Resep bir pletok asal betawi cukup beragam dari waktu ke waktu. Pasalnya, banyak bahan dari bir pletok yang kini sudah jarang ditemukan, sehingga para pembuat bir ini terpaksa memodifikasi resepnya.
Saban kali saya ke Jakarta, saya selalu nyari-nyari bir pletok. Tapi nggaaak pernah nemu-nemu. Ada kali saya bolak-balik mandir ke ibukota, tapi nyari minuman begini aja susah amit. Mana saya sangka, kalau suatu hari saya bakalan nemu bir itu di Surabaya.
Ketemu bir pletok ini juga nggak sengaja. Siang tadi, saya ketemu teman di sebuah kafe di Surabaya. Setelah beberapa menit ngobrol, seorang staf datang nganterin dua gelas minuman yang mirip teh hangat.
Tapi di dalam gelas teh itu, anehnya, ada serainya.
“Apa ini?” tanya saya.
Teman saya jawab, “Ini bir pletok.”
Saya langsung excited. “Weww.. aku ke Jakarta aja nggak pernah nemu restoran yang jualan bir pletok. Adanya bir ijo!”
Bir Pletok Itu Minuman Keras Apalagi?
Oh tidak, bir pletok ini bukan bir yang nggarai mabuk itu, Sodara-sodara. Bir pletok ini minuman khas orang Betawi. Dibikinnya dari rempah-rempah.
Kalian pernah dengar wedang uwuh? Wedang jahe? Yaa kira-kira bir pletok itu sodaranya wedang-wedangan itu lah.
Hanya saja, yang namanya wedang haruslah hangat. Tapi bir pletok ini bisa diminum hangat, bisa diminum adem juga.
Dan karena digodoknya dari rempah-rempah, bir pletok ini sama sekali bukan minuman keras. Nggak merangsang mabok. Malah minum ini jadi hangat.
Sejarah Bir Pletok yang Kepingin Meniru Bir Londo
Bir pletok ini memang diraciknya pertama-tama oleh orang Betawi di Jakarta sana. Jadi, waktu jaman penjajahan dulu, di mana orang Kompeni masih bercokol di kawasan yang mereka sebut Batavia, orang Belanda suka menghelat pesta.
Khasnya pesta orang Belanda itu, mesti ada bir. Mereka minum bir dan wine, soalnya bir dan wine ini menstimulasi badan jadi anget. Ya memang efek sampingnya jadi mabok, tapi ya yang mereka cari itu perasaan anget itu.
Orang Betawi, yang kayaknya setengah-setengah kepingin bergaya hidup seperti orang Belanda, ingin minum yang menerbitkan rasa hangat juga. Tapi mereka nggak boleh ngebir, karena kebanyakan orang Betawi itu kan muslim. Jadi mereka ngakalin, mereka bikin minuman hangat, tapi ramuannya dari rempah-rempah.
Rempah-rempah yang dipakai terutama jahe. Lalu dicampur bumbu-bumbu lain: kapulaga, kayu manis, cengkeh, you name it. So pasti dong, minum begini maka badannya jadi hangat.
Terus, supaya kelirnya merah kayak minumannya orang Belanda, maka bir-biran orang Betawi ini dikasih kulit kayu secang. Voilaaaaa.. Jadi merah deh!
Voila ini bukan bahasa Betawi, bukan bahasa Belanda, tapi bahasa Itali.
Kemudian, supaya makin berasa kayak orang Belanda, minum bir dari rempah-rempah ini kudu nunggu pesta dulu. Dan orang Betawi itu cuman pesta kalau ada yang kudu dirayakan, misalnya pernikahan. Alhasil, bir pletok hanya disajikan pada waktu pernikahan atau acara sunatan.
Eh, tapi ada yang bisikin gw bahwa ternyata bir pletok juga dihidangkan waktu ada orang meninggal.
Nah, kalau lagi bikin bir pletok ini, kan rempah-rempahnya kudu digeprek dulu. Jahe tuh apalagi, segede-gede jempol, pasti ngegepreknya ganas. Nah, kalo lagi ngegeprek jahe itu, bunyinya pletok, pletok.
Makanya, akhirnya birnya dinamain bir pletok!
Si Vicky ngarang. Ada yang bilang, pletok itu suara ketika botol wine dibuka.
Ada juga yang bilang, kata pletok itu berasal dari suara es batu. Karena jaman dulu, bir pletoknya disajikan di dalam gelas kaleng. Gelasnya dimasukin es batu. Es batunya gemeretukan dengan kaleng gelasnya, bunyinya jadi pletok, pletok.
Menenggak Bir Pletok
Bir pletok yang saya minum di kafe siang itu dihidangkan di gelas tinggi. Warnanya merah, hampir keoranyean. Nampak menerawang di dalam gelasnya, ada sebongkah jahe. Sebatang serai mencuat dari dalam gelas.
Saya mencium bir itu, aroma jahe menyeruak dari dalamnya. Lalu saya seruput. Aih.. manis piquant sedikit membakar dari jahe dan serainya.
Tapi juga agak asam tangy khas rempah-rempah, serempak dengan aroma rempah-rempahnya yang pungent nyelekit. Saya meneguknya, dan tenggorokan terasa segar. Saya langsung menyesapnya lagi, tapi harus berhati-hati karena.. kan minumnya belum difoto!
Ooh begini tho rasanya minum bir pletok..
Ingin saya tanya ke pemilik restorannya, gimana resepnya meramu bir pletok. Tapi karena alasan etika, saya tahan pertanyaan saya ini dan saya googling sendiri.
Manfaat Bir Pletok? Buat Orang Pilek!
Dengan komposisinya yang didominasi jahe begini, saya rasa bir pletok ini cocok diminum oleh orang yang lagi sakit pilek, wkwkw..
Apalagi yang lagi kena Corona, wah mesti matching nih..
Resep Bir Pletok Asal Betawi
Lantaran minuman tradisional yang satu ini punya potensi cuan dan sekaligus bisa dijadiin komoditas wisata, Pemerintah pun ikutan membina bir pletok. Mereka ngajakin banyak orang Betawi buat bikin bir pletok dan ngejual bir halal ini dalam kemasan siap saji.
Bahan-bahan bir pletok sendiri udah dikasih standar lho dari Kementerian Pertanian.
Bahan bir pletok: Jahe, pala, lada hitam, kayu mosohi, kapulaga, cabe Jawa, cengkeh, kayu manis, batang serai, daun pandan, secang, gula, garam, air.
Tapi bikinnya itu yang agak ribet. Rempah-rempah yang masuk ke dapurnya kudu disortir dulu, dicuci, lalu diiris-iris/ditumbuk sampai kecil-kecil. Bahannya ditimbang, lalu direbus sampai ekstraksinya keluar semua. Kemudian disaring, baru dimasukin botol. Disterilin, lalu didinginkan, dan baru disegel, kemudian dijual.
Sebentar, di mana ya nyari kayu mosohi? Saya mah taunya kayu mahoni, wkwkwk..
Lantaran ribet ini, makanya beberapa koki yang jualan bir pletok di restoran kadang-kadang milih mengabaikan kayu mosohi.
Cabe Jawa sering di-skip juga, terutama lantaran kepingin menjangkau pangsa konsumen yang nggak doyan pedes. Lah pakai lada hitam aja udah cukup pedes lho, mau ditambahin cabe juga? :))
Dan untuk nambah kesegaran, banyak koki akhirnya nambahin daun jeruk waktu ngerebus bir pletoknya. Ada juga yang nambahin jinten. Whoaa macam-macem.
Ada juga yang kasih saran, supaya makin harum, jahenya dibakar dulu.
Tapi yang paling penting buat saya sih, warnanya kudu merah. Soalnya orang Betawi belain bikin bir pletok ini supaya bisa mirip orang Belanda yang wine-nya memang warna merah. Dan untuk mencapai kemerahan ini, kulit kayu secangnya kudu dimasukin ke panci pas larutan lagi panas-panasnya. Makin banyak secangnya, makin merah tampang birnya.
