Dari Mie Ayam hingga Mie Iblis

Kamu suka bakmi? Saya juga! Menyeruput terigu panjang ini udah jadi kegiatan favorit banyak orang, apalagi kalau udah dikasih macam-macam bumbu dan topping. Nah, sekarang saya mau cerita tentang macam-macam mie yang populer di Surabaya, tempat saya tinggal. Dari mie ayam, sampai mie iblis, variatif deh!

Lho, kok mie sih? Bukannya tadi bilangnya bakmi ya, Vic?.

Apa Perbedaan Bakmi dan Mie?

Dulu tuh saya sering dapet pertanyaan lucu ya: Di mana sih bedanya mie sama bakmi? Banyak yang nyangka bahwa mie itu cuman kependekan dari bakmi, padahal sebetulnya enggak lho. Begini nih penjelasannya.

Mie itu sendiri, awalnya makanan yang bentuknya panjang, dan bahan dasarnya dari terigu. (Saya bilang awalnya, soalnya di kemudian hari kita akan menemukan mie yang bahan dasarnya dari bayam, wortel, dan entah apa lagi.)

Andaikan mienya direbus dalam air kaldu, maka jadilah bakmi. Asal kaldu itu sendiri bisa bermacam-macam, tergantung kreativitas pembuat bakminya, bisa dari rebusan daging unggas, daging sapi, atau daging lainnya.

Bakmi ayam, artinya mie yang direbus dalam kaldu ayam. Bakmi udang, artinya mie yang direbus dalam kaldu udang. Bakmi babi, artinya mie yang direbus dalam kaldu dari daging babi. dan seterusnya.

Bakmi di Surabaya, paling banyak dibikin berupa bakmi ayam, dan seterusnya lebih sering disebut sebagai mie ayam. Meskipun ada juga vendor-vendor lain yang menjual mie, namun bukan berupa mie ayam, karena rebusannya juga berasal dari daging non-ayam. Nanti saya ceritain deh satu per satu. Baca terus yaa dongeng saya tentang mie ini ๐Ÿ™‚

Mie Ayam

Ada banyak aliran mie ayam di Surabaya, tapi salah satu budaya yang cukup mempengaruhi perkembangan kuliner mie di Surabaya adalah budaya Jakarta. Makanya di sini, banyak banget pengusaha depot mie yang jualannya mengusung nama mie ayam Jakarta. Contoh mie ayam Jakarta yang paling beken di Surabaya ini adalah Mie Ayam Jakarta Siola.

Mie Ayam Jakarta Siola

Mie yang disajikan di depot Mie Ayam Jakarta Siola diberi topping otot ayam yang disuwir tipis-tipis.
Lalu diberi irisan sayur sawi hijau dan potongan acar ketimun, kemudian dikucuri irisan daun bawang.
Kuahnya terpisah, dan kuahnya ditaburin daun bawang juga.
Biarpun penampilan mie di depot Mie Ayam Jakarta Siola cuman polosan begini, rasanya gurih sekali lho.
Harganya juga lumayan murah, cuman Rp 18k.

Waktu saya nulis artikel ini pertama kali, saya nulis sambil nyeruput mienya di depotnya di Jalan Genteng Siola. Tapi semenjak Juni 2020, warung ini pindah ke dalam Gedung Siola, di area food court.

Mie Ayam Bakso

Andai kita merasa mie ayam polosan a la Jakarta rada kurang nendang dan kayak mie bikinan rumah saja, boleh juga coba mie ayam yang ditambahin topping bakso. Nah, istilah bakso di Surabaya ini macam-macam lho. Ada yang menyebutnya bakso, tapi ada juga yang menyebutnya bakwan, dan ada pula yang manggilnya pentol, padahal barangnya ya itu-itu juga, wkwkwk..

Mie Pinangsia

Depot Mie Pinangsia adalah salah satu tempat makan yang lumayan populer dengan jualan mie ayam baksonya. Untuk semangkok mie ayam bakso ini, dibanderol dengan harga Rp 16k.

Ciri khas Mie Pinangsia adalah pakai daging ayam yang dicincang alias digiling halus, lalu dikucurin irisan daun bawang.
Kuahnya juga terpisah.
Jika pesan menunya berupa Mie Ayam Bakso, maka mienya diberi topping bakso.

Nah, depot Mie Pinangsia ini punya ciri khas berupa nyediain tiga macam bakmi, yaitu mie (rasanya cenderung sedikit asin), yamie (rasanya cenderung sedikit manis), dan lamie (rasa pedas). Manisnya yamie ini kayaknya dari kecap manis, menurut saya ya. Sedangkan kepedasan lamie-nya dibikin dari mie yang diberi merica, lagi-lagi menurut dugaan saya sih.

Anak saya, Fidel, 4 tahun, senengnya yamie yang diberi ayam jamur. Dia lahap makan ini sendirian, cuman dia kurang suka makanan berkuah, jadi dia minta saya yang habiskan kuahnya. Seporsi yamie ayam jamur ini dihargain Rp 17k.

Yamie ayam jamur bikinan Mie Pinangsia ini adalah mie ayam rasa manis yang sama-sama diberi topping cincangan daging ayam dan ditaburi irisan daun bawang juga, tapi ditambahi potongan jamur kancing.

Saya sendiri lebih suka menu Mie Pinangsia yang lain, yaitu Lamie Ayam Ca Siu.

Mie ayam jenis lamie yang saya pesan di Mie Pinangsia ini diberi topping suwiran daging ayam yang dibubuhi bumbu cha siew.
Ya ampun, lamie ayam cha siew ini betul-betul enak, sudah warnanya jadi kemerahan, rasa manis dan gurihnya pun jadi satu. Yummy!
Dan harganya sama, Rp 17k doang, Sodara-sodara..
Kedainya Mie Pinangsia ini sebetulnya berupa rumah juga, hanya letaknya di kompleks perumahan kawasan Rungkut.

Depotnya berupa meja-meja di halaman rumahnya, dengan kapasitas sekitar 50 orang. Andaikata lagi penuh-penuhnya di siang hari, pengunjung sampai kudu parkirin mobilnya di depan tetangga-tetangga kedai ini, saking penuhnya.

Meskipun nama depot ini mirip sama nama sebuah kedai mie sapi-pendek di Solo dan di Jakarta, tapi Mie Pinangsia di Surabaya sini nggak pakai kaldu babi lho.
Di spanduk yang digantung pada temboknya itu, sebetulnya ada tulisan no pork.

Mie Mapan Rungkut

Masih di bilangan Rungkut juga, ada depot lain yang jualan bakmi ayam juga, yaitu Mie Mapan. Mie Mapan ini pengusaha mie yang cukup tua di Surabaya, dan cabangnya di Surabaya cukup banyak, cuman yang paling beken adalah cabangnya yang di Rungkut ini. (Heran, kenapa rakyat Rungkut ini banyak nian yang doyan jualan mie yak?)

Mie Mapan ini juga jualan mie ayam bakso, hanya saja istilah mereka bukanlah bakso, melainkan bakwan. Terus spesialistik dari Mie Mapan ini sebetulnya adalah pangsitnya. Alhasil kebanyakan dari menu mereka berupa pangsit mie ayam, dan yang paling beken adalah pangsit mie ayam bakwan.

Pangsit Mie Ayam Bakwan alias mie ayam bakso a la Mie Mapan di Rungkut ini, pada dasarnya sama aja kayak mie ayam bakso umumnya, tetapi ditambahi topping pangsit rebus.
Semangkok pangsit mie ayam bakwan ini dihargai Rp 23k.
Porsinya sama kayak mie ayam bakso pada umumnya.

Tapi saya sendiri malah lebih demen menu yang dipesen suami saya, yaitu mie babat.

Mie babat ini berupa semangkok bakmi yang diberi topping babat sapi yang diiris tipis-tipis, lalu ditambahi sayur sawi hijau.
Terus, mienya ditaburin irisan bawang merah yang digoreng tepung.
Kuahnya itu agak manis, saya menduga sih ada kecap wijennya di dalamnya.

Mie babat ini cenderung manis karena daging babatnya, dan makin enak lagi ketika disirami kuahnya yang kecoklatan dan disajikan terpisah itu. Harganya sedikit lebih mahal yaitu Rp 33k, tapi memang enak sih.

Kedainya Mie Mapan di Rungkut ini sedikit lebih nyaman, biarpun sama-sama dibangun di rumah juga.
Kapasitas kedainya sendiri lebih banyak, kira-kira 100 orang gitulah.
Selain duduk pada meja di halaman rumahnya, pengunjung juga bisa duduk di ruang dalam rumahnya yang full AC.
Cabang Mie Mapan di Rungkut, Surabaya.

Parkir mobil kedainya sih masih di depan tetangga, hanya saja tetangganya adalah mesjid dan gereja, jadi rasanya lebih nyaman.

Servisnya juga cenderung lebih ciamik, soalnya nunggu pesanan diantarnya nggak pakai lama. Udah gitu, saban kali bacain pesanan pengunjung, stafnya selalu mengacungin jarinya. Saya masih inget, stafnya baca pesanan saya, โ€œSatu mie babat,โ€ sambil ngacungin jari telunjuknya, dan ngacungin dua jarinya waktu baca bahwa saya pesan dua botol air mineral.

Pangsit Mie Ayam

Ngomong-ngomong soal pangsit mie ayam, sebetulnya ada tempat makan pangsit mie ayam yang cukup legendaris di Surabaya, yaitu Bakmi Gili.

Bakmi Gili

Depot bakmi satu ini adalah depot yang pertama kali ngajarin saya tentang betapa enaknya pangsit mie. Saya pernah tinggal di Surabaya ketika saya masih balita (sebelum kemudian merantau ke Jawa Barat), dan orang tua saya sering ngajakin saya menyantap pangsit mie di Bakmi Gili ini, ketika Jalan Kertajaya masih sepi dan belum seramai sekarang.

Pangsit mie ayam di Bakmi Gili ini berupa bakmi yang diberi topping cincangan daging ayam, lalu ditambahin irisan daging ayam fillet, plus irisan jamur kancing dan akhirnya, pangsit goreng.
Sayurnya berupa selada, sementara acar ketimun dan kuah yang ditaburi irisan daun bawang disajikan terpisah.
Mungkin saking klasiknya, makanya pangsit mie ayam di Bakmi Gili ini harganya lebih mahal, yaitu Rp 30k.

Kedainya Bakmi Gili ini paling enak sih, soalnya berupa ruko yang full AC.

Kapasitas kedai Bakmi Gili Kertajaya ini cukup 50 orang aja, dan ketika saya dateng pada waktu makan malam, saya sangat gampang nemu tempat duduk.

Hanya saja seumpama pengunjung kepenuhan parkir, perlu memarkir mobilnya di gedung parkir milik Pemerintah Kota Surabaya yang letaknya cuman 100 meter dari depotnya.

Bakmi Gili ini sebetulnya udah ada cabangnya di mall-mall, tapi saya sendiri masih lebih seneng makan di gedung mereka di Kertajaya ini.
Mungkin karena rindu kenangan masa kecil ya, wkwkwkwk..

Tapi, meskipun semenjak tadi yang saya sebutin cuman mie ayam melulu, sesungguhnya mie di Surabaya yang jadi favorit saya bukanlah mie ayam, melainkan mie iblis! Hahahahaah! (ngetik sambil ketawa kayak Ultraman)

Mie Iblis

Ya ampun, namanya nggak ada yang lebih serem lagi apa? Sungguhan, nama menunya memang mie iblis, dan mie iblis ini dijual oleh sebuah depot nyentrik bernama Kober Mie Setan. (Iya serius, namanya memang begitu!)

Kober Mie Setan

Tempat makan mie yang satu ini memang beda sendiri, jualan mereka adalah mie yang pedasnya bukan main. Ada tiga level kepedasan dalam sensasi mie jualan mereka, yaitu level S, level M, dan level L. Tentu saja level L yang paling pedas.

