“Kasihanilah lansia di keluargamu yang gaptek itu. Kita-kita yang muda ini kalo mati gaya kan tinggal scrolling-scrolling Instastories atau non Youtube. Sementara lansia cuman bisa cari distraksi dengan nonton tipi yang penuh siaran sinetron tak bermutu.”
Teman saya pernah bilang begitu kepada saya. Jadinya, saya mikir, barangkali cara gampang berbakti kepada orang yang lebih tua adalah dengan membebaskan mereka dari kegaptekan. Kalau dimintak lho yaa..
Dan itu terjadi ketika bude saya yang sudah sepuh itu berkeluh-kesah, beberapa minggu yang lalu. Dos-q datang dari Malang, naik kereta, ke Surabaya. Setelah dos-q minta tolong saya buat nemenin dos-q tawaf keliling Tunjungan Plaza (Holy God, kenapa seh semua orang Malang gampang banget terpesona sama mall yang suka bikin nyasar di dalem itu), saya nemeninnya makan siang di food court sambil makan bakmi.
Takut Transportasi Online
Kakaknya ayah saya itu, umurnya sekitar 70-an, melenguh panjang pendek tentang betapa susahnya dos-q ke sana ke mari semenjak sepupu-sepupu saya meninggalkan rumah dan mulai punya rumah sendiri.
“Mosok Bude kalo mau keluar-keluar harus nunggu sampek bisa dijemput mbakyumu? Padahal mbakyumu kan juga harus kerja. Lha kalo Bude keluar-keluar kan kudu disetiri. Kalo jalan sendiri, serem nyebrang jalan, takut ketabrak. Mana jalan raya depan rumah itu ruame banget sekarang, banyak truk gandeng lewat pula..”
Saya mengernyit. “Bude ngapain nunggu Mbak nganter-nganter? Bude pergi sendiri lah pake ojek online. Tinggal telepon, tunggu sampek dijemput. Ngider deh.”
“Aduuuh..Bude takut!” kata Bude. “Gak terampil Bude ini nutul HP-nya..”
“Halaaah.. di WA grup aja Bude berisik forward ini forward itu, mosok naik ojek online aja takut salah mencet?” tukas saya skeptis.
“Bukan gituu.. Bude takut kalo pakai ojek online nanti Bude malah kesasar..” rengek Bude sambil kipas-kipas.
Saya menatap Bude sembari mengernyit. “Ngapain mikir nyasar sih, Bude? Driver-nya ojek online itu dilatih supaya pakai jalan yang paling cepat untuk bisa sampai ke tujuan. Yang tugasnya mencegah nyasar itu driver-nya, bukan tugas Bude. Ojek online itu buat menghemat waktu kita supaya nggak usah mikirin traffic lagi, Bude..”
Tetiba HP saya bunyi. Sepertinya itu bunyi pesan Instagram.
“Tak ada orang mau jahat sama kita kalau kita naik ojek online. Aman kok!” kata saya sambil ngambil HP saya dari tas.
“Mosok seh?” Bude saya mengerutkan kening.
Saya membuka HP saya. Bener, ada pesan Direct Message Instagram dari suami saya. “Nggak bisa jemput, Ma. Fidel tidur siang, lelap banget. Bisakah Mama anter Bude ke stasiun sendiri?”
Bude tidak berencana menginap di Surabaya hari itu. Jadi sore itu juga dos-q ingin langsung pulang dengan kereta Penataran ke Malang. Suami saya semula berencana menjemput kami di Tunjungan Plaza untuk kemudian mengantar Bude ke stasiun kereta.
Tapi ternyata, anak kami tidur siang di rumah sehingga suami saya tidak bisa meninggalkannya. Maka solusinya, saya kudu mengantar Bude sendiri ke stasiun dengan kendaraan umum. Bude nampak prihatin lihat saya terpaksa mengantar Bude sendiri. “Ndak pa-pa kamu antar Bude ke stasiun? Kita naik becak tah, Nak?”
Saya menggeleng. “Ooh ndak, Bude. Ndak bisa ngedang becak di mall sini. Kita pake GOJEK.” Saya berdiri dan mencangklong tas saya.
“Haah?” Bude hampir keselek es jeniper. “Lhoo..nantik.. nantik kalo..”
“Wis tah lah, Bude. Aman, aman!” saya menggandeng Bude saya dan membawakan belanjaannya yang isinya cuman pashmina doang itu. Lalu saya berbisik nakal di kupingnya, “Ta’ ajari Bude pesen GOJEK!”
Mengajari Bude Cara Memesan GOJEK
Jangan dikira ngajarin lansia itu gampang. Saya mesti menunjukkan mana logo aplikasi GOJEK di HP saya. Saya mesti ajarin dulu bahwa dalam GOJEK itu bisa pesan ojek motor (GO-RIDE) atau pesan ojek mobil (GO-CAR). Bisa pesan makanan atau pesan jasa tukang bersih-bersih rumah. Ngomong begitu aja sudah makan waktu 15 menit sendiri, sambil duduk di bangku panjang depan teras Tunjungan Plaza.
“Duh, cilik banget hurufnya. Aku ndak mbawa kacamataku yang plus-nya sudah direvisi,” keluh Bude sambil memicing-micingkan mata, sembari tangannya tremor menekan icon GO-CAR. “Terus sekarang gimana? Lhooo..ada gambar petanya?”
Layar pun ganti jadi gambar peta lokasi saya sekarang. “Lha iya, ini peta lokasi tempat kita sekarang. Ini gambar peta Tunjungan Plaza. Nih ada tulisannya Mau ke mana hari ini? Ta’ tulisi ya.. Stasiun Gubeng Lama.”
Layarnya berubah lagi. Sekarang peta menunjukkan peta jalur antara Tunjungan Plaza dan Stasiun Gubeng. “Nih, lihat ya, Bude.. tulisannya perkiraan tarif GOJEK kira-kira Rp 18.000,-. Kita tekan pesan sekarang yaa..”
“Ooo..berarti sama orangnya sudah diplot ya tarif jalannya?” Bude manggut-manggut.
“Bukan sama orangnya, Bude, tapi sama aplikasi GOJEK-nya,” kata saya geli sambil nunggu aplikasinya loading. Lalu terdengar bunyi. Ternyata order-an saya diterima. “Kita tunggu di sini, Bude. Nanti orangnya datang. Pakai mobil merk ****a. Nih nama driver-nya. Nih foto orangnya. Nih nomer plat mobilnya.”
Bude melihat foto driver-nya. “Oo resik kayaknya orangnya. Orang mana ya dia?”
Saya langsung rolling eyes. Bude celingak-celinguk. Tak lama lima menit kemudian, sebuah MPV ****a beneran datang menghampiri teras.
“Lihat, Bude, itu mobilnya. Nomer platnya cocok sama tulisan di HP sini,” kata saya sambil melambai kepada sedan itu.
Pengemudinya membuka kaca mobilnya. “Ibu Vicky?” tanyanya.
Saya mengangguk, lalu membuka pintu belakang mobil dan menjatuhkan bokong saya ke jok berbalut kain yang empuk. Bude melirik ke driver-nya, berusaha memastikan wajah driver-nya sama seperti foto di HP saya.
“Selamat siang, Bu. Mau ke Stasiun, ya?” tanya driver-nya ramah. Matanya nampak berkilat cemerlang pada bayangan di spion.
Saya cuma ber-hm-hm aja. Driver-nya tersenyum dan mengarahkan setirnya ke gerbang keluar dari TP 5. Tak berapa lama, kami pun sudah masuk ke perempatan Blauran yang padat.
Mata Bude masih saja mengawasi driver-nya. Lalu menginspeksi sekeliling interior mobil. Mobilnya bersih. Driver-nya bahkan menyediakan tisu dan permen segala di area dekat rem tangan.
Pamer Feature Aplikasi GOJEK kepada Bude
Saya mencolek Bude, memintanya memperhatikan HP saya lagi. Di aplikasi GOJEK kini nampak peta berisi jalur perjalanan kami. Saya pencet tanda perisai di sebelah kanan bawah peta, dan nongollah menu Pertolongan Pertama pada Trip. Bude nampak antusias membaca menu-menunya.
Bagikan Lokasi Saya Sekarang
“Lihat, Bude,” bisik saya. Lalu memencet “Bagikan Perjalanan”.
“Bude, nanti Mas tahu kita ini disetirin sama orang yang namanya siapa, fotonya kayak gimana, dijemput di mana, mau dianterin ke mana, sama nomer plat mobilnya juga,” bisik saya.
Mulut Bude langsung terpana membentuk huruf “O.”
Belum selesai saya mamerin aplikasi ini kepada Bude, saya pun pindah ke menu berikutnya, “Tombol Darurat.”
Tombol Darurat
Saya pencet, dan layar berganti menjadi deretan angka numerik seperti yang lazim ada di display telepon.
“Whoaaa..canggiih..!” bisik Bude tertahan, sambil melirik ke driver-nya di depan. Sang driver nampak anteng saja menyusuri Sungai Kalimas. Tanya Bude lagi, “Ini, semua kendaraannya GOJEK itu kayak gini? Ada Tombol Daruratnya?”
Saya tersipu. “Baru GO-CAR doang. Tapi mudah-mudahan yang GO-RIDE pake motor itu nanti dikasih Tombol Darurat juga. Tapi yang jelas, yang sudah pake Tombol Darurat ini GO-CAR se-Indonesia.”
Mata Bude berkilat penasaran. “Pencetin Tombolnya, Ky, Bude mau tau itu operator halo-halonya beneran ada apa enggak?”
“Iih, Bude, jangan atuuh. Tombolnya ini bukan buat main-main becandaan, tapi fungsinya serius sebagai penjaga keamanan. Hambok ya kita jangan sampai terjebak dalam situasi di mana harus pencet tombol ini lah, amit-amit..”
Update Perkembangan GOJEK: Feature Baru Aplikasi GOJEK, RDL GOJEK
Memang perkembangan GOJEK sekarang cukup signifikan. Apalagi semenjak nongol peraturan Pemerintah tentang angkutan online itu beberapa bulan yang lalu. Saya inget betul, pada salah satu berita yang saya baca, bahwa Pemerintah minta pengusaha angkutan online supaya ngatur semua driver-nya dalam pelatihan yang terstruktur. Aplikasi online itu kudu ada tombol daruratnya. GOJEK kayaknya menanggapi itu dengan serius, begitu kesan saya waktu saya baca website-nya GOJEK.
Icon bagikan perjalanan dan icon tombol darurat yang saya tunjukkan kepada Bude itu adalah hasil update perkembangan GOJEK sekarang. Dengan menu buat bagikan perjalanan begini, kelihatan banget bahwa saya bisa kabar-kabari ke orang lain tentang detail perjalanan saya bareng GOJEK. Link yang saya share itu bisa dipencet oleh keluarga saya, dan mereka bisa ikut melacak keberadaan saya. Aman toh?
Dan tombol darurat itu juga oke. Saya bahkan bisa langsung menghubungi Unit Darurat-nya GOJEK untuk minta pertolongan darurat. Meskipun saya sendiri juga ngarep saya nggak perlu mencet tombol itu, hihihihi..
Pelatihan Driver dan RDL GOJEK
Dan yang bikin saya salut, GOJEK memang sungguhan mau nyiapin mitra driver-nya supaya beneran siap melayani penumpang yang bener. Eh tau nggak, untuk driver yang baru mau mendaftar sekarang buat jadi mitra GOJEK, driver-nya kudu ikutan suatu kursus pembinaan untuk driver dulu lho.
Pertama-tama mereka akan diberikan modul pelatihan yang lengkap. Modul ini isinya info tentang cara menggunakan aplikasi pengarah jalan, cara merawat kondisi kendaraan, patuh sama peraturan lalu lintas, dan cara memberikan pelayanan yang baik.
Selain itu, GOJEK juga kolaborasi sama Rifat Drive Labs buat bikin keterampilan berkendara para drivers-nya makin sip. Kolaborasinya dihelat dalam program RDL GOJEK, dan program ini diinisiasi sama pembalap Rifat Sungkar yang beken sebagai Duta Keselamatan Berkendara itu lho. Tujuan akhir dari pengaturan para driver GOJEK untuk mengikuti kursus ini, ya supaya penumpangnya GOJEK itu selalu merasa aman kalau lagi disetirin sama driver-nya GOJEK.
Update: Program ini sudah diadakan di 20 kota lho. Dan masih berjalan sampai sekarang, setiap bulannya diikuti sekitar 10 ribu driver dengan materi seperti yang tercantum di atas.
#TrikNgetrip dan Driver Jempolan
Pembinaan driver nggak cukup hanya sampai pada program RDL GOJEK itu saja lho. GOJEK juga memperkenalkan program #TrikNgetrip, dan fokus pelatihan program ini adalah pada pengembangan soft skill para drivernya.
Melalui program edukasi yang menyenangkan ini, driver-driver itu jadi paham tentang bagaimana menyampaikan pesan dengan cara yang menyenangkan dari para mitra driver agar bisa memberikan pelayanan terbaik termasuk juga dapat tips dalam berkendara selama perjalanan. Lumayan kan, mereka jadi tahu gimana sih caranya “mendekati” pelanggan parnoan macem Bude saya tadi itu.
Selain keterampilan berkendara, GOJEK juga kasih driver-nya pelatihan keterampilan lainnya lho. Melalui sebuah workshop yang bernama Bengkel Belajar Mitra, GOJEK menggandeng para profesional di bidangnya masing-masing untuk memberikan pembekalan kepada driver GOJEK dalam meningkatkan layanan dan mengasah pengetahuan di bidang-bidang lainnya.
Driver yang berprestasi bakalan diberi pengharagaan sebagai Driver Jempolan, dan gelar keren ini bakalan disematkan dalam bentuk pin di jaketnya. Alhasil drivers bakalan termotivasi banget dong supaya bisa melayani penumpang sebaek mungkin.
Asuransi GO-RIDE
Dan nggak cuman driver yang diramut habis sama GOJEK. Bahkan penumpangnya GOJEK pun disayang-sayang banget. Saya baru ngeh bahwa ternyata semua perjalanan kita menggunakan layannan GO-RIDE ini diberikan diberikan perlindungan asuransi.
Efeknya, kalau sampai kita mengalami musibah sehingga dapat kecelakaan ketika lagi naik GO-RIDE, kita bisa memanfaatkan asuransi ini.
Akhirnya Download Aplikasi GOJEK
“Ky, tanggung jawab nih,” sebuah pesan dari sepupu saya mendarat di WhatsApp saya, kemaren. “Semenjak kamu anterin Bude ke terminal waktu itu, pulang-pulangnya di Malang Bude jadi ngoceh terus tentang pengalaman naik GOJEK. Alhasil sekarang Bude jadi di-install-in GOJEK di HP-nya.”
Ia terdengar menggerutu.
Saya malah senang. “Lha bagus dong, Mbak? Berarti sekarang Bude sudah #UninstallKhawatir sama ojek online. Oh ya, aplikasi GOJEK-nya sudah di-update ke versi yang paling anyar kan? Soalnya fitur baru-baru kayak Bagikan Perjalanan dan Tombol Darurat itu baru bisa dipakai kalau versi aplikasinya sudah updated.”
“Ya sudah, tentu saja. Dan akibatnya parah. Sekarang Bude malah jadi miber menclak menclok ke rumah teman-temannya di sana sini cuman pake GOJEK thok. Aku kan jadi bingung kalo mau ke rumah Bude buat mintak dimasakin bakmi, lha Bude-nya nggak ada. Aku nanya sama si bedinde, jawabnya Tadi Ibuk pergi dijemput GOJEK..
Aku telfon Bude, mau dijemput jam berapa di mana? Mau makan malem pake menu apa di rumah? Terus enak aja Bude njawab, ‘Nggak usah, Lex. Nantik Mama pulang dianterin sama GOJEK.’ Guayaaaa! Padahal nutul HP aja masih suka typo, lha jari Mama aja segede gaban..”
Saya nggak denger lagi gerutuan si Kakak. Soalnya saya sudah ketawa ngakak guling-guling, bayangin Bude saya yang udah sepuh malah kecanduan ojek online..
Dan satu per satu, makin banyak keluarga kami yang pakai ojek online. Teman-teman kami juga, bahkan yang tinggal di kota-kota kecil yang belum ada ojek onlinenya, kalau ke kota besar mulai makin sering pakai GOJEK. Meskipun kadang-kadang ada rikuhnya juga sih. Kayak contohnya temen saya yang tinggal di Barabai (Kalimantan Selatan) ini, punya kesan sendiri juga kalau bepergian dengan GOJEK ketika lagi keluar kota. (Baca ya ceritanya di sini -> Pengalaman Menggunakan GOJEK).