Ternyata menggodok bir pletok yang berwarna begini lumayan ribet ya? Apalagi jaman dulu. Makanya bikinnya cuman pas lagi ada hajatan doang.
Tapi kini, seiring dengan makin maraknya semangat buat melestarikan kebudayaan lokal, akhirnya banyak orang Betawi mulai memproduksi bir pletok untuk siap saji. Biar bisa dijual di warung-warung, siap diminum kapan aja.
Di Mana Jual Bir Pletok?
Saya diceritain teman, kalau mau cari bir pletok yang disajikan seger, kudu ke kampung khas Betawi bernama Situ Babakan di Jakarta.
Tapi kalau mau bir pletok yang siap saji, banyak sekarang di e-commerces. Ada yang dijual versi botolan, ada juga yang disediakan dalam versi bubuk sachetan.
Di Surabaya tempat saya tinggal, bir pletok ini disajikan di The Warehouse, sebuah kafe berkapasitas sekitar 100 orang di kawasan Kendangsari.
Pernah Ngincipin Bir Pletok Jogja?
Bir pletok Betawi ini punya sodara juga, namanya bir Jawa. Bir ini sebetulnya minuman khas keraton, diminum oleh sultannya Jogja kalau lagi menjamu tamu dari Eropa.
Birnya sama-sama dari jahe juga, tapi warnanya lebih kuning dan rasanya lebih manis. Ada secang dikit, tapi lebih didominasi oleh jeruk nipis.
Keratonnya Sultan bikin ini supaya relevan sama orang Eropa yang kepingin minum bir sebagai penghangat. Sultan yang jelas nggak boleh mabuk, memodifikasi minumnya supaya sama-sama hangat (dan berwarna kuning) juga.
Bir pletok merupakan salah satu minuman herbal khas Indonesia. Ada banyak lagi minuman herbal yang lain dari Indonesia, misalnya sirup pidada dan teh jeruju. Kedua minuman yang terakhir ini dibikin dari tumbuhan khas hutan mangrove. Baca ya sumber minuman-minuman ini pada artikel berikut ini -> Makanan dari Hutan Mangrove.
Nah, bir pletok ini minuman khas Betawi yang sekarang susah dapetnya lho. Makanya, yuk lestarikan dengan membuatnya, menyebarkan resepnya, supaya banyak orang yang bisa menikmati dan melestarikannya. Share artikel ini yuk ke temen-temenmu yang doyan meracik minuman 🙂
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Aku udh lama tinggal di Jakarta aja belum pernah vic nyobain bir pletok :p. Tau doang … Susaaaah memang nyarinya. Di situ Babakan jauh bgt dr rumahku :p. Beneran hrs niat mau makan khas Betawi ato kalo ada acara di sana :p.
Jd tau sejarahnya gimana dan bahan2 bir pletok. Aku ga kebayang sih kalo pake cabe Jawa. Bntuknya juga piye itu cabe Jawa :p. Selama ini taunya cabe ya sama semua bentuknya hahahaha .
Tp Krn bahan2nya mirip wedang, rasanya aku bakal suka sih. Tiap ke solo ato Jogja slalu nyari wedang anget 😀
Ya, bir pletok ini memang wedangnya orang Betawi, Fan.
Dan banyak banget orang Jakarta yang kukenal nggak pernah minum wedang satu ini. Harus banyak yang jualan, Fan, biar orang Jakarta-nya sendiri familiar 🙂
Sejauh-jauhnya Setu Babakan ke rumahmu, masih lebih jauh dari Setu Babakan ke rumahku laah 🙂
Waktu baca kata bir pletok sekilas sempat bingung. Heran ada minuman yang digemari orang Betawi. Ternyata cuma minuman jahe dengan campuran rempah lain.
Saya belum coba dan jadi penasaran juga.
Bir jawa dan bir pletok ibarat sodaraan dengan tujuan serupa di era kolonial.
