Seorang teman saya ketika kuliah, pada hari pertama Ospek, berterus terang kepada senior kami bahwa dia punya “alergi susu”. Itu jadi merepotkan, karena kemudian senior kami harus menyiapkan snack pengganti khusus untuk dia seorang diri, padahal sudah ditetapkan bahwa hari itu kami semua yang di-Ospek akan mendapat coklat.
Sepupu saya, panik karena bayinya yang baru berumur belum setahun sudah sering mengalami bercak merah pada kulitnya. Merasa bersalah karena ia tidak memberi anaknya ASI eksklusif, ia menyalahkan susu formula dan sampai hari ini ia belum mengijinkan anaknya itu makan wafer, coklat, dan snack lainnya. Ponakan saya itu kini berumur tiga tahun dan ia cuma melongo kalau melihat teman-temannya makan snack sepuasnya. Ia takut ikutan makan cokelat karena takut gatal pada kulit wajahnya.
Begitulah alergi susu dalam pandangan masyarakat, seolah-olah alergi adalah penyakit kejam yang membuat penderitanya tidak bisa makan yang enak-enak.
Baca Selengkapnya