Orang-orang pikir untuk bisa bikin konten makanan yang menarik di Instagram itu, yang terpenting adalah merk (lensa) kameranya. Tapi saya rasa, bukan kamera yang paling penