Ratusan anak nampak sumringah berkumpul di belakang garis Start pagi itu.
Ada yang bolak-balik ngecek nomer name tag-nya, takut terbalik.
Ada yang sibuk ngeliatin teman sebelahnya, bingung kenapa tetangganya punya rambut yang dikuncir kayak nanas, sementara dia sendiri nggak pernah disuruh dikuncir oleh mamanya.
Ada juga yang bolak-balik nanya ke mamanya, “Larinya kapan, Ma?” Mamanya sudah jawab, “Bentar lagi,” dan itu sudah jawaban yang sama untuk kelima kalinya dalam tiga menit terakhir ini, dan mamanya juga ikutan ndredeg karena takut suaminya yang nunggu di kejauhan nggak bisa nemuin mereka di antara serombongan sirkus itu. Padahal si papa punya tugas kudu motret mereka dan ng-upload fotonya nanti ke Instagram..
Tiba-tiba MC berseru dari balik loudspeaker dan suruh semua orang ambil ancang-ancang. Sontak semua anak dan termasuk orangtuanya manut dan bersiap-siap.
Begitu MC mengomando dan berteriak, maka menyeruaklah para bocah itu berlari-lari di lintasan bersama orangtuanya masing-masing. Semua anak begitu bersemangat kepingin mencapai garis finis. Bahkan bocah-bocah mungil itu begitu bergairah lari-lari meskipun langkahnya tertatih-tatih. Nggak peduli sepertinya sudah ada temannya yang sampai duluan, atlet-atlet kecil dadakan itu tetap ambisius kepingin menyelesaikan lintasan.
Dan memang panitia sungguhan baik hati bukan kepalang. Semua anak, baik yang tiba cepat maupun yang datangnya lelet di garis akhir, tetap dapat medali. Karena yang penting di sini bukan siapa cepat dia juara, tetapi yang penting adalah setiap anak dapat kesempatan untuk menyelesaikan tantangannya.