Senang baca kuliner tradisional dan bahas sejarahnya juga. Ini ada nilai lebih bagi oenyuka sejarah macam saya.
Iya, Teh Rohyati, tapi rempah-rempah tambahannya memang banyak banget.. :))
Kalau yang Mbak Vicky minum ini sepertinya yang edisi siap saji ya? Karena warnanya kurang merah menurutku. Jadi seperti Teh Jahe biasa saja.
Saya pernah cobain Bor Pletok ini dan nggak terlalu suka.
Saya pun kalau jalan-jalan ke daerah, selalu cari minuman tradisionalnya. Tapi yang saya cari selalu minuman tradisional yang beralkohol 🙂
Iya, kayaknya ini masih versi siap saji, Darius. Secangnya kurang. Moga-moga lain kali bisa dapet bir pletok yang merah banget gitu 🙂
Wah, ini Bir rempah rempah kesukaan saya. Enak dan tidak memabukkan.
Iya, Pak Eko 🙂
Aku pernah denger soal bir pletok tapu belum pernah nyobain. Nanti coba cari kalau ke Jakarta atau hunting di Bandung 😀
Kabarin ya kalo di Bandung ada 😀
Waduh, bahan-bahan bir pletok ternyata banyak ya. Mana apa itu, kayu mosohi, aku bahkan gak tahu. Ah, lebih praktis beli aja deh. Pernah lihat temen jualan secara online. Penasaran dengan rasanya. Kayaknya bikin tenggorokan plong dan dada anget ya.
Temennya jualan bir pletok online pakai merk apa, Teh?
Jadi penasaran pengen minum bir pletok, seumur-umur belum pernah nyobain, kayanya cocok nih diminum di Garut , biar badan anget.
Kayaknya rasanya mirip bandrek kalo di Garut, mungkin yah 🙂
waah kesukaan nih, minum bir tp gak memabukkan ya, hehee seger bikin anget 🙂
Iya, lantaran seger anget gitu, makanya saya seneng 🙂
Hihihi bener kak, pertama kali denger istilah bir pletok tuh jaman SMP dan aku kira semacam yang memabukan tapi bukan cinta ya haha.. disini banyak yang jualan bir pletok rasanya dan aromanya strong banget kak.
Cici kalau mau beli bir pletok di restoran mana? Apa kudu ke Setu Babakan juga..?
Kota Kisaran tempat saya tinggal beberapa hari ini hujan mulu, kayaknya enak ini bikin bir pletok tapi karena bahannya buanyaakkk…
Minum bandrek aja dulu deh, karena di sini adanya bandrek pakai susu
Whoaa bandrek kan kurang pedes, Lus 🙂
Aku baru tahu klo bir pletok tuh trnyata wedang uwuh ya, suka bkin sndiri sih, lucu jga nih sejarah minuman ini
Ya, bir pletok ini wedang uwuh yang ditambah bahan-bahan lain supaya rasanya lebih pungent 🙂
Saya pernah denger Bir Pletok ini, tapi seingat saya nggak pernah nyobain. Gak tau kalau jaman Jakarta Fair waktu saya kecil dulu ada dijual juga atau nggak. Ternyata bahan-bahannya dari rimpang-rimpangan, ini mungkin bisa dijadikan variasi minuman yang meningkatkan imun tubuh di jaman Coronce gini.
Makasih resepnya Kak Vicky.
Harusnya di Jakarta Fair itu ada ya, karena gimana-gimana juga bir pletok ini kan minuman khas orang Jakarta. 😀
Yeaay akhirnya ngincipin juga hehe aku kenal minuman ini udah sejak SD. Di kantin ada yang Jual. Cuma gopek, wkwk.
Tapi aku kurang suka masaaa 🙁
Ternyata bikinnya seribet itu yaa.
Wait ,bir Jogja? Seriously? Belum pernah! 🙁
Ini bener dijual di kantin, Vi? Whoaa kok bisa seh sekolah SD jualan bir..
*ngakak guling-guling*
Aku tahu Bir Pletok semenjak kenal Suami yang emang asli Betawi, awalnya kirain mo ngajakin “mabok”, haha. Baru tahu juga nih kalau cara bikinnya ternyata gak semudah rebus rempah2 kayak biasa ya, tapi rasanya emang enak sih aku suka. Btw, sekarang mulai ada beberapa Resto juga yang teh manisnya dikasih serai, aromanya jadi lebih unik.
Iya, serai memang bikin semua minuman jadi tercium seger ya, Mbak 🙂
Emang yeh Betawi tuh selalu puya cerite dan gaye saah satunyaya ini nih Bir Pletok yang melegenda dan berhasil bikin tubuh jadi anget. Makasih ye Mpo Vicky udeh mau share tentang Bir Pletok 😉
Makasih, Bang Adhe yang kece.. Mestinya Bang Adhe nih yang tunjukin ke aye, beli bahannye bir pletok di mane, biar aye bisa bikin sendiri di rumah aye :))
hai mbak vicky, salam kenal
pernah denger tentang bir pletok ini tapi belum pernah icip nih mbak. Gara2 pandemi juga nih akhirnya aku minum wedang uwuh, padahl pas di jogja dua tahun yg lalu yg jual wedang itu tetangga sebelah. Memang ya, rempah-rempah di indo ni bisa banget buat dibikin banyak ramuan. sekarang lagi suka jeruk nipis, jahe, kunyit, sereh, dan jeruk nipis aja, nggak tahu ini namanya apaa, hihi
Itu namanya macam bir Jogja, kalo jahenya dicampur serai dan jeruk nipis gitu, kayaknya sih 🙂
Sekarang bir pletok juga udah banyak lho yang dibuat dengan butiran jadi tinggal diseduh, jadi tahannya lebih lama daripada yg cair
Iya ya, lebih praktis 🙂
Aahhh, minuman favorit aku juga nih, langganan di kafe temen maunya Bir Pletok apalagi kalo pas diminum lagi cuaca dingin atao pas badan lagi agak lelah. Nyeruputnya selagi hangat huuuuy..
Langsung nyesss, jadi kapan kita NgeBir Pletok bareng niihh
Iya ya, Teh.. sesekali kita perlu ganti minuman, yang tadinya ngupi-ngupi berubah jadi ngebir :))
Baru tau saya apa itu bir pletok (org Betawi yang ingin bergaya spt orang barat)..Ternyata banyak sekali manfaatnya. Perlu dimasukkan dalam kuliner lokal yang menambah kekayaan kuliner nusantara .
Ya, Bu Ina, ini memang kuliner lokalnya orang Betawi 🙂
Saya gak terlalu suka minuman soda dan bir gitu sih, liat bir pletok jadi ingat minuman jamu, hehehe. Tau dari bir pletok pas liat di mall
Baru tau euy sejarahnya bir pletok. Ternyata ada yang pake cabe ya, itu hangatnya gimana ya.. Pedes banget hehehe. Seumur umur belum pernah nyobain bir pletok, penasaran banget sama rasanya. Mirip wedang jahe mungkin ya
Di mall mana ya yang jual bir pletok, Alya? Kayaknya Hanna perlu ke sana buat nyobain bir pletok, biar bisa bedain dari wedang jahe, hihihi..
Saya pernah cobain juga. Rasanya memang membuat nyaman dan hangat. Waktu ke Jakarta pas banget ke setu Babakan seperti yang mba Vicky sampaikan. Saat itu maen ke rumah si pitung. Ada yang jualan ini, sekaliam dengan kerak telor.