Jika mie yang saya ceritain sejak tadi itu mie polosan yang berwarna pucat, maka mie iblis ini sebetulnya berupa mie goreng.

Mie iblis ini adalah mie goreng yang diberi topping selembar daging asap, selada, potongan-potongan pangsit goreng, dan irisan bawang goreng.
Plus ditaburin cincangan cabe yang masih ada bijinya.
Piring sebelah kiri adalah mie iblis level M, sedangkan piring sebelah kanan adalah mie iblis level L, bisa dibedakan dari porsi irisan cabe yang lebih banyak pada mie iblis level L.

Pertama kali saya mau menyantap ini, saya ngobok-ngobok mienya, dan nemu cincangan cabe lain yang berkelompok di pojokan piring. Semula saya mbatin, nih koki kok kelewat males sih, nggak mau ngaduk cabenya bareng mienya? Terus saya aduk-aduk aja cabenya sampai berbaur merata dengan mienya, lalu saya melahapnya. Begitu suapan pertama masuk ke mulut saya, saya langsung mengaduh Allahu Akbar! dan buru-buru menenggak air minum banyak-banyak. Keterlaluan pedesnya, gilaaaaa! 

Semula saya tahan-tahan aja lanjut ke suapan kedua, suapan ketiga. Tapi begitu udah sampai suapan kelima, saya mulai ngitung-ngitung air mineral yang tinggal seperempat botol, sangat tidak sepadan dengan mie yang masih banyak di piring saya. Spontan saya lari ke kasir buat pesen air mineral lagi, tapi nggak bisa ngomong lantaran kepedesan. Saya cuman bisa dadah-dadah nggak jelas ke kasir, dengan mulut yang meniup-niup, sambil jari saya nunjuk-nunjuk ke kulkas, dan kasirnya mengangguk seolah-olah berkata, โ€œYa, ya, ya, ambil sendiri aja sana..โ€

Saya sendiri pesan mie iblis level L. Suami saya mengaduh-aduh kepedesan, padahal dia cuman saya pesankan mie iblis level M. (Fidel ada di situ juga, tapi saya cuman pesankan dia lumpia udang.) Kami akhirnya berhasil menghabiskan mie itu, sambil separuh berurai air mata. Terakhir kali saya makan sepedas gila ini adalah ketika menikmati nasi goreng jancuk.


Kalian tau nggak harga seporsi mie iblis ini berapa? Rp 12k! :))

Depot Kober Mie Setan dibangun di atas minimarket Alfamart. Parkirnya lumayan luas, cuman penuh melulu dengan orang-orang gila yang kepingin santap pedas laknat gini.

Pertama kali saya kemari, mobil kami nggak dapet tempat parkir sehingga kami terpaksa batalin rencana makan. Saya balik lagi keesokan harinya pada jam yang saya perkirakan sepi, dan ternyata tetep aja rame! Padahal gede lho kedainya, kira-kira muat 100 orang gitu, dan isinya kebanyakan anak-anak SMA yang datang berombongan. 

Pengunjung kudu bayar di muka dulu sebelum makan, terus nggak dikasih nomer meja. Sebagai gantinya nomer meja, staf yang membawakan pesanan mereka akan keliling ruangan sambil manggil nama pemesannya. Iya, seurakan itu.. :))

Suasana Kober Mie Setan ini berisik amat.
Musiknya pake chore grunge yang mengingatkan saya akan soundtrack pelem horor.
Staf yang pakai batik merah di belakang saya itu, keliling ruangan sembari membawa baki dan panggil-panggil nama pemesannya keras-keras.
Pemesan yang empunya nama kudu mengacungkan tangan, baru stafnya akan nganterin pesanannya ke meja pemesannya.

Namun, biarpun bersantap di situ berasa makan dengan penuh kesedihan, wkwkkw.. tapi saya tetep kepingin balik lagi, hahhahaa. Ya emang pedesnya nggilani kalo kata orang Surabaya, tapi mienya enak! (oke, mungkin kesalahan saya adalah mengaduk cabe dengan mienya)

Kober Mie Setan di Surabaya ini nggak cuman di Rungkut doang, tapi juga ada cabang-cabang lainnya. Konon sih outlet pertamanya sendiri bukan di Surabaya, tetapi di Malang. Kini cabang Kober Mie Setan juga banyak di kota-kota lain, kalian bisa nemu deh kalau googling sendiri.

Masih Banyak Mie Lain di Surabaya

Sebetulnya masih banyak lagi sih bakmi lain yang terkenal di Surabaya. Beberapa vendor terpaksa nggak saya tulis karena alasan saya pribadi, lantaran masih ragu bahwa vendor mienya mengandung ganja, atau vendor tersebut masuk peta babi di Surabaya. Daftar mie yang saya tulis di atas ini nggak permanen ya, sebab mungkin lain kali akan saya update jika ada tempat makan mie lain yang lebih enak.

Nah, kalian pernah menikmati mie juga di Surabaya? Kasih tahu dong, entah itu mie ayam, pangsit mie, atau sejenisnya mie iblis sekalipun, bakul mie mana yang jadi favorit kamu di Surabaya ini?

60 comments

  1. Keren banget artikelnya Mbak Vicky.. jd tau macam-macem mie dan auto-ngences deh pingin kaya Mbak Vicky bs icip-icip mie ayam bakso, mie ayam iblis yg dijual Kober Mie Setan itu hihi… suka deh bacanya. Informatif dan berfaedah banget, Thank you for sharing, Mbak Vicky… ditunggu artikel selanjutnya,

  2. Ternyata daerah Rungkut ada penjual mie ayam yang enak ya. Ntar aku protes deh pada sepupuku, napa tiap kali ke Surabaya nggak pernah diajakin makan mie ayam. Selalu tahu tek, hihii

    Aku doyan pedes yang biasa, kalo mie level mending angkat tangan deh, karena nggak kuat sama rasa pedasnya

  3. Aku gamau coba mie iblis, ga kuat pedes yang pake bangets akutuu
    Duh, penggila cabe pasti demen ini ya
    Kalau disuruh pilih aku mau yang mie babat aja..Unik, jarang ada ini, banyakan kan topping itu ayam dan ayam lagi
    Duh kenapa baca ini pas maksi ya..Kan jadi bayangi mi akuuu

  4. Wiih banyak ya jenis mie ayam yang sudah dicicipi, aku juga suka makan mie ayam loh Mbk dan mampir ke sini rasanya langsung pengen beli haha…ups, tahan dulu lagi berpuasa.

  5. Iniiiii niiiih yg bikin aku kepengin ke Surabaya :D.duuuh namanya bakmi, ato mie ayam, itu fav kuuu banget2 Vic. Dari dulu slalu suka .. tapi kalo makan mie, aku LBH suka kuah dipisah. Ga mau dicampur Ama mienya :D. Kebalikan Ama suami yg LBH suka mienya basah gitu .. trus harus nyobain mie nya dulu sblm diksh aneka sambel dan kecap. Kadang kalo rasanya udh enak banget, aku males pake sambel dll , original gitu aja :D.

    Duuuh itu mie Kober aku penasaran. Apa bakal kuat ato gaaa hahahaha… Soalnya belakangan ini aku memang udh ga terlalu kuat Ama pedes. Mulai ngurangin :D.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Kober Mie Setan cuman ada di Jawa Timur sama Bali, Fan. Ya memang kamu kudu ke sini kalo mampir Surabaya. Cuman jangan lupa siap-siap obat diare ya, hahahaha..

  6. Waktu tahun 2014 aku ke Surabaya, diajaknya ke Mie Akhirat di daerah Taman Bungkul. Levelnya nama-nama neraka..

    Gak tau masih ada apa engga…. Ngeri makan lagi yang namanya ada iblis setan atau nerakanya…. Ngabisinnya penuh perjuangan, besok-besoknya harus siap mules lagi

  7. Sepertinya saya bakal memilih bakmi gili mbak, ngebayangin mie, ayam cincang bercampur ayam filet, jamur kancing serta pangsit sudah cukup menggoda selera. Suasananya ber ac juga bakalan nyaman menyantapnya.

  8. Muyassaroh says:

    Masya Allah. Foto-fotonya bikin ngiler parah, Mbak.. Sy suka makan mie, tapi di Jakarta nggak menemukan sebanyak itu jenisnya. Apalagi yang topping babat itu kayaknya beda banget dengan yang lain. Kalau di sini sy suka makan cwi Mie Malang. Bikin kangen kota kelahiran dan emang rasanya nggak bisa ditolak..

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Ya, kalau di Surabaya sini memang kreasi vendornya macem-macem, Mbak ๐Ÿ™‚ Wah, bales komen ini, saya jadi pengen pesen delivery mie babat lagi deh ๐Ÿ™‚

  9. Ida says:

    Duh jd bikin laper liat penampakan berbagai bakmi … Serius nih baru tau beda bakmi sama mie sesudah baca blog ini..hihi..

  10. ade anita says:

    waa..banyak jenis mie nya. Btw, emangnya mie bayam, mie wartel, dan mie-mie yang lain tidak menggunakan bahan dasar terigu? Bukannya mereka tetap pakai terigu, hanya saja diberi tambahan wortel, bayam dan lain-lainnya.

  11. Shyntako says:

    Aku juga salah satu pecinta mie banget mba, eh bakmi deng….paling suka jenis yang toppingnya dikasi suwiran ayam cincang dan jamur, yummy banget. Daaan, paling gak suka aku tuh mie ayam yang kuahnya kuning gitu, jadi gimana gitu rasanya. Etapi ya, itu si mie iblis serius deh asli bikin penasaran, pedesnya ngalahin pedesnya bisikan iblis yaa?

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Kuah mie itu bisa kuning, mungkin karena ditambahi kunyit di dalamnya. Biasanya mie bumbu kare tuh.

      Eh eh, nggak tahu ya bandingannya mie iblis dengan bisikan iblis.. Soalnya aku belum pernah dibisikin iblis, hahahaa…

  12. Okti Li says:

    Boro-boro ke Surabaya… Sekarang keluar rumah saja jarang hehehe…

    Tapi kalau pedas, saya penasaran deh jadinya. Kami di rumah terbiasa makan sambal goang alias sambal rawit yang diulek cuma pakai garam saja. Pedasnya nampol. Makanya penasaran sama mie iblis. Tahan ga ya…

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Wah, sayang banget mie iblis belum dijual di Jawa Barat, Ceu. Moga-moga Ceu Okti bisa menikmati mie iblis ini suatu hari nanti kalau pergi ke Jawa Timur ya ๐Ÿ™‚

  13. Rafahlevi says:

    Astaga….aku begitu khusyuk kak Vicky… baca dunia per-mie-an mu kali ini. Artikel ini terlalu ‘racun’ buat aku yang doyan jajan makasih yaa dah bikin aku gak bisa tidur pengen nge mie ayam besok di Baltos. Duhh enakk….

  14. YSalma says:

    Kalau dari mie yng diceritakan di atas, saya mungkin lebih milih mie babat.
    Sepertinya itu termasuk baru dengar menunya, atau mungkin sy kudet.
    Kalau utk yg pedas dari rawit, sy angkat bendera putih duluan, telinganya bakal mendenging kalau kepedasan.

  15. Wealaah baru ngeh saya perbedaan istilah mi dan bakmi, kirain perbedaan itu karena istilah yang dipakai di suatu daerah tertentu. Ternyataaaa… mi yang dimasukkan kaldu itu jadi bakmi namanya.

  16. Idem sama mba Maria belum pernah makan di tempat kuliner di atas.

    Tapi eh tapi aku timnya Fidel, sesekali makan mie ayam tanpa kuah!

    Kalau pas kepengen basah-basah, aku kasih sedikitlah, dua sendok makan, biar ada efek mengkilat-kilat buat bikin selera semakin menggila.

    Plus topping jeniper, alamak!
    Jadi ngences pulak awak!

  17. Nah di sini saya bisa merujuk pasangan yang gemar memanjakan lidah (bukan perut) secara sehat. Suami gemar motret. Istri pintar main piano. Eh gak ada hubungannya ding ya.

    1. Lasmicika says:

      Dari semua macam mi ini yang paling bikin ngiler buat saya itu Kober Mi Setan. Penasaran sama level pedasnya karena saya suka pedas. Kebayang nikmatnya siang hari di Surabaya dipadu dengan pedasnya Mi Setan. Hmm ….

        1. Sani says:

          Tosss, saya suka mie juga huhu
          Saya baru tau loh mie n bakmie tu beda ya, kl di fikir iya sih hehe
          Sehat terus ya mbak biar bisa makan enak trus haha

  18. slamsr says:

    Soun itu termasuk mie kan ya.
    terus dari beberpa mie yang ada di atas, karena gak suka yang pedes pedes levelan
    aku lebih tertarik sama lamie ayam cha siew… ayamnya tebel

    penasaran sama rasanya,

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Nggak terlalu tebel sih daging ayamnya. Aku biasa masak daging ayam yang lebih tebel dari itu. Tapi rasanya enak.. Adeuh, Slamet, gegara kamu komentarin lamie ini, aku jadi kepingin pesen lagi..

  19. Kober mie setan adalah mie pedas pertama yg kucoba di malang. Tp sayangnya aku gak terlalu suka kekenyalannya. Eh tapi ada beberapa kedai mie setan sih di malang dan ada 1 kedai yang mienya enak. Entah kenapa bisa gak sama gitu rasanya

  20. Eddy Fahmi says:

    Dari semua yg disebut di artikel ini, aku paling suka mie pinangsia. Paling ndak doyan kober mie setan. Itu bukan mie ayam pedas, itu sepiring sambal dikasih topping mie.

    Btw ada mie yg menurutku lebih enak tapi kalah populer daripada mie2 yg disebut di artikel ini. Mie bebeknya top noodle di TP is gooood…

    1. Kartika says:

      Rasa2nya selera mie kita cukup sama mbak. Mungkin bisa aku tambahin favoritku ya. Ada mie kedondong di jalan Kedondong Surabaya. Mienya klasik buatan homemade, dan rasanya ala chinese. Nomnom.
      Ada juga cwimie kawi di Pondok Jati Sidoarjo. Taburan gorengan kripik kecil2 yang bikin kangen. Doi jual bakso juga yang gak kalah enaknya.
      Duh, rasa2nya hari ini bakal lunchie mie deh, sdh di ujung nih kepengennya

      1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

        Ah iya, terima kasih, Mbak Kartika, aku jadi kepingin motret Mie Kedondong ini juga. Kalau musim Social Distance ini kelar, aku mau ke Mie Kedondong ah ๐Ÿ™‚

  21. Zam says:

    kalo mau dibahas lebih dalam lagi, mie ini juga ada berbagai jenis. dari yang gepeng, keriting, lurus, juga bahannya, mie basah, mie kering, mie telor.

    semasa di Indonesia, ku ngga pernah merhatiin, tapi sejak di Berlin, jadi lebih merhatiin karena jenis mie ini bisa berpengaruh ke masakannya. mie yang dijual di toko Asia juga berbagai jenis, dan kudu tau mau dibikin apa, kudu pake mie apa.

    untuk mie yang direbus aja, mie basah dan mie telor, akan beda efeknya. juga saat digunakan untuk mie goreng. mie gepeng dan mie keriting juga bisa beda.

    belum lagi kadar gluten dan protein dalam mie yang berpengaruh ke keliatan mie.

    1. Utie adnu says:

      Mie ayam inj jd kesukaan kluarga ku mba,, klo pergi bareng juga carinya Mie. Udah jd kebiadaan walaupun cuma 1,mnggu sekali, next mampir klo main kesana

Tinggalkan komentar