Cafe di Surabaya Timur yang Ramah Anak: The Localist

Seringkah kamu mengalami situasi di mana kamu lagi diterpa banyak kerjaan, padahal kamu mesti mengawasi anak balitamu yang lagi aktif-aktifnya penuh energi? Kalau saya lagi kena urusan beginian, biasanya saya milih kabur dari rumah sambil membawa anak saya ke cafe dekat rumah.

Cafe di Surabaya Timur yang Ramah Anak Memang Jarang

Dulu saya pikir tuh, bawa anak yang lagi cranky ke cafe itu sama dengan buang-buang duit. Anak tidak bisa diam dan malah lari-lari. Anak belum tentu doyan maem di cafenya. Cafe itu tempat ngopi, bukan tempat buat nak-kanak. Dan sebetulnya ngafe itu tidak menyelesaikan masalah, karena nongkrong di cafe malah nggak menyelesaikan kerjaan proyek-proyek saya yang kliennya via internet semua itu.

Sampai kemudian, tahun lalu, saya mengenal cafe The Localist ini. Dikenalinnya nggak sengaja, melalui teman saya, @dinaedriani, yang ngomong dalam suatu WAG tempat kami gabung, bahwa ada acara storytelling untuk nak-kanak children di cafe itu. Saya, yang lagi kepingin mengajari Fidel tentang sosialisasi, pun jadi semangat ingin datang.


Sebetulnya lokasi dari The Localist, cafe di Surabaya timur yang satu ini, cukup tricky juga buat mereka yang baru pertama kali kemari.
Lantaran memang posisinya persis berada di atas Klinik Mata dr Sjamsu,
dan plang nama restorannya rada kurang jelas dari jauh.
Maka, saban kali saya mau ke sini pakai taksi online, saya selalu tulis alamat tujuannya adalah Klinik dr Sjamsu.

The Localist yang Kids Friendly

Cafe The Localist nggak jauh dari rumah saya, mungkin hanya sekitar 10 menit naik mobil dari rumah. Saya dan Fidel datang ke sana, dan ternyata itu sungguhan cafe, cuman lagi ditutup buat private event yang diadakan oleh suatu playgroup. Playgroup-nya memang ngadain acara mendongeng untuk anak-anak, jadi lagi ada banyak anak-anak di sana. Kami pun ikut menyimak acara (kami? Sebetulnya saya aja yang menyimak, karena Fidel gelisah melihat mainan di situ, jadi dia kepingin main)

Sambil menyimak acara dongeng-mendongeng itu, saya mengamati sekeliling cafenya. Sebetulnya sih cafenya sama aja kayak cafe lainnya, cuman istimewanya..

.. di sini ada sudut khusus untuk tempat main anak-anak lengkap dengan permainan dan perpustakaan. Lumayan luas sih kapasitasnya, bisa sampai 20 orang anak.

Di tempat mainnya ini, ada rumah-rumahan di tengahnya. Lalu ada meja panjang untuk menyusun-nyusun balok, main masak-masakan, atau main kebon binatang. Di salah satu dinding, ada papan tulis lengkap dengan kapurnya. Dan di dinding lainnya, ada rak yang mengandung banyak buku cerita untuk anak-anak.

Meskipun pada event storytelling itu Fidel sangat pemalu, tapi dia senang dengan acaranya karena di sana dia boleh bermain-main sampai puas. Saya sendiri memutuskan untuk mengawasi cafe itu lebih lanjut, jadi saya follow account Instagramnya The Localist.

Berikutnya, di cafe itu sering diadakan acara untuk anak-anak lagi. Nggak cuman storytelling aja sih, kadang-kadang saya lihat ada acara menghias cupcake, permainan untuk balita, dan acara-acara lain untuk anak-anak. Acaranya nggak tiap hari, melainkan mungkin cuman 2-3 minggu sekali, tapi ya pokoknya ada aja.

(kanan atas) Cafe The Localist punya ruang bermain untuk anak-anak yang cukup lebar dengan jenis permainan yang cukup banyak.
Ruang bermainnya persis di sebelah ruang makan private, jadi kita bisa makan sambil ngawasin anak kita yang lagi main di situ, sambil sesekali ikut main di ruangannya (kiri).
Ini saya lagi main tamu-tamuan bareng anak saya di meja makan untuk anak-anak (kanan bawah).

