Ketika saya sedang blogwalking, saya sering banget menemukan blog yang dibuat oleh para pemilik online shop untuk menjual barang dagangan mereka. Kadang-kadang saya iseng menanyai para pedagang online shop ini, apakah blog mereka sudah membantu penjualan, karena komentar yang datang untuk setiap post tetap saja cuma sedikit. Ternyata banyak penjual yang masih belum merasakan manfaat dari blog yang mereka buat. Memang di sidebar blog itu sudah mereka cantumkan nomor telepon, tetapi kebanyakan penelepon cuma tanya-tanya, dan sedikit banget yang membeli. Pembelian masih efektif berasal dari mulut-ke-mulut, bukan dari traffic blog.
Pedagang lainnya yang sudah ngeblog malah punya keluhan lain. Posting mereka sering dibanjiri komentar-komentar anonim yang pasang link hidup, jualan obat kuat, dan ujung-ujungnya nyepam. Tidak heran kalau kemudian mereka merasa gagal ngeblog lantaran bosan menghapus para komentator spam, hahaha..
Mungkin problem-problem di atas bisa diminimalisasi jika konten marketing-nya kita perbaiki. Konten marketing yang bagus itu seperti apa sih?
1. Relevan dengan Kebutuhan Pengunjung
Seperti yang sudah pernah saya tulis di sini, inti dari konten marketing adalah fokus terhadap keinginan alias kebutuhan pembeli, bukan fokus terhadap produk yang kita jual. Maka tulisan di konten blog kita mestinya lebih relevan dengan kebutuhan pengunjung.

Anggap saja sumber terbesar dari traffic pengunjung kita berasal dari search engine, maka kita perlu membuat supaya keyword blog kita gampang ditemukan di Google Search. Dan Faggela, pakar dari Content Marketing Institute, bilang bahwa jika kita membuat judul postingan lebih relevan dengan target pembeli, maka kita akan menarik pengunjung yang lebih relevan, bukan memperbanyak pengunjung yang tidak relevan. (Tulisannya Mr Faggela ini bisa dilihat di sini)
Contohnya, judul tulisan Lebih Cantik Awet Muda di Usia 40-an akan lebih menarik bagi pengunjung wanita berumur 40 tahun. Tetapi judul tulisan Jual Obat Krim Anti Aging Murah akan menarik pengunjung mana saja secara semburat, mulai dari cewek-cewek alay yang belum punya penghasilan tetap, sampai para pemburu obat kuat. Nah, pengunjung macam mana yang kita incar untuk membeli produk kita?
2. Konten Sebaiknya “Direncanakan”
Jika kita sudah tahu pengunjung yang kita targetkan untuk mengunjungi blog kita (dan membeli produknya), sebaiknya kita rencanakan supaya pengunjung yang semula datang hanya ingin berkunjung kemudian jadi membeli. Alur pengunjung biasanya berasal dari search engine -> tertarik pada judul postingan (dan mungkin 100 kata pertama dari postingan) kita -> membaca sebagian (mungkin sampai tamat). Pembaca di internet biasa berpikir-pikir dulu beberapa hari (kadang-kadang malah beberapa minggu) untuk membeli produk kita. Tugas kita adalah “mengunci” pengunjung dengan artikel yang sesuai dengan kebutuhan mereka dulu. Setelah mereka percaya, kita arahkan ke artikel berikut yang lebih mendalam. Kemudian baru terakhirnya, kita arahkan ke artikel yang membutuhkan aksi pembelian.
Contohnya, pengunjung datang dengan keyword “anti aging untuk wanita 40 tahun”. Arahkan dulu ke artikel berjudul Lebih Cantik Awet Muda di Usia 40-an. Setelah pengunjung wanita dibuat terpesona dengan alasan-alasan kenapa menjadi fabulous di usia 40 tahun itu penting, arahkan ke artikel Cara Membersihkan Wajah di Tengah Hari-hari yang Sibuk. Di artikel kedua ini kita pasti akan menyebutkan bahwa pengunjung perlu facial foam ini, cleanser milk itu, masker ini, dan krim itu, kan? Tahan, jangan sebut-sebut merk apapun karena fase ini masih rawan untuk membuat pengunjung kabur. Tapi arahkan pengunjung untuk membuka artikel ketiga dan keempat, yang baru diisi dengan merk nama produk yang kita jual. Di fase terakhir inilah kemungkinan penjualan akan lebih besar, karena pengunjung sudah mendapat inspirasi di artikel pertama dan kedua. Dan pembaca yang mau bertahan satu menit saja dalam sebuah website, umumnya adalah pengunjung yang betul-betul berminat.
3. Gampang Disebarkan, alias “Share-able”.
Pengunjung yang sungguh berminat dengan produk kita, mungkin akan taruh link postingan kita di bookmark browser mereka. Pada jaman social media sekarang, mereka pakai jalan pintas yang tidak gampang mereka lupakan sekiranya mereka pindah-pindah gadget: gunakan tombol Like-nya Facebook, tombol Favorite/Retweet-nya Twitter, atau tombol Share di Google Plus. Inilah alasan kenapa saya pasang Social-social Icon di setiap posting blog saya.
Kadang-kadang, saya sendiri yang share posting-posting blog saya di social media, bahkan meskipun saya tidak menjual apapun. Karena Google lebih senang mengindeks post yang juga eksis di social media untuk muncul di halaman pertama Search Result-nya. Dan siapa yang muncul di halaman satu, lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pengunjung kan?
