Tak Ada Bandara di Surabaya


Gw baru nyadar, ternyata selama ini kita nipu banyak orang. Atau lebih tepatnya, kita nipu diri sendiri. Tapi gw nggak yakin apakah kita mau berhenti tipu-menipu itu, apalagi kalo ternyata itu udah kita lakukan selama bertahun-tahun.Beberapa hari terakhir jadi hari sibuk buat gw. Sabtu kemaren kan gw terbang dari Palangka ke Jakarta, dan langsung disambung perjalanan travel ke Bandung. Di Bandung gw cuman tidur di rumah semalem. Besok Minggunya gw udah cabut lagi ngejar pesawat ke Surabaya.

Keluar dari Bandara Juanda, gw asik ngeliatin kota di sekeliling bandara dan membaca setiap plang rumah makan yang gw liat (dasar lantaran orientasi makanan, jadi yang gw liat selalu aja plang rumah makan). Lalu gw ngernyit coz semua papan ternyata nulisin nama yang sama, Waru – Sidoarjo.

Gw nanya ke sepupu gw yang jemput gw, “Jadi bandara tuh letaknya di Sidoarjo ya?”

Kata suaminya sepupu gw, iya, Bandara Juanda tuh ada di wilayahnya Kabupaten Sidoarjo.

Wah, batin gw, ini penipuan. Soalnya gw kan pesen tiket pesawatnya minta kota tujuan Surabaya. Kok pesawatnya malah mendarat di Sidoarjo seh?

Sepupu gw dan suaminya ketawa. Iya, emang. Sama kayak Bandara Soekarno-Hatta, katanya sih di Jakarta, padahal yang bener kan letaknya di Tangerang, hehehe. Jadi bo’ong tuh kalo orang bilang Jakarta punya dua bandara. Yang bener tuh bandaranya cuman satu doang, Halim Perdanakusuma aja. Soekarno-Hatta sih adanya ya di Tangerang, bukan Jakarta. Surabaya sendiri, malah nggak punya bandara, hihihi..

Tapi gw mikir, kalo semua maskapai ganti nama trayeknya, apa nggak akan menurunkan trafik, hehehe.. Bandingkan kalo maskapainya bikin iklan kayak gini, “Saat ini maskapai kami sudah terbang ke seluruh Asia Tenggara, termasuk Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Jakarta.”
Bayangin kalo iklannya berubah jadi kayak gini, “Saat ini maskapai kami sudah terbang ke seluruh Asia Tenggara, termasuk Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Tangerang.”
Waduh, maskapai kayak gini apa bakal laku? Mungkin orang Filipina yang mau jalan-jalan ke Indonesia akan mengerutkan kening bingung, “Where is Tangerang..?”

Sama kayak kasusnya Juanda. Pas minggu lalu gw bilang ke perawat di Pulang Pisau gw mau pergi naik pesawat, mereka antusias, “Wah, Dokter mau terbang ke Surabaya?”
Gw yakin nada suaranya akan berbeda seandainya gw bilang, “Saya mau terbang ke Sidoarjo..”

Gimana yah? Gw belum tanya pendapat teman-teman di Tangerang dan Sidoarjo yang punya bandara, apa sebaiknya setiap maskapai ganti nama trayek aja gitu? Kebayang deh, nggak ada lagi rute pesawat Jakarta-Surabaya. Adanya, cuman rute Tangerang-Sidoarjo, hehehe..

27 comments

  1. wah berarti kotaku punya bandara yah… bandara A Yani semarang kan di semarang juga bukan semarang coret, btw coba perhatikan tiket kalo ke jakarta deh… pasti kodenya bukan JKT tapi CGK kan berarti Cengkareng bukan penipuan kan? he..he..he..

  2. Wah, aku lupa syarat ruang udara kosong di sekitar bandara itu. Itu menjelaskan kenapa rata-rata bandara berada di luar kota.

    Di Palangka, bandara berada di pinggiran kota. Aku sendiri lupa apakah letak administrasinya berada di kotamadya atau di kabupaten. Itu nggak masalah, lha wong nama kabupaten dan kotamadyanya sama-sama Palangka Raya kok.

    Tapi kalo stasiun bisnya Surabaya juga ada di Sidoarjo, wah itu aneh juga. Berarti trayek bis antarkotanya juga kudu diganti. Nggak ada lagi bis jurusan Bandung-Surabaya, adanya Bandung-Sidoarjo, hehehe..

  3. jensen99 says:

    Soalnya membuat bandara itu (apalagi yang berskala internasional sekelas Juanda atau Soetta) perlu ruang yang sangat luas. Ini bukan cuma untuk bangunan fisik saja, tapi juga persyaratan ruang udara kosong (tanpa gedung bertingkat) disekitar landasan (terutama ujung2nya). Tentu saja ini sulit sekali didapatkan di dalam daerah perkotaan.

    BTW di Tokyo juga ada bandara lain yang cuma 30 menit perjalanan dari pusat Tokyo, yaitu bandara Haneda. Ini dipakai buat penerbangan domestik saja sih.
    Soal Juanda sendiri, itu dulunya dibangun sebagai pangkalan militer lho.