Semenjak pertama kali ke The Localist itu, saya jadi sering ke sana lagi sambil bawa Fidel. Dan kalau saya ke sana pasti tujuannya bukan nongki-nongki cantik, melainkan sambil bawa laptop buat kerja. Wifi di The Localist itu ngalir luancar banget, ACnya oke, makanannya oke juga, dan tempat itu hampir-hampir nggak ada musiknya, sehingga saya jadi lebih konsen bekerja di hadapan laptop sambil dengerin Fidel yang gedebukan sendirian di ruang main.

Fidel sangat senang main-main di sana. Dia memberantakin semua mainan, tapi dia selalu saya ingetin untuk menata mainannya lagi sebelum pulang. Saya sendiri selalu ambil meja paling dekat dengan sudut ruang bermain itu. Di sebelahnya juga ada meja yang super pendek sekali untuk anak-anak. Di sini, anak-anak bisa pura-pura lagi bermain tamu-tamuan sambil minum teh-tehan, atau bahkan makan sungguhan (The Localist punya menu khusus untuk nak-kanak).

Menu The Localist

Dari Lumpia sampai Mocktail

Sepanjang saya bolak-balik nongkrong di sana sepanjang tahun, saya hampir selalu pesan menu yang sama untuk diri saya sendiri: Caesar’s Salad (Rp 30k++).

Caesar’s salad di The Localist dibikin dari semangkok selada dicampur bayam merah, potongan-potongan fillet ayam, crouton, dan tomat cherry.
Saos Caesar-nya itu yang saya sukain, entah merk apa yang mereka pakai, yang jelas saya selalu ngimit-ngimit supaya nggak cepet abis.
Kalau kepingin makanan enak di Surabaya timur, biar nggak jauh-jauh, saya cukup kemari aja.

Pernah tuh, saya datang kemari jam 9, langsung pesan Caesar Salad dan coklat dingin (Rp 28k++). Fidel sudah saya lepas di ruang main, dan saya langsung larut dengan laptop saya. Waitress-nya datang nganterin salad saya, dan saya mengunyah salad itu sesekali. Saya nggak pesen apa-apa lagi karena kenyang, dan baru pesen lagi pada jam 12, itu pun karena Fidel lapar minta makan siang.

Saya lagi minum kopi hangat sembari duduk bareng anak saya di foyer depan The Localist, dengerin anak saya cerita-cerita tentang khayalannya.
Sebentar doang, karena saya kudu balik menganalisis hasil trading online di meja makan.

Menurut saya, tempat ini bagus juga kalau kamu ingin brunch saja. The Localist punya club sandwich (Rp 30k++) yang rotinya dari gandum berserat tinggi. Suami saya makan ini biasanya, dan itu sudah cukup bikin dos-q kenyang.


Untuk sekedar brunch sendirian atau buat meeting kecil dengan partner, bisa pesan club sandwich.
Club sandwich ini terdiri dari dua tangkap roti gandum yang berisi selada, keju, daging asap, dan bawang bombay, yang disajikan bareng kentang goreng dan salad bayam merah.
Untuk minumnya kita bisa pilih coffee dengan latte art (kiri bawah) atau melon juice (kanan bawah).

Minuman khasnya sendiri tentu saja adalah kopi, dan baristanya cukup lihai bikin latte art yang ciamik (Rp 28k++). Mereka sendiri punya macam-macam cara seduh kopi di situ, mulai dari Vietnam Drip, Pour Over, sampai French Press. Tapi saya sendiri kalau ke sana nggak pernah minta aneh-aneh, paling banter ya americano panas doang.

Karena saya orangnya hectic, jadi saya nggak mau diganggu oleh distraktor macam kebelet pipis. Padahal di cafe itu sendiri, AC-nya sudah banter. Maka saya lebih sering mengamankan diri dengan pesan es coklat saja.

Tetapi kalau saya udah laper banget, biasanya saya melambaikan tangan kepada waitress-nya untuk minta dimasakin nasi goreng (Rp 25k++).
Fidel sendiri biasanya saya pesankan menu anak-anak (Rp 25k++), macam french fries atau spaghetti.

