Usaha Anda mungkin sudah posting tiap hari di Tiktok, pasang iklan tiap minggu, tapi yang datang tetap saja sepi. Uang keluar terus, tapi jarang yang kirim pesan ke WhatsApp, dan Anda mulai curiga apakah marketing itu cuma teori mahal tanpa hasil nyata. Makanya festival digital marketing seperti RHDFest diadakan untuk membongkar kenapa dana promosi Anda bocor ke arah yang salah.
Banyak pengusaha nggak sadar bahwa kerugian mereka bukan karena malas promosi. Tetapi justru sebaliknya, mereka terlalu rajin di satu channel doang. Saya akan cerita bagaimana RHDFest yang digelar weekend lalu dan akan kembali dilanjutkan bulan Januari depan ini bisa bantu perbaiki kompas digital marketing-nya para pengusaha.
Banyak Usaha yang Salah Arah Digital
Ini yang sering saya lihat ya, niat marketing para usaha itu sudah ada. Tetapi, arah promosinya terlalu sempit, cuma bertarung di Instagram atau Tiktok saja, tanpa menyebar ke channel lain yang lebih relevan. RHDFest membongkar kesalahan arah ini sejak hari pertama konferensinya, dengan menunjukkan kenapa bisnis yang hanya bergantung pada satu channel sering kehilangan calon pelanggan di tengah jalan.
Konsumen Datang dari Mana Saja
Di masa kini, manusia nggak cuman menyelidiki suatu usaha (entah itu toko, restoran, klinik, bengkel, apapun) dengan scrolling Instagram. Mereka juga nyari di Google Maps, baca review di blog orang yang pernah mampir ke tempat itu, bahkan nemu dari rekomendasi WhatsApp temannya. Radius Arianto di RHDFest bilang dengan tegas, audiens potensial bisa datang dari channel mana saja, bukan cuma dari sosial media doang.
Calon pembeli itu perlu dijaga supaya bisa berpindah dari fase awareness (kenal sama nama tempat usaha Anda) ke fase consideration (mulai tertarik mau coba). Disrupsi sering terjadi karena mereka cuma dapat paparan atas nama usaha Anda di satu tempat. Akibatnya, mereka hilang begitu aja karena nggak ketemu lagi nama usaha Anda lagi di tempat lain.
Jadi kalau Anda cuma promosi di Instagram tanpa muncul di blog orang-orang, Anda seperti sedang memasak dengan satu panci padahal dapur punya lima kompor.
Seminar di RHDFest menunjukkan cara menjaga audiens tetap hangat di lintas channel, supaya mereka nggak kabur ke kompetitor yang lebih gampang ditemukan. Prinsipnya gampang: meskipun customer potensial itu sering pindah-pindah platform, tugas Anda tetap memastikan mereka tetap nemuin usaha Anda di tempat mereka sering scroll-scroll.
Funnel Lama Sudah Tidak Cukup
Dulu, funnel marketing semua bisnis itu simpel: Attention → Interest → Desire -> Action. Customer potensial lihat iklan Anda, tertarik, langsung datang atau pesan.
Tapi sekarang? Funnel sudah bergeser jadi Attention → Interest → Search → Action → Share. Banyak pemilik usaha yang nggak nyadar kalau ada tahap “Search” di tengah yang sering bikin mereka kehilangan calon orderan.
Ketika customer potensial sudah masuk fase Interest (mulai tertarik sama price list Anda), mereka nggak akan langsung pesan. Mereka bakal nyari dulu info-info tentang usaha Anda di tempat lain, kayak di Google, Maps, review blog-blog, dan entah di mana lagi. Kalau usaha Anda nggak muncul di sana (atau di-mention tapi infonya nggak meyakinkan), ya udah, customer potensialnya pindah ke kompetitor.
