nyanyi tuh nggak bisa mulutnya asal mangap aja. Mesti tau kapan joget, kapan nyamperin penonton, kapan bikin klimaks dramatis (yupz, nyanyi juga perlu klimaks).

    Band-nya yang main sekarang Onny n Friends. Itu sih yang sempet gw denger dari Daniel. Padahal gw kangen Magenta. Memang dari dulu gw penggemar fanatiknya Andi Riyanto sih.

    Agmon emang jadi juri sekarang. Menurut gw dia rada kemaruk, soalnya dia nggak cuman jadi juri, tapi juga jadi mentor n special performer sekalian. Batin gw, ya oloh, kalo mau promo album anyar mbok ya jangan di sini, 'napa? Semua sorotan jadi ngarah ke dia, bukan ke pesertanya, hahahah..

    Tapi gw akuin sebagai juri Agmon oke sih. Dia bisa lihat titik positif dari setiap peserta. Dan plusnya lagi, dia bolak-balik ngusilin komentarnya Anang melulu, hahahahaa..!

  17. Arman says:

    eh bener tuh. emang baju2nya indo idol lebih ok dibanding kontek2 nyanyi yang lain ya.. gua juga berasa gitu.

    tapi gua sih emang suka ngeliat kontes nyanyi2an. segala macem kontes menyanyi pasti gua tonton. dari jaman dulu pas masih ada festival lagu populer di th 80-an, trus cipta pesona bintang, asia bagus, sampe indo idol, mamamia, apalah semuanya gua tonton. haha. eh kecuali yang dangdut ya, itu gak gua tonton. 😛

    walaupun kadang gak bagus, tetep aja entah kenapa gua selalu nonton acara beginian. hehe.

    btw jd indo idol yang sekarang band nya siapa kalo bukan magenta lagi? trus jurinya agmon ya….

Tinggalkan komentar