Untuk khusus menu anak-anak, The Localist menghidangkan spaghetti bolognaise pada piring berbentuk beruang.
Bumbunya spaghetti berupa sari wortel supaya lebih sehat.
Dan dibonusin potongan buah berupa apel dan strawberry.

Jika kamu pingin datang ke sini berombongan untuk diskusi rame-rame, kamu bisa pesan beef pizza (Rp 65k++). Loyang pizzanya gede banget, saya rasa seloyang ini bisa untuk delapan orang yang makan.

Beef pizza yang sedang saya potongkan untuk anak saya.
Fidel makan ini dengan lahap dan bolak-balik minya nambah.
Selain pizza ber-topping daging sapi dan jamur ini, The Localist juga nyediain cheese pizza.

Tapi jika pertemuanmu lebih seriusan dikit, dan pasta itu nggak cocok dengan tema meeting-mu, kamu bisa pilih mix sampler (Rp 30k++). Satu set gorengan ini terdiri atas ayam goreng dibalur tepung, lumpia, jamur goreng tepung, dan juga kentang goreng.

Mix sampler a la The Localist terdiri atas lumpia, kentang goreng, ayam goreng tepung, dan jamur goreng tepung.
Ini mix sampler-nya saya potret di rumah karena saya pesan takeaway.

Kamu bahkan bisa bikin tamumu lebih terkesan dengan mocktail dan squashes (Rp 28k++) bikinannya The Localist.

Pokoknya, kafe The Localist Coffee and Bistro ini akomodatif banget buat ibu-ibu yang bawa anak balita, sekaligus juga orang-orang yang dateng untuk meeting kecil, dan pekerja-pekerja yang perlu space lengang untuk laptopan.

Lokasi The Localist

Seperti yang saya bilang pada foto bangunan The Localist di atas, mungkin rada membingungkan bila tiba di depannya. Sebab plang utamanya justru berupa klinik mata, bukan cafe.

Bila tiba di depan klinik dan melewati parkir yang mobil-mobilnya selalu bejibun itu, maka setelah masuk ke halaman klinik, di pojok kiri halaman akan nampak anak tangga menuju atas. Anak tangga ini langsung menuju pintu masuk kafe The Localist.

Hall utama dari cafe umumnya untuk tamu-tamu yang datang ingin ngopi-ngopi aja atau ingin makan siang. Tapi jika kamu datang berombongan dan kepingin suasana private, kamu bisa ambil ruang sebelah dalam yang memang jadi satu dengan ruang bermain anak. Sangat bagus buat ibu-ibu yang kepingin arisan di cafe. Oh ya, ada menu prasmanannya juga lho.

Mushollanya cukup gede di bagian belakang cafenya, bisa muat sekitar 12 orang. Dan toiletnya pun bersih.

Kamu butuh cafe di Surabaya timur yang bisa dipake untuk kerja, meeting, sekaligus untuk jadi tempat bermain anak? Mungkin di The Localist Coffee and Bistro, kamu bakalan nemu jawabannya.

59 comments

  1. Waah bisa jadi satu alternatif cafe buat nongki nih Mbak kalau pas main ke Surabaya . By the way asyiik banget ya konsep kafenya ada kids cornernya. Biasanya kan kafe identik dengan tempat nongkrong dan nggak ramah anak. Tapi ini bisa kerja bawa laptop sambil bawa si kecil yaa..

  2. Ada yang dipikiranmu sama seperti yang dipikirin suamiku, mba. Jangankan ngafe, keluar rumah bawa rombongan lengkap aja kudu mikir berkali kali.
    Aku dulu sering banget ke cafe di atas klinik dr Sjamsu bareng temen2 sebelum jadi the localist. Seru kali ya, acara ulangtahunnya anak anak nanti disana. Deket rumah pula.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Nah.. Udah familiar banget ya tempatnya? Sekarang cafenya masih sering didatengin mahasiswa-mahasiswa, tapi sebagian ruangannya sudah disegmentasi buat keluarga muda juga yang bawa anak-anak. Memang cocok kok buat bikin pesta ulang tahun 🙂

  3. Nana says:

    waaaa seru kayaknya. lihat foto-foto area bermain anak + informasi makanannya bikin aku penasaran.

    jujur ya, selama ini ogah ngajak bocah ngafe karena kadang ya itu… nggak ada yang paket komplit gini. ini sih mama papa bisa me time + anak hepi bisa main-main. terimakasih sudah mereview tempat ini lho ya. hehehe.

    kalau mau kepoin jadwal acara untuk balita ( story telling ) aku bisa kepo kemana nih mbak? ke IG nya the localist yak?