Wah, si Pitung pasti seneng lihat orang-orang Betawi masih lebih suka minum bir pletok daripada wine 🙂
Aku baru nyicip versi instan nya mba Vicky..mudah2an sih bisa nyicip yg asli begini, baik versi Betawi ataupun Jogja. BTW, foto2nya cakeeeep…
Terima kasih, Mbak Tanti.. seneng lihat fotoku diliatin Mbak Tanti 🙂
wah bir pletok ada di mana2 yaa… kalo di Bogor ada di jalan suryakencana.
emang enak bir pletok, bikin anget di badan 🙂
Weww..di Suryakencana ada? Di restoran mana, Teh?
jadi tahu deh asal muasal bir pletok, trus aku jadi pengen bikin deh mbak
Bisaa.. coba dirimu cari kayu mosohi dulu 🙂
Aku dulu mengira bir pletok ini minuman keras yang memabukkan tapi ternyata ini minuman rempah khas Indonesia. Cocok neh diminum saat musim hujan atau badan pas kedinginan.
Yak, betul banget, bikin badan kedinginan jadi hangat.. 🙂
Sini, mbak Vicky… maen ke rumahku Kita jalan kaki ke Setu Babakan deket kok. Biasanya Fakhri demen makan kerak telor trus miminya bir pletok. Memang sih biasanya warnanya gelap kayak wine lah kira2. Kata orang Betawi asli di sana, proses pembuatannya butuh kesabaran dan ketekunan hahaha soalnya bahan2nya buanyak dan kudu pas takarannya.
Hihihi kreatif ya orang Indonesia
Pingin bir, bikin bir pletok
Pingin beef steak, bikin selad solo
Pingin sosis, bikin sosis solo dst
Jadi kabita pingin nyobain bir pletok, ke Jakarta aja ah yang lebih deket
Iya, Teh Maria. Kalau sudah ngerti formula bahannya, orang Indonesia mah bisa lah modifikasi masakan luar dengan kearifan lokal
Haiyaa… pingin dong, Teh! Ternyata rumah Teh Nurul deket Setu Babakan ya? Aku pengen ditemenin ke sana doong..
Ouw, ada pula yang namanya bir jawa rupanya. Dan aku baru eungeuh kalau mau coba bir pletok ke situ babakan dulu.
Adaa.. bir Jawa itu biasanya dijualnya di Jogja.. dan rasanya manis, khas Jogja banget..
Katanya bunyi pletok2nya itu dari suara es batu yang diguyur bir nya itu mba Vicky. Es batu yang dikasih bir itu bunyi pletok2 gitu, makanya dikasih nama bir pletok, hihi
Kalo bir pletoknya hangat, kan nggak ada es batunya, apakah tetep bunyi pletok-pletok..?
Yuni belum pernah ngincipi bir pletok. Dulu mikirnya ada bikin mabok juga. Eh ternyata nggak ya.
Okelah. Yuni highlight deh. Bahwa bir pletok sama sekali nggak bikin mabok. Biar enak kalau mau nyicipi. Jadi aman. Halal mbok. Hehehe
Moga-moga suatu hari nanti Yuni bisa ngincipin yaa 🙂
sementara aku cuman bisa ngebayangin kombinasi rasanya, kalau mirip mirip teh yang dicampur jahe atau wedang jahe, mungkin hampir mirip.
tapi boleh juga nanti kalau ketemu minuman ini pingin cobain juga
duluuu aku mengira bir pletok memabukkan, ternyata cuman nama aja yang ada bir nya
Memang ini mirip wedang jahe, Mbak Ainun, hanya saja rasanya lebih pedas. 🙂
Hmm gitu toh sejarah nya.
Kalo sekarang ada istilah makanan sultan mungkin jaman dulu ini minuman meneer
Birnya minuman meneer, tapi kalo bir pletok sih minuman abang-abang 😀
Jadi rasanya kayak wedang jahe ya tapi ada wangi rempah2 lain
ini baru bir yg bikin sehat ya mbak…
mbak vicky suka minum yg hangat apa adem ni? klo aq sih yg adem,pas buat cuaca yg sangat panas akhir akhir ini
Aku sih senengnya minum hangat, Dian, tapi di dalam ruang yang AC-nya banterrr.. :))
Iya, Mbak Stefanny, sebetulnya bir ini varian lain dari wedang jahe :))
Wah, baru tau ne, bir kearifan lokal, bir pletok. Welldone mba, tulisannya bermanfaat sekali.
Sama-sama, senang bisa berbagi cerita 🙂