Yuk, teman-teman, waktunya kita memperkenalkan kemudahan kepada kita dan keluarga kita di era teknologi yang bernama GOJEK.
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Ahaha, aku juga udah ngenalin Gojek ke ibuk. Apalagi fitur barunya bikin semakin merasa aman dengan uninstalkhawatir. Dulu pertama naik gojek, uw degdegan rasanya takut diculik wkwkw. Padahal mah, Alhamdulillah aman aman aja
Nah, enak kan kalo ibuknya bisa kenal GOJEK. Hidup ibuknya juga pasti lebih baek karena ada yang bisa membantu meringankan kehidupannya sehari-hari.
Sekarang makin aman dan nyaman berkendara dengan gojek ya dengan adanya fitur keamanan dari gojek ini
Senangnyaaa budhe uda bisa #uninstallkekhawatiran. Btw, aq yo blm pernah nyobain GOJEK lho mb. Gara2 ya itu tadi, adanya ketakutan kek gitu.
Tapi setelah aq baca ini, kayanya bakal berani nyobain GOJEK deh.
Mosok kalah rek, sama Budhe nya mb Vicky?? Wkwkw.
Mosok gak tau nganggo GOJEK seeh? Whoaa..bakalan jadi pengalaman pertama nih. Sueneng mestine.
sekarang makin ngerasa aman dan nyaman saat pake gojek ya, karena semua orang bisa trackking posisi kita. Aku skrg kemana mana better pake gojek soalnya lebih mudah hihi
Keren kan ya GOJEK.. Kalo pake alternatif lain, mungkin belum tentu segampang ini 🙂
awalnya juga aku ragu2 pke gojek, tapi lama-kelamaan aku butuh dan sekarang jadi pengguna setia aplikasi gojek! 😀
Hohohoooo.. apakah kamu akhirnya pakai GOPAY juga?
jadi ga waswas lagi emang ya karma udah ada fitur tombol darurat ini, dulu kalo naik gocar malem malem apalagi pas ujan tu agak agak was was hehehe
Iya, memang dulu banyak cerita tak mengenakkan ya. Tapi sekarang udah nggak lagi. Kalo pulang malem pun tetap tinggal Share Link aja ke orang rumah supaya mereka tetap bisa memantau kita sudah sampai di mana. 🙂
aku beneran ngerasa aman banget krna skrg di gojek ada fitur bagikan kirimannya
Bener, feature “Bagikan perjalanan” ini yang bikin naik GOJEK jadi nggak lagi waswas 🙂
Aku suka banget ni pake gojek. Praktis da harga masih terjangkau buat aku. Biasanya aku naik gojek kalau harus ke lokasi jauh dan ga berani bawa mobil atau motor sendiri karena jauh hahaha
Oo beda ya sama aku. Kalo aku, karena kotaku tempat tinggal itu panas banget, jadi aku sungkan kalo jalan kaki. Makanya ke mana-mana naik GO-CAR, hihihihi…
Duuh semoga Go-ride cepet2 punya fitur macam gini deeeh. soalnya aku tiap hari pakai gojek untuk kemana-mana.
Lagi dibangun nih sistemnya, Mbak 🙂 Supaya GO-RIDE juga bisa ikutan aman juga 🙂
Mama ku juga skr udh diajarin cara2nya naik Gojek, Gocar atau Gofood jd ketagihan kalau ke pasar baru ga mau dianterin mau sama gojek aja biar ga usah mikirin parkiran. Hehehe.
Nya alhamdulillah atuh ya. Kalau orang nggak usah mikirin parkiran lagi, keperluan belanja bisa lebih efisien 🙂
Aku baru install aplikasi ini beberapa hari yg lalu. Telat bgt gak sih? he he
Sebenarnya sekarang in syaa Allah aman ya pakai ojek online kalau fiturnya secanggih ini. Bener2 bisa #UninstallKhawatir
Wedewww.. Ke mana aja kamu, Mel? :’))
Terkesan sederhana tapi teryata memang banyak yang aku akui belum bisa pesan ojek online. papa aku sampai skarang tuh mba. Padahal sudah aku install ojek. Hiks. Padahal andalan banget aku kalau kemana-mana ya pakai gojek
Sayang banget ya. Bapakku juga belum lancar nutul-nutul GOJEK-nya. Ibuku malah lebih gape.