  4. setuju kalo jeroan itu enak … yummm, oohh pengen ke ambengan sana ya mbak? kaya'nya bukanya pas malem deh :p eh hari sabtu masih ya seminarnya ? ada jajanan bango di brawijaya, itu belakangnya sutos situh, kalo sempet kesana mbak 😀 kan banyak kuliner nusantara yang kumpul, hehehehe

  5. Arman says:

    hahahaha yah jadi aneh lah kalo pake tangerang atau sidoarjo secara itu cuma kota kecil dan kurang dikenal dunia international kan… padahal bandaranya kan bandara international… 🙂

    lagian sidoarjo ama surabaya kan cuma selemparan kolor doang… *kolornya siapa hayooo* 😛

  6. MURSID™ says:

    btw bener juga yaa…
    berarti itu sama kayak Bandara di Solo,
    Bandara Adi Sumarmo yang katanya bandara nya Solo tapi ternyata letaknya di Kabupaten Boyolali…

    btw, salam kenal yaw.. Tukeran link yuk, udah aq pasang tuh…

  7. Kenapa sih orang-orang pada nggak seneng jeroan? Jeroan itu kan enaak.. Coba kalo gw masak ati, diganyang sampai nggak keliatan lagi bentuknya, lalu gw bilang itu ayam, pasti kalian nurut dan bilan itu enak..

  8. ilhampst says:

    Entah kenapa berapa kali makan soto di Surabaya gak sreg, lha banyak jeroannya, soalnya emang gak suka jeroan. Seingat gw bandara itu ada kelas2nya, tapi udah lupa apa aja kriterianya. Alamat bakal googling lagi nih. Met senang2 di Surabaya ya Vick

  9. Mungkin karena pada prakteknya dalam membangun kota, Pemerintah selalu mikirin bikin kotanya dulu, urusan bikin bandara belakangan. Suatu landasan nggak akan langsung disebut bandara dulu, minimal lapangan terbang dululah. Ketika berikutnya lapangan terbang itu makin lama makin besar, maka naik pangkat menjadi bandar udara. Lapangan terbang semula hanya dalam skala kota kecamatan, tapi kemudian menjadi milik ibukota provinsi.

    Geli saya kalo membayangkan kudu turun di Schippol atau Narita, bukan di Amsterdam atau Tokyo. Saya pikir tadinya, Schippol dan Narita itu nama bandaranya, kayak nama pahlawan lokal gitu, hehehe..

    Di (deket) Bandung ada lapangan terbang kecil namanya Andir. Sekarang lapangannya udah gede, dan bersamaan dengan itu daerah Andir pun dicaplok menjadi bagian dari wilayah Bandung. Padahal jaman dulu, tentara-tentara kalo mau naik pesawat kan bilangnya mau ke Bandung, bukan ke Andir, huehehehe..

    Depp, itu temennya yang "salah" naik pesawat kocak banget, hehehe..

    Semalam saya makan soto Ambengan, tapi di vendor franchisenya doang. Tadi pagi sempat lewat warung soto Ambengannya Pak Sadi, tapi masih tutup, hiks..hiks.. Mau ke situ ah nanti, tapi tunggu diajakin Fenty, hehehe. Fentiiieee..ayo kopdaaar!!

  10. iya juga ya..ga laku deh kalo tempat aslinya yang disebutin. mungkin karena kita udah terlalu terbiasa dengan hal itu (udah tau di jakarta ada bandara, di surabaya juga). henny rasa pemerintah juga punya alasan tersendiri kenapa menempatkan bandara di daerah kabupaten dan mengatakan bahwa bandara itu adalah milik ibukota propinsi

  11. depz says:

    ada 2 pengalaman (lucu gak ya??) yg mirip seorang tman ketinggalan pesawat di bandara sukarno hatta.
    jadi ceritanya dia mau ke mataram.
    nama bandara mataram dulu adalah selaparang-ampenan. n sampe skrang nama yang tercetak ditiket biasanya ampenan.
    sedangkan bandaranya berada di mataram.

    nah pas dia di ruang tunggu dia sante2 aja. padahal dilayar yang ada sudah memanggil2. dia cuek aja (sambil telpon2 pula), sampe akhirnya pesawat udah terbang meninggalkan dia.

    satu lagi temen gw panik setengah mati ketika udah duduk dipesawat dia mendengar sang pramugari blg "penerbangan menuju ampenan akan ditempuh bla3x….'
    sampe akhirnya dia nanya ke org dikursi sebelah, "saya mau ke mataram kok pesawatnya ke ampenan ya"

  12. ilhampst says:

    Wah, udah di Surabaya? Kangen makan nasi bebek tugu euy. Kasusnya mirip kali ya dengan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, tapi ternyata letaknya masih di wilayah Landasan Ulin, Banjarbaru. Alasannya ya itu, buat menghindari kebingungan dan penurunan traffic. Ide tulisannya bagus, mengangkat hal2 kecil ke dalam tulisan. Siplaaah

  13. Farid says:

    Emang banyak kasus seperti itu, termasuk bandara international banyak yang seperti itu.Bandara Hasanuddin Makassar juga tidak di Makassar, tapi di Maros, sekitar 20 KM dari Makassar.

    Bandara Narita Jepang juga bukan di Tokyo, tapi di Chiba, tepatnya di Narita. Tiketnya juga tertulis JKT-TOKYO, padahal turunnya di Narita hehehe, harus sambung kereta Narita Express untuk ke Tokyo, sekitar 1,5 jam. Tapi orang sering bilang Narita Tokyo,karena yang dikenal secara internasional kota Tokyo.

    Banyak kasus beberapa bandara internasional di negara-negara lain juga seperti itu. Seperti Schiphol di Belanda, kalau kita dari JKT ke Belanda tertulis JKT-AMS, padahal turunnya di daerah Schiphol,bukan di Amsterdam.Jarak antara Schiphol dan Amsterdam sekitar 20 menit numpa' spoor alias sepur atawa train aka KA tut tut tut, siapa hendak turut.

    Anyway,selamat menikmati hari-hari di kota Surabaya.Jangan lupa sempatkan diri wisata kuliner,nyari Nasi Bebek dan Soto Ambengan Pak Sadi.

Tinggalkan komentar