Teka-teki Cadar


Sumpah, foto di atas bukan foto gw.

Tapi kalo pun gw bilang bahwa itu gw, Anda kayaknya percaya, kan?

Foto ini gw jepret bulan lalu di Bandara Juanda, Surabaya. Gw baru turun dari pesawat, pangling dengan hawa yang panas, dan bosan berdiri di depan baggage claim nungguin koper yang nggak dateng-dateng. Lalu perempuan ini (eh, ini perempuan, kan? Ya, anggap aja begitu. Apa bedanya, sih?) muncul dan berdiri di sebelah gw. Entah apa yang ada di kepala gw saat itu, gw langsung sigap ambil kamera dan..jepret! Untung setelan kamera gw tanpa suara. Tentu saja orang ini nggak sadar gw udah motretin dia. Apa yang harus gw lakukan, minta ijin dulu? Gw bahkan nggak tau harus manggil dia apa.

*Smile! You’re on candid camera!*

Masalahnya udara di Surabaya begitu panas nyelekit, apa orang ini nggak kepanasan?

Cerita tentang kain penutup kepala dan muka nggak pernah ada habisnya. Gw pernah diceritain salah satu cerita 1001 malam dulu, ada seorang putri yang dipingit nggak boleh keluar istana sama sekali. Padahal ada pacar gelapnya seorang gelandangan yang naksir berat ke si putri. Akhirnya si cowok ini diam-diam nyamar jadi dayang istana, pake kerudung dan cadar, dan dengan sukses bisa masuk kamar tidur si putri. Dan di dalam situlah dayang gadungan ini buka penyamarannya di depan si putri, lalu selanjutnya bisa ditebak, mereka kiss-kiss-an.

*Tunggu, tunggu, Vic. Itu ceritanya Aladdin ya?*
(Nggak tau. Iya kali? Yang jelas yang bego itu pengawalnya. Kok mau percaya aja yang lewat itu dayang? Mbok diperiksa dulu pake sidik retinanya, kartu identitasnya. Wong negara minyak kaya kok nggak bisa beli mesin sidik jari?)

Tadinya gw kirain itu cuman dongeng Timur Tengah doang, tapi ternyata kisah itu jadi kenyataan. Cerita yang sama, cuman setting-nya aja yang beda. Di Arab, sepasang laki dan perempuan, pake kerudung dua-duanya lengkap dengan cadarnya. Dua-duanya masuk ke toilet perempuan, lalu masuk bilik kloset yang sama. Di dalamnya dua-duanya sama-sama buka kerudung, lalu melumat mulut satu sama lain.

Kenapa harus sembunyi-sembunyi? Skandal selingkuh tak resmi? Hm, bisa jadi.

Ketika cadar jadi tameng buat seks ilegal, ternyata sudah ada yang lebih canggih lagi. Beberapa bulan lalu, sebuah toko di Perancis dirampok oleh laki-laki yang make kerudung dan cadar rapat. Penjaga toko nggak ngira itu perampok coz dikiranya itu perempuan muslim mau beli susu botol.

Dan akhirnya, seorang pegawai hotel di Bali mengaku di Kompas kemaren bahwa dia pernah mengawal tamu sekeluarga asal Arab. Waktu datang pertama kali ke hotel, istri keluarga itu pake kerudung rapat. Tapi kemudian setelah check-in, sang pegawai nemu keluarga Arab itu lagi santai di kolam renang, dan astaganaga..istrinya si Arab itu lagi nudis.

Kilah sang suami Arab, mereka liburan ke Bali supaya bisa santai seperti turis “normal”. Di Arab, mereka nggak bisa sebugil itu coz dilarang oleh hukum. Jadi supaya mereka bisa bugil di lapangan publik, mereka harus pergi ke luar negeri.

Kesiyan ya. Padahal bugil itu kan hak asasi..aduh! (Kok ditimpuk sendal jepit?!)

*Vicky, nggak boleh gitu! Tidak melihat orang bugil juga hak asasi!*

Cerita ini bukan buat mendiskreditkan jilbab dan derivat-derivatnya. Tapi semua intinya sama, bagi sebagian orang, jilbab tidaklah berarti apa-apa selain sebagai kostum adat belaka dan sebagai kamuflase. Nggak bijaksana kalo seorang perempuan (atau bahkan laki-laki) yang pake jilbab otomatis dianggap representasi dari pribadi bertakwa. Memangnya yang pake jilbab itu suci? Dan kalo nggak pake jilbab berarti kafir?

Simbol agama nggak boleh jadi jualan. Apalagi buat mendongkrak perolehan suara untuk kekuasaan.

Dan gimana dengan foto di atas? Gw yakin jemaah penonton gw punya jawaban atas pertanyaan ini:

1. Orang di foto itu adalah:
a. Wanita
b. Pria
c. Diragukan jenis kelaminnya

2. Alasan dia berpakaian seperti itu adalah:
a. Telah menafsirkan Qur’an, bahkan saking semangatnya sampai telapak tangannya pun ikutan ditutupin
b. Disuruh suaminya supaya nggak ada orang yang naksir lagi
c. Nggak pe-de coz mukanya jerawatan
d. Antisipasi terhadap flu burung, flu babi, flu Singapura, flu Pulang Pisau, dan macam-macam flu lainnya
e. Mulutnya belum sikat gigi
f. Nggak tahan nyium bau kentut orang-orang
g. … (Isilah sendiri!)

29 comments

  1. Hai, Na, terima kasih udah mau berbagi di sini. Saya seneng banget ada perempuan bercadar yang mau angkat bicara kenapa mereka pake cadar. Itu memberi informasi kepada publik, dan khususnya informasi untuk saya.

    Saya nggak terlalu mufakat dengan tips menatap mata orang itu. Sudah banyak tips itu menipu orang. Teman-teman pria saya punya bulu mata yang lentik-lentik, jauh lebih cantik daripada mata perempuan.

    Saya nggak tau banyak tentang kain gamis, tapi senang sekali dengar ada kain gamis yang nggak bikin gerah (saya ngomong gini sambil bayangin kalo ada perempuan suku Eskimo yang kepingin thawaf sambil pake cadar). Jadi mereka nggak perlu pasang AC di dalam baju, kan? 🙂

    Tulisan ini termasuk tulisan saya yang paling banyak mengundang kontroversi, saya mengerti banyak yang merasa tersudutkan. Maaf, saya tidak bermaksud demikian.
    Saya hanya mau bilang bahwa "seseorang tidak bisa dinilai baik hanya dari penampilan luarnya saja", tapi nampaknya saya tidak membungkus pesan itu dengan baik. Jadi kalau tulisan saya menyinggung, mohon maaf.

    Setiap orang boleh bikin komunitas sendiri, asalkan tidak ganggu orang lain. Mudah-mudahan ini bisa diambil hikmahnya oleh kita semua.

    Terima kasih udah komentar, Na. Lain kali, dateng lagi ya. 🙂

  2. pretty'na says:

    hi, mba. salam kenal. sebut aja saya pretty'na, nemu blog bu dokter waktu lagi iseng ga ada kerjaan buka2 blog orang. trus tertarik dengan tulisan asik mba, baca2 sambil skip-skip,(abis ada yang ga asik juga menurut saya). eh nemu postingan ini. jadi pengen ninggalin jejak disini.
    mmm, mo jawab pertanyaan mba dulu.
    1. jelas a. keliatan dari matanya ko
    2. a juga. tapi kalimat mba mau saya gubah sedikit. telah menafsirkan quran dan dengan semangat ibadahnya menutup wajah dan telapak tangan walopun tahu resikonya bakal jadi seleb dadakan di tempat publik, sampe ada yang nyuri2 moto segala,hehe.
    saya baca ini sambil ketawa-tawa. kayanya orang yang liat cewe cadaran[cowo pake cadar tuh 1 antara 1 juta ato bahkan 1 milyar loh, mba. jadi bisa dipastikan kalo anda ketemu orang bercadar itu pasti cwe, kecuali kalo ada yang janggal kaya misalnya tangannya berbulu labat(ga semua cw cadaran pake sarung tangan), ato pake sepatu bapak2. biasanya sih dari mata aja kita dah tau yang ada dalem item2 itu cwe apa cwo.jadi, tataplah matanya dalam2, hehe] pasti wondering..'gerah ga sie bo?'. saya jawab yah, (karena saya bercadar
    , dan ini jawaban saya aja, tidak mewakili cwe bercadar scra umum), ga tuh. soalnya gamis, kerudung n cadar yang saya punya kainnya oke punya. halus, adem, jatuhnya bagus, ringan. dan lagi berhubung oversize semua, sirkulasi udara di dalamnya lancaaar… pastinya untuk daleman saya ga pake sweater, kecuali kalo lagi musim ujan di tempat mertua. saya yang bercadar ga lebih ngerasa gerah dari yang ga peke cadar, sama-sama gerah. soalnya yang bikin gerah tuh udaranya bukan bajunya( hehe ngerti bahasa saya?)
    saya rasa juga postingan ini aga menyudutkan. tapi ga marah ko, soalnya saya dah biasa maen ledek2an.
    pengen ngasih tau aja yah, mumpung ada yang ngangkat topik cadaran, n kayanya emang mba n temen2nya ga gitu tau tentang cwe cadaran.
    lingkungan kita mang terbatas, karena yang pake cadar juga terbatas. maksudnya, biasanya kan orang suka dugem gaulnya sama yang suka dugem juga, suka belanja gaul sama yang suka belanja, jadi wajar aja kalo orang cadaran juga punya komunitas sendiri. yang ga wajar tuh kalo ada pasien bercadar yang ga mau jawab pertanyaan doktrnya, gimana mau di obatin, tuh.
    saya sih ga pernah nyapa tk parkir, soalnya ke mana2 naik mobil umum. tapi kalo tukang baso sih sering, minta diskon malah.
    emang aga ribet kalo kita sekeluarga lagi makan di luar, biasanya saya nyari pojokan yang aga tertutup supaya bisa buka cadar. kalo kambing guling sih minta bungkus aja kaleee..
    setuju kalo orang bercadar itu belum tentu bertakwa secara keseluruhan, tapi setidaknya mereka bertakwa dalam hal berpakaian menurut keyakinan mereka. (tanpa bermaksud menyindir siapapun)
    cewek bercadar tu manusia juga, jadi ya sama aja kaya orang kebanyakan.
    sorry, kalo komennya kepanjangan. kalo bahasanya ga jelas juga maklumi aja, newbie in blogesphere nih.

  3. herdy_bdg says:

    maaf saya pendatang baru,,,dan masih awam tentang blog…saya sangat tidak setuju dengan paparan yang anda jelaskannn..anda terlalu mengklaim seorang muslimah, apalagi yang pakai cadar di deskripsikan seperti yang anda kisahkan dalam cerita 1001 malam,,,sayang kita anda itu kurang bijak dalam memberikan opini tentang orang berjilbab,anda mungkin hanya melihat dari luar ja,harusnya sebelum anda memberikan opini seperti ini, anda harus harus melihat dari segi manfaat nya, bukan hanya sebatas kewajiban,,dan kalau masalah agama saya kira lebih baik gak sah terlalu di publikasikan,apalagi menyangkut dari prinsip dan ideologi seseorang,,,,saya bener bener gak setuju denga opini anda,maaf ya klo terlalu nyolot.

  4. Senna, gw sudah nunggu-nunggu dari kemaren buat denger suara kontra untuk ini.

    Setiap orang punya sudut pandang sendiri dalam hal memandang tiap tulisan. Ada yang menyimpulkan itu sebagai ejekan/penghinaan/bulan-bulanan, ada juga yang memandang itu hanya sebagai fenomena unik saja.

    Kalo mau dicerna betul-betul, tulisan gw di atas nggak pernah mempertanyakan keyakinan para pengguna simbol agama. Tapi tiap kasus yang gw jabarkan di atas intinya sama: Apa yang kaulihat belum tentu seperti yang sebenarnya terjadi.

    1. Pada kasus dongeng 1001 malam, cadar dipake sebagai alat untuk melancarkan upaya berzina.

    2. Pada kasus toilet perempuan, idem seperti nomer 1.

    3. Pada kasus perampokan, cadar dipake sebagai alat untuk melancarkan upaya perampokan.

    4. Pada kasus turis Arab, wanita itu ternyata bercadar hanya karena takut pada pemerintah Arab, tapi tidak takut memamerkan auratnya pada dunia.

    Bisakah dimengerti di sini? Manusia-manusia ini cuma berkamuflase doang, tapi akhlaknya bertolakbelakang dengan apa yang difirmankan dalam kitab suci kita. Jadi masihkah kita percaya bahwa “orang yang bercadar adalah SELALU bertakwa”?

    Tentu tidak semua orang yang berpakaian religius itu munafik, Senna. Sebagian memang sungguh-sungguh melaksanakan keyakinan menurut agamanya. Dan itu memang hak individu masing-masing.

    Tapi sebagian lagi tidak seperti itu.

    Gw menulis ini karena gelisah melihat simbol-simbol agama telah diobral seenak udelnya hanya untuk mendongkrak dan menurunkan pamor para kandidat dalam pemilihan presiden di negeri kita. Senna lihat sendiri kan?

    Semoga kita bisa lebih obyektif lagi dalam memandang kesakralan setiap simbol agama.

  5. wah rada ga setuju nih ama postingan kali ini, wanita itu pake cadar ya memang dia punya keyakinan bahwa muka hingga sekuruh badannya merupakan aurat yang harus ia jaga.

    mungkin saat nya sekarang kita berpikir lebih global mbak… kalo ane pikir sih saat ini kita belum bisa buat nerima orang lain apa adanya, berpakaian seperti apa . (toh dia nggak gak telanjang kan?)

    menjadikan orang yang menjaga akan idealisnya sebagai objek yang malahan jadi bulan-bulanan di komen blog ini, wah kayaknya bukan style mbak’e deh….

    but it’s your blog, you write what you like,

    but the reader can commenting as they like too right?

  6. mawi wijna says:

    Itu nggak mungkin terjadi mbak, karena pergaulan mereka terbatas. Biasanya mereka juga bertempat tinggal di lingkungan yang mayoritasnya seperti itu.

  7. Arman says:

    hmmm mungkin di dalem kerudungnya itu ada ac mini atau kipas angin jadi dia gak kepanasan… 😛

    trus mungkin juga ada stereo set, makanya harus tertutup rapat biar kedap suara.

  8. Make simbol agama apapun untuk mengekspresikan keyakinannya adalah hak individu. Termasuk tidak memakai simbol agama juga merupakan hak bagi tiap individu tersebut. Itulah intinya kenapa gw nulis ini.

    Ngomong-ngomong Mbak Okke, itu menu yang dimakannya apa? Menu sejenis kambing guling yang harus dimakan a la barbar sampai belepotan gitu nggak? :p
    *nggak penting*

  9. artasastra.com says:

    Wew..
    Kalo uda jadi kyakinan..
    Suse dicari..
    Gerah apa ndaknya..
    Hehehe..
    Bukan begitu ce.. 😉

  10. okke! says:

    hahaha
    gile lu, sempet nyak motret.
    gw pernah liat orang bercadar di sebuah resto dan dengan tololnya, gw yang waktu itu udah selesai makan, balik lagi karena penasaran, gimana cara makannya. Ternyata cadarnya disibakkan 🙂 *ga penting*

    nah komen rada penting, emang bener jilbab, sama seperti salib, atau artefak agama, cuma yah, sekedar artefak doang, ga ada korelasinya sama kualitas ketakwaan. Tapi kalo gw sih, karena bukan mindreader, nggak tau motivasi apa dibalik penggunaan artefak2 tersebut, jadi ga pernah mempertanyakan. Daripada suudzon mending nggak suudzon *heyah! apa seh*

  11. vendy says:

    hmmm…so, kl emang dia tahan panas, aneh kah pakai cadar gitu?

    imho, akan lebih enak kl kita tahu posisi dia dimana tanpa asas praduga “gila-bo-ga-panas-apeh”

    just my 2 rupiah =))

  12. mawi wijna says:

    Gini mbak, cadar itu karena ada beberapa kalangan yang percaya (yakin) bahwa bagian tubuh wanita yang boleh terlihat hanya mata aja. Tapi itu udah masuk ke ranah agama yang tentunya ngga ada ujunungnya klo diperdebatkan. Di depan kampus saya juga ada masjid yang kalau lagi acara pengajian penuh dengan wanita-wanita bercadar. Dan memang mereka itu cenderung tertutup, untuk menyapa mereka aja orang-orang bakal mikir2 dulu.

  13. Cadar adalah hak asasi manusia, jadi nggak perlu disomasi kalo nggak nyenggol orang lain. Ngomong-ngomong, mahasiswi bercadar boleh masuk ruang ujian, nggak? Siapa tau dikira joki menyamar, gitu..

  14. ditter says:

    adek angkatanku juga ada yg bercadar mbak, cuma satu doang, ga tau kenapa dia selalu kliatan sndiri, ga ada temennya. kasian juga, padahal temen satu angkatannya banyak. entah krn temen2nya yg pada males, ato dianya sndiri yg mnutup diri…

  15. Pucca says:

    gua juga pernah ketemu di mall, tapi gua sih gak senekad lu ampe moto sgala haha..
    yah.. itu hak asasi setiap orang sih, gua sih gak pernah masalah ama orang yang extra terutup atau extra terbuka, asal gak ganggu2 gua mah terserah dehhh 😛

Tinggalkan komentar