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Yes, sebetulnya kafe ini memang tempatku me time selama ini. Aku bisa duduk di sini berkonsentrasi dengan kerjaan-kerjaanku, sementara anakku sibuk main-main di ruangan yang sama.

      Jadwal acara untuk anak-anaknya sih tentatif, tapi biasanya mereka menyelenggarakannya hari Rabu atau Sabtu pagi. Sebelum event, mereka buka pendaftaran dulu, dan itu diberitahukan di account Instagramnya (@thelocalist.sby). Harus daftar dulu, karena kan memang kapasitas ruangan dan panitia pembimbingnya terbatas.

  4. Aslilah, pas banget mbaaak, related, as working at home mom ni, lagi senep di rumah tapi kalau kerja di luar suka repot sama bocah. Thanks banget infonya, bakalan mampir kalau perlu refreshing sambil kerja sambil momong.

    1. Eddy Fahmi says:

      Nah ini, enak ini pizza asli gaya itali hihihi bukan roti pizza amerika. Paling enak memang kesana agak pagian, belum rame. Jadi bisa numpang kerja tanpa banyak gangguan.

  5. Sepertinya emang mulai perlu ya kafe-kafe memikirkan konsep ramah anak, mengingat sekarang kayanya udah jadi hal biasa kerja di kafe sambil bawa anak. Aku cukup sering sih bawa ponakan ke kafe di Bandung. Biasanya aku sambil kerja pun enggak jadi masalah, karena ponakan aku mulai pada tahu kalau tantenya ini kerjanya suka dimana aja, enggak di kantor.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Ya enak dong kalau anak itu sudah mengerti. Kebetulan dalam posisi saya, anak saya masih ingin selalu ditemani bermain, jadi saya harus berupaya keras agar kerjaan saya tetap jalan meskipun kudu disambi dengan ngasuh anak saya.

  6. Asik ya ini cafenya
    Anak-anak mah kalau udah ketemu mainan pasti langsung berbinar-binar
    Kalau udah begini, emak tenang, anak anteng, dompet juga gak bolong-bolong amat ya

  7. kudunya makin banyak cafe kaya gini yang ramah anak soalnya zaman sekarang emang makin banyak orang kerja di cafe, sekalian ketemu klien juga sekalian makan kan seribu pulau terlampaui

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Betul. Sebenarnya orang sekarang lebih produktif di cafe ketimbang di kantor. Dan family time juga dituntut untuk seimbang dengan working hours, makanya cafe ini cocok banget untuk tujuan itu 🙂

  8. Ahaha, aku ketawa baca kata “dos-q”, ketauan banget ya angkatannya.

    Kalau saya lihat dari gambar-gambarnya, suasana cafe ini memang asyik. Udah enak bangetlah kalau sudah nemu cafe yang nyaman buat anak seperti ini. Pantes mbaknya sering mampir ke sini 🙂

  9. Keren banget ini, sampe alat makannya pun disesuaikan untuk anak-anak. Bahkan punya kegiatan yang bagus buat anak-anak. Bener-bener ramah anak! Jadi nggak cuma buat kerja, kalo mamak-mamak misal mau pada ngumpul, trus anak-anaknya main sendiri juga bisa ya hihi bakal betah kayaknya, semua happy 🙂

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Iya. Karena memang visinya kafe ini untuk bikin pengunjungnya jadi dapet value tambahan. Selain orangtuanya makan, anaknya juga makan dengan senang, dan sekaligus dapet me time untuk masin-masing keluarga. 🙂

  10. Nah, cafe model gini yang cucok buat anak2 main pas mamah2nya arisan hahaha 🙂 Atau ada meeting buat ibuk2 kantoran juga bisa ya. Kalau anak2nya lebih banyak gimana nih, masih bisakah, mb Vicky? Btw kelihatan di foto sih makanannya enak2 ya tapi emang yang bukan kelas berat. Kalau masih kurang kenyang paling nambah lagi ya. Harganya pun cukup standar sih 🙂 TFS mbak cantik 😀