4. Konten yang Unik dan Terpercaya
Tentu saja pengunjung yang rajin kelayapan dari blog satu ke blog lain, akan lebih ingat pada tulisan yang unik. Orisinalitas adalah harga mati, jadi selalu tampilkan tulisan dengan gaya kita sendiri. Luke Kintigh, ahli strategia medianya Intel, bahkan bilang, “The definition of premium content is pretty simple: it’s content you can’t find anywhere else.” (Oh ya, quote-nya Kintigh itu ada di sini).
Joe Pulizzi, bossnya Content Marketing Institute, bilang di sini bahwa jika kita selaku pebisnis memberikan informasi yang selalu bernilai kepada para (calon) pembeli, pembeli akan setia kepada kita. Maka jika kita nampak sering kasih informasi tentang produk tersebut, mengaplikasikannya sehari-hari, membuat produk itu nampak sejalan dengan kita, dan itu semua nampak di blog maupun account social media kita, pengunjung akan percaya bahwa kita “ahli” dalam produk tersebut. Pada akhirnya, jika mereka ingin memiliki produk itu, mereka akan teringat pada kita dan memutuskan untuk membelinya pada kita.
Konten marketing yang baik itu tidak susah dibuat, kalau saja kita mau merencanakannya lebih cermat. Bukan begitu? 😀

Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Halo mba Vicky yang punya Georgeterrox,
Saya datang ke sini melalui posting terakhir di blog mba Vicky.
Terus terang, saya ‘tersentuh’ dengan tulisan jujur nan spontan
“Iya sih, banyak blogger baru bermunculan, tetapi saya jarang banget nemu blogger yang tulisannya bernyawa. Yang tulisannya smart. Yang memancing diskusi smart. Bukan cuman komentar basi a la kadarnya yang cuman one liner doang alias cuman sumbang satu kalimat. Lu komen atau setor muka?”
Semoga saya bisa belajar lebih smart dan konsisten ngeblog dari Mba Vicky.
Dan saya senang melihat konten Mba Vicky sangat variatif, dan rada terkejut membaca judul artikel tentang “Konten Marketing” di tengah-tengah curhat dan sharing tentang dunia bunda.
Sepertinya saya ketagihan.
Hai Mas Ivan visual marketer, salam kenal.
Saya senang Mas Ivan komentar di artikel ini, karena berarti akhirnya tulisan saya tentang konten marketing telah menemukan target pembaca yang memang saya inginkan. Ternyata butuh enam bulan lebih dari posting sebuah artikel untuk bertemu pembaca yang relevant, hahahaha..
Saya hanya seorang ibunda yang belajar, Mas. Diskusi dengan pembaca yang tepat adalah sumber terbesar saya untuk belajar.
Mohon datang lagi di tulisan-tuliaan saya yang lain 🙂
aku masih belajar nih nulis2 tapi masih belum bisa buat tulisan yg bagus. hadeeehhh
Saya juga belum bisa. Saya masih belajar.
Wah artikel kece banget. Betul, harus penuh strategi buat bikin artikel yang menarik dan mendatangkan pundi #uhuk terutama untuk online shop. Sama seperti artikel ini, pasti digarap secara matang :)))))
Mungkin malah jadi celah untuk kita menjadi content writer blognya hehhe
Salam kenal
Ya ampun, dikunjungi penulis buku.
*sisiran*
Wah artikel kece banget. Betul, harus penuh strategi buat bikin artikel yang menarik dan mendatangkan pundi #uhuk terutama untuk online shop. Sama seperti artikel ini, pasti digarap secara matang :)))))
Mungkin malah jadi celah untuk kita menjadi content writer blognya hehhe
Wahhh iya juga ya mba. Karena content is the king, jadi memang memperkenalkan produknya pun haeus soft untuk membuat pembaca betah. Btw makasih banyak infonya ya mba.
Iya, sama-sama 🙂
Dari teman-temanku, sepertinya mereka lebih suka jualan di media sosial ketimbang di blog. Mungkin juga sekarang kerumunan orang sedang ada di media sosial. Selain itu di media sosial ada kencenderungan untuk tidak perlu membuat konten yang baik. Cukup ngetag banyak orang hehehe…
Kalau mau instant, memang media sosial punya kelebihan di sini. Tidak butuh konten yang bagus, cepat sampai ke telinga target.
Tapi konten di media sosial tidak bertahan lama. Sebentar saja langsung terlupakan. Sama seperti saya, sudah lupa saya nulis apa di media sosial satu jam yang lalu.
ah ya mbak benar… plus mungkin perlu juga dicantumkan linknya di perantara jualan macam tokopedia apa lainnya… soalnya saya juga yang seringkali jadi customer kurang percaya sama yang jualan dengan blog independen gitu (apa cuma saya doang yang ngerasa gitu ya?)
betewe mbak… jadi blognya udah pindah dimari atau piye?
Mungkin cuma kamu doang yang merasa begitu 😀
Iya, blognya pindah ke sini 🙂
Menulis konten yang bagus memang memerlukan kecerdasan dan kiat tertentu.
Terima kasih tipnya
Salam hangat fari Jombang
Aih, Pakde.. saya justru dapet tip ini karena terinspirasi oleh Pakde lho..
Dibalik konten yang baik memang ada perencanaan, ya 🙂
Betul, Mbak 🙂