Kalau my mom pakai smartphone cuma buat nge youtube dan facetime an, lama lama tau juga cara pesen go car sendiri setelah diajarin berulang kali. Ga khawatir lagi dan ga perlu di anterin karena udah ada fitur unsintall khawatir, jadi bisa kepoin my mom lagi dibawa kemana sama si abang go car
Oh yeah? Enak ya sekarang buebu pada demen youtube-an. Lama-lama tv di rumah jadi berdebu dong :))
Doski…
Hahhaa…aku jadi ingat pas jaman SMA dulu, nyebut cem-ceman dengan kata doski.
Tapi nek mbek Bude, aku ra wani nyebut doski.
Mengko ditutul mbek Ibukku.
Btw,
Malang sekarang macet dimana-mana yaa…kak Vick.
Kebayang deeh..kalau mau kluar mesti nunggu ada yang nganter.
Alhamdulillah,
Ada Gojek, si driver pribadi yang bisa bantu anter kemana saja, kapan saja.
Jadi #UninstallKhawatir
Ya, betul. Biarkan drivers Malang itu yang memikirkan alternatif jalan macetnya 🙂
mbak vicky sabar bgt neranging nya bnyk jg nih kluaga yg sepuh2 klo pas berkunjung suka ribet cari trnsportasi untung skrg ada gojek ya apalg fitur baru nya itu yg bagikan perjlanan bikin kita g khawatir lg klo naik ojol
Harus sabar jelasinnya, Tori. Supaya sesepuhnya bisa jalan sendiri.
Kalau sesepuh bisa jalan sendiri, pemudanya akan bisa menjalankan hidupnya sendiri dengan lebih efisien karena tak harus menanggung ketidakmampuan sesepuhnya 🙂
bagus banget nih app gojek. sangat berguna dengan fitur barunya ini
Iya betul 🙂
Itu budenya yang baju ungu itu? Lha wong ya keren begitu kok. Yo mesti canggih sekali aja diajari nutul gojek hahhaha..
Si Mbak Farida ini mintak dikitik-kitik aja, hahahhahaha…
suamiku sampai bilang, kita berhutang banyak sama gojek hahaha soalnya setiap kali dia nggak bisa jemput, yang jemput abang gojek 🙂
Whoaaa.. Sama, Ci! Aku kalo nggak dijemput suamiku malah lebih suka dijemput GO-CAR..
Mamaku juga masih gaptek pernah udah disediain dan didaftarin sekaligus diajarin cara order tapi sekalinya tempat nya lain dia bingung ngatur map nya. Hehehe
Akhirnya aku suka orderin pakai akun aku dan Alhamdulillah sesalu sampai dg selamat karena terecord perjalanannya. Thanks GOJEK
Memang ngatur petanya agak tricky, terutama jika lokasinya bukan berupa tempat umum, tetapi misalnya nomor rumah tertentu.
Saya baca ini bisa bayangin logat jawanya . hihi… sekarang Bude guayaaa sudah bisa naik Gojek kemana-mana.
Ibukku kalau dikasih tahu aku pulang pakai GoCar suka nanya-nanya: lhaa itu mobil e siapa? kok mlisih banget supirnya. hahah
Kira-kira berasa kayak ganti supir tiap hari ya, wkwkwkwkwk..
Nggak usah jauh-jauh lansia deh, sesama usia 30-an atau 40-an aja kalo gaptek karena dari desa juga nggak akan paham sama GOJEK dan susah diajarin hehe. Terima kasih mbak Vicky sudah bersedia mengajari bude 🙂
Ya, memang tiap orang perlu belajar untuk pake GOJEK, makanya gw nulis ini. Temen gw sendiri yang seumuran gw, tinggalnya di Bandung, lulus S2, masih parno aja pake ojek online apapun. Mudah-mudahan dengan segala feature keamanan ini, orang bisa hidup lebih praktis dan percaya sama GOJEk buat bantu hajat hidup mereka.
Wah semakin nyaman dan aman ya menggunakan go jek.. Inilah wujud kreativitas tanpa batas yang penuh manfaat dr anak Indonesia.
Iya, betul banget, Mbak 🙂