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Ya, biasanya kalau saya kemari, terus lirik-lirik pengunjung lain, pasti ada aja serombongan mamah muda yang lagi duduk-duduk cantik sambil minum kopi. Anak-anaknya tinggal main di ruang mainnya. Normalnya sih ruang main itu bisa muat sampai sekitar 8 orang anak kalau semuanya berlarian, dan bisa muat sampai sekitar 30 anak kalau semuanya duduk manis. 🙂

  11. Wah, lengkap ya di cafe ini, bisa sambil ngajak anak main, family time, Kulineran juga u enak-enak kelihatannya. Oh, iya, kisaran harganya berapa, ya? Kayaknya kalau saya ke Surabaya bisa main ke sini

  12. Lokasinya cukup tricky ya, Plang nama kafenya cuma yang bunder nempel di atas itu yak. Ga ada yang berdiri tegak di pinggir jalan, jadi sedikit keslamur dengan praktek dokternya.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Betul. Berulang kali saya kemari dengan taksi online, dan taksinya selalu aja kelewatan baca plang namanya. Makanya saya lebih suka ke sini dengan minta dianterin ke “dokter Sjamsu”, padahal aslinya mau ke kafe di atasnya.

  13. Sangat menguntungkan untuk para working mom nih kalo ada area bermain dan perpustakaan yang bisa memuat 20 anak.

    Sama, mbak. Aku juga malah nggak suka kalo ada musik, jadi nggak bisa fokus nulis. Kalo kerja masih agak bisa. Btw, di cafe mana pun kalo ada Vietnam Drip, aku pasti pesen itu karena memang jadi salah satu kopi favorit. Cobain deh 😀

    Selain itu, yang kusuka dari cafe ini adalah sirkulasi cahaya alaminya bagus. Kesannya jadi lebih fresh! Aku nggak suka sih cafe yang tertutup banget.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Iya. Sebagian dari ruang makan di cafe The Localist ini persis menghadap jalan dengan kaca-kaca jendela besar, jadi sinar mataharinya masuk bertubi-tubi. Tetapi bagian ruangan anak di sebelah dalam dengan cahaya yang murni dari lampu-lampu, tapi kesannya hangat. 🙂 Ibu-ibu seneng kerja di sini.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Iya, tempat ini sangat menolong saya kalau saya lagi mumet di rumah dan anak saya ingin main. Tinggal saya bawa aja ke sini, biarkan anak saya main dan saya bisa lanjutkan kerjaan saya 🙂

  14. Sylvia says:

    Pas pingin Salad dan pizza pas buka ini.. Langsung meleleh hati hamba kak.. Tempatnya juga keknya asik buat mengurai hati yang lelah ya.. Hihihi..
    Kapan2 tak ke sana ah, masih di wilayah jajahan juga.. Thankyou infonya vick

  15. Aku kapan hari periksa mata Sidqi di dr Sjamsu ini.
    Sakjane pengin nyoba kafenya. Tapi waktu itu jam puasa 😀

    Dan rasanya kok males buat take away

    1. hani says:

      Oooh…the Localist tuh emang ada fasilitas ramah anak toh. Bingung akutu liat IG-nya mb Vicky, perasaan the Localist tuh cafe, kok kayak PAUD. Hihi…
      Aku belum nemu ih cafe di Bandung yg engga pakai musik hingar-bingar.
      Hmm…spagetti saos sari wortel kayak apa rasanya? Biasanya kalo bikin dikasih irisan wortel kecil². Itu sih biar irit daging cincang. Haha…
      Btw…jadi seharian ya di the Localist itu?

      1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

        Aku kalau lagi ke The Localist bisa sampai seharian, Mbak Hani. Datang jam 9 pagi, pulang jam 2 siang, sudah sekalian sholat Dzuhur di sana. Harusnya sih bisa pulang lebih sore lagi, tapi kan anakku harus bobok siang :))

  16. Rahmah says:

    Wah bakalan seru nih Salfa kalau kuajak ke sini sebagai agenda liburan
    Selain ngajak makan bisa sekalian belajar
    Harganya juga ramah di kantong ya

Tinggalkan komentar