Sepertiga brand ditemukan oleh audiens setelah audiensnya terpapar iklan. Jadi iklan Anda itu cuma jadi trigger awal, tapi ya bukan penentu akhir. Nyangkutnya omzet yang mestinya Anda peroleh itu sebenarnya karena customer potensial itu udah tertarik; tetapi, mereka nggak bisa nemuin informasi lengkap tentang lokasi, jam buka, atau price list Anda saat mereka lagi butuh.
Nah, di sinilah pentingnya search engine optimization (SEO) masuk. Supaya iklan Anda nggak sia-sia, usaha Anda harus mudah ditemukan saat orang nyari, bukan cuma kelihatan sesaat di feed sosial media.
Update SEO Masa Kini
Banyak usaha yang juga udah berupaya lebih dengan mengoptimasi namanya supaya dapet customer dari search engine. Masalahnya, kesalahan terbesar soal SEO ini adalah mikir bahwa SEO cuma soal keyword dan ranking di Google.
Di RHDFest ini, Andhika Kurniawan jelasin bahwa SEO hari ini adalah soal search intent (apa yang dicari audiens) dan distribusi konten ke banyak channel. Jadi bukan cuma ngejar posisi satu di Google, terus beres. Usaha yang muncul di Google, Maps, review platform, dan sosial media sekaligus akan lebih gampang dapet customer daripada yang cuma fokus di satu channel.
Strategi SEO Bukan Checklist
Saya sering denger cerita banyak pemilik usaha bahwa konsultan SEO-nya bikin to-do list SEO yang panjangnya kayak daftar belanjaan Ramadan. Pasang meta description, optimasi image, bikin backlink, dan seterusnya. Tapi begitu ditanya “Apa hubungannya daftar ini semua sama omzet?”, konsultannya bingung sendiri.
Makanya Ilman Akbar di RHDFest ini bilang, membuat strategi SEO bukan bikin to-do list. Tapi strateginya adalah merencanakan hal yang hendak dikerjakan dan tahu persis bagaimana hal itu akan kasih hasil ke bisnis yang melakukan SEO itu.
Strategi SEO yang bener dimulai dari tujuan bisnis dulu. Kira-kira begini kalau strateginya mau di-broken down.
| Tahap | Pertanyaan Kunci |
| Tujuan Bisnis | Apa keinginan pemilik bisnisnya? |
| Tujuan Marketing | Apa keinginan divisi marketing-nya supaya tujuan bisnisnya tercapai? |
| Tujuan SEO | Apa keinginan divisi SEO-nya supaya tujuan marketing-nya tercapai? |
| Key Lever | Metriks apa yang harus dikejar supaya tujuan SEO-nya tercapai? |
| Deliverable SEO | Apa pekerjaan hariannya supaya target key lever-nya tercapai? |
[Contoh gampangnya: klien saya dulu jualan susu pertumbuhan, tujuan bisnisnya ya naikin penjualan. Caranya? Bikin orang lebih sering bahas brand-nya di mana-mana.
SEO-nya ngapain? Bikin brand ini muncul terus di Google. Metriksnya? Traffic dan conversion. Kerjanya? Bikin konten baru, perbaikin konten lama, benerin technical error.]
Ini yang sering bikin omzet nyangkut: pemilik usaha sering suruh anak buahnya sibuk ngerjain “SEO”. Tapi nggak tahu aktivitas mana dari SEO yang beneran bawa pelanggan baru atau cuma bikin laporan bagus doang.
RHDFest membantu peserta melihat dampak tiap aktivitas ke omzet, bukan sekadar angka traffic yang nggak jelas artinya.
[Karena traffic tinggi tapi kasirnya tidur itu cuma bikin dashboard kelihatan rame, tapi nggak ada transferan.]
Local SEO yang Benar-benar Beli
Saya pernah juga ketemu pemilik kafe yang curhat, “Mbak, saya udah ada di Google kok tetep sepi.”
Begitu saya cek, memang profil Google Business Profile (GBP)-nya ada sih. Tapi waktu bukanya di Google beda sama waktu buka aslinya (dia ada hari libur khusus tapi nggak bilang-bilang), foto menunya yang udah lama discontinue masih aja dipasang.
Meng-update GBP sebenarnya merupakan kerjaan SEO juga, yang lebih spesifiknya disebut Local SEO. Raditya Denishtsany, yang ikutan berbicara di RHDFest ini kasih tahu bagaimana audit Local SEO supaya beneran bantuin usaha di balik GBP itu.
- Apakah bisnis Anda relevan untuk keyword yang ingin dikejar? Cek apakah Anda muncul untuk pencarian yang berhubungan dengan produk/jasa Anda.
- Apakah bisnis Anda cuma muncul untuk nama toko Anda? Atau juga muncul untuk keyword non-branded seperti “kafe ramah anak terdekat”, atau “bengkel tambal sepeda listrik terdekat”?
- Apakah halaman servisnya sudah optimal? Pastikan info menu, layanan, atau produknya lengkap dan updated.
- Apakah review yang diperoleh di GBP Anda itu berkualitas? Kualitas review lebih penting daripada sekedar hasil review bintang lima.
- Apakah Anda rutin merespons review? Balas review positif maupun negatif untuk menunjukkan bahwa Anda memedulikan customer.
- Apakah foto di GBP Anda itu autentik? Hindari memasang foto berupa hasil download dari situs photo stock.
Kalau Local SEO-nya punya cabang lebih dari 10, konsistensi data jadi krusial. Nama bisnisnya harus seragam, alamatnya harus akurat, jam operasionalnya harus match dengan realita.
GBP yang dirawat beneran memang bisa bawa omzet. Said Muhammad nih contohnya, di RHDFest cerita dos-q jualan 25 unit filter air minum per bulan tanpa iklan, pure dari Local SEO. Ketik “jual mesin RO di Sorong”, langsung usahanya muncul, bahkan masuk Google AI Overview lho.
Traffic yang masuk melalui Local SEO adalah traffic yang high intent, yaitu orang yang siap beli.
Said Muhammad, 2025.
Inilah contoh nyata bahwa Local SEO yang dikerjain dengan serius bisa bawa penjualan tanpa harus buang uang ke Ads terus-terusan.
Workshop untuk Arah yang Benar
Berapa banyak uang yang sudah Anda buang untuk pasang iklan yang salah target, atau bayar “konsultan marketing” yang ngasih laporan bagus tapi omzet nggak naik? RHDFest nggak berhenti di konferensi doang, tapi masih akan lanjut dengan workshop yang ngasih praktik langsung dari para pembicara tadi.
Mereka udah buktiin strategi mereka di lapangan lho. Anda bakal dapat insight tentang cara kerja channel marketing, cara memperbaiki funnel, dan cara prioritas mana yang harus dikerjain duluan supaya nggak buang waktu ke hal yang salah.
[Dan ini saya bilang dengan judgement: biaya ikutan workshop-nya lebih rendah daripada 3 bulan salah strategi yang bikin dana Anda menguap percuma. Bandingkan budget ads Rp 5 juta per bulan tanpa hasil dengan biaya workshop yang nggak sampai 20%-nya, tapi bisa ngasih arah yang jelas dan aplikatif untuk 6-12 bulan ke depan. Gini nih investasi yang paling rasional supaya dana marketing Anda nggak bocor lagi ke arah yang salah.]
Workshop RHDFest cocok untuk pemilik usaha yang serius pengen hasil. Anda cocok ikut kalau siap terima logika marketing, atau udah kena trauma gegara pernah buang uang ke “strategi digital” yang ternyata cuma slide cantik tanpa eksekusi nyata. Workshop ini juga relevan kalau Anda curiga selama ini arah promosi Anda salah, tapi nggak tahu salahnya di mana, dan butuh orang yang bisa jelasin dengan konteks usaha lokal.
Daftar sekarang di workshop RHDFest yang dimulai 5 Januari 2025 nanti. Ini langkah paling masuk akal saat ini kalau Anda serius mau benerin arah digital usaha Anda.

I am a content strategist who loves blogging about planning and optimising content for marketing insights. Follow me on LinkedIn and Instagram below.
