Mengecek Kualitas Traffic di Google Analytics

Kadang-kadang tuh, pemilik coffee shop yang udah punya website suka bingung buat ngecek traffic-nya di Google Analytics. Karena kesannya yang nge-view banyak, tapi yang dateng beneran ke kafenya kok cuman dikit. Padahal jawabannya sederhana: Kalau mau menginterpretasi data traffic, jangan lihat metriks Page View, tapi perhatikan metriks Scroll.

Karena View bisa bikin angka traffic kelihatan cantik. Apalagi kalau content writer-nya suruh tetangganya se-RT/RW buat buka halaman itu dengan menaruh link-nya di grup WhatsApp RT-nya. Rasanya akan sama kayak ratusan orang masuk ke cafe buat foto-fotoan sama suasana barnya barista, tapi pergi tanpa nyeruput kopi.

Makanya mending lihat aja berapa orang yang scroll artikel sampai habis dan pindah ke halaman berikutnya alias halaman order online. Karena jumlah yang pindah ke halaman berikutnya ini yang mencerminkan minat sesungguhnya. Kalau tahu bedanya berapa yang scroll dan berapa yang view doang ini, strategimu memasarkan kopi bisa jauh lebih tepat sasaran.

Mengapa Scroll Lebih Penting daripada View

Saya perlu nyatet di blog sini tentang betapa pentingnya mengecek jumlah orang yang Scroll artikel kita. Contoh: Kalau yang View artikel-nya ada 1.000 orang, misalnya, bisa jadi yang Scroll cuman 100 orang, atau cuman 50 orang doang.

Angka 100 atau 50 ini yang justru lebih presisi menggambarkan jumlah orang yang berminat sama artikel itu. Sebab metriks View bisa diakalin, tapi metriks Scroll belum tentu bisa.

Metriks Scroll ini memberi kita sinyal, siapa yang betul-betul membaca konten kita sampai tuntas. Jadi kalau mau menginterpretasi data traffic, jangan berhenti di View. Lihat Scroll untuk tahu kualitas engagement-nya pengunjung website kita.

Cara Menemukan Data Scroll di Google Analytics 4

Makanya saya suka banget menu Traffic Acquisition di Google Analytics 4 itu.

Kalau saya udah sampai menu ini, di kolom kaca pembesar itu, saya ketik organic search (untuk menyaring traffic dari search engine aja, bukan traffic dari WhatsApp).

Terus di kolom +, saya pilih paramater apa aja yang saya suka: Age, City, Gender. Malah akhir-akhir ini saya juga ketik Browser dan Screen Resolution.

Kalau filternya udah jelas gini, baru saya pindah ke kolom-kolom di sebelahnya. Di sebelahnya kolom View, User, itu kan ada kolom Event Counts.

Nah, di kolom Event Counts itu saya pencet, terus saya ganti jadi Scroll. Terus data Scroll-nya langsung nongol sendiri deh.

Kalo sudah begini, saya jadi bisa membayangkan pembaca saya secara lebih presisi. Contohnya aja, saya jadi tahu bahwa meskipun yang nge-view blog saya kebanyakan dari Jakarta dan berumur 35 tahun ke atas, tapi yang nge-scroll blog saya ternyata kebanyakan dedek-dedek cantik Surabaya berumur 18-25 tahun yang pakai browser Chrome dengan screen resolution 320×800 pixels.

Menginterpretasi Perubahan Jumlah Scroll Setiap Minggu

Pekan ini, jumlah orang yang nge-scroll tulisan saya 8% lebih sedikit daripada pekan lalu. Saya perlu cari tahu sebabnya.

Soalnya data ini bisa jadi alarm kecil tapi cukup penting buat saya. Apakah paragraf pertama kontennya kurang menarik? Kontennya kurang engaging? Atau artikelnya kepanjangan?

Kalau kita punya bisnis atau brand gitu, informasi kayak gini bisa bikin kita lebih waspada. Bayangin aja kalau brands itu tahu berapa banyak yang scroll ketimbang berapa banyak jumlah view yang dilaporkan oleh juru kampanyenya, mereka bisa pengsan kuciwa. Hahahahahahah. Traffic sak mene akeh, tibakโ€™e akehan bot-e.

Menghubungkan Traffic dengan Konversi Online

Traffic yang dibaca dengan benar bisa dipahami lebih cepat untuk mendeteksi audiens online yang serius dan berpotensi jadi pembeli di bisnismu. Contohnya nih ya, ada orang yang scroll sampai habis di artikel Panduan Memilih Biji Kopi untuk Brewing di Rumah, terus lanjut baca artikel Review Grinder Budget Friendly. Kira-kira kayak infografis di atas deh.

Kemungkinan besar orang ini lagi menimbang-nimbang buat pesan kopi lewat layanan antar, atau mau beli peralatan kopinya aja sekalian. Makanya behavioral data begini jauh lebih kuat ketimbang cuman melihat pageviews mentah.

Kalau kamu menginstalasi Google Analytics 4 di website bisnismu, kamu juga akan dimungkinkan untuk melacak conversion funnel lho. Pengunjung mana yang scroll-scroll artikelmu, sampai akhirnya menekan icon food delivery app, itu bisa kamu lihat.

Caranya sih, atur aja supaya tiap kali ada yang mencet link ke food delivery app, itu dicatet oleh Google Analytics sebagai Key Metric. Di menu Explore-nya, kamu bisa lihat berapa pengunjung yang melakukan scroll, lalu pindah ke halaman berikutnya dan memencet link ke food delivery app.

Memahami Google Analytics begini pada akhirnya akan menambah pemasukan tanpa harus menambah biaya besar. Misalnya nih, kamu mendapatkan data bahwa ternyata konten yang kamu terbitin tentang kopi cold brew misalnya, lebih jarang dapet scroll ketimbang konten tentang kopi macchiato.

Maka kamu bisa ambil kesimpulan bahwa macchiato lebih gampang menimbulkan konversi ketimbang cold brew. Selanjutnya kamu tinggal nyari, dari jumlah orang yang scroll di konten macchiato itu, berapa yang lanjut masuk ke halaman order. Kalau ternyata yang masuk ke halaman order banyak banget, berarti konten macchiato-nya udah bagus.

Tapi kalau ternyata yang masuk ke halaman order cuman dikit, berarti paragraf terakhir di konten macchiato itu kurang menarik dan perlu diperbaiki supaya lebih menjual.

Selanjutnya, kalau dari jumlah orang yang masuk ke halaman order itu ternyata yang akhirnya beneran mbayar cuman dikit, berarti yang salah itu bukan kopinya. Tapi proses dalam pembayaran itu yang perlu dicek ulang. Kenapa pengunjungnya mendadak batal beli, padahal aslinya dia udah tertarik buat beli macchiato?

Penutup Kopi yang Wangi

Return of investment dari strategi yang berbasis data pengunjung website begini biasanya lebih tahan lama daripada sibuk bikin konten dan berharap dapet FYP. Tapi tentu aja kamu perlu paham cara membaca datanya, minimal ya ngerti berapa orang yang baca konten website-mu sampai habis. Dan ngerti juga berapa orang yang tadinya cuman kepoan doang berubah menjadi sungguhan mencet order di website-mu.

Mau tanya tentang gimana cara membaca data di Google Analytics supaya bar kopimu makin harum? Kontak saya aja. Mampir dulu ke halaman profil Page of Vicky Laurentina buat ngerti cara ngontaknya ya.

9 comments

  1. Dirman says:

    Aku baca ini kayak lagi stalking terus disuruh mandi, biar segeeeeeeer terus di gaaaaaas maning. Nuwun, kak! ๐Ÿ™‚

  2. Ojo nganti bikin pengsan brand lah. PR banget buat artikel sing mengundang pembaca buat baca sampai habes. Kayak artikel ini. Aku rela aja baca sampai habes.

    Cuma kadang view sing gedhe yo menggiurkan. Tapi kudu tetapkan fokus dulu deh. Traffic inshaAllah mengikuti nek wes pengunjung podo betah baca artikel sampai habes.

  3. Aku mah udh pasti scroll Ampe abis . Apalagi kalo mutusin buat komen, harus beneran baca, ga mungkin klik doang . Tapi bagus sih kalo skr ada perhitungan scroll, ga hanya view . Males juga kalo tau yg ngeview bot doang Yaa

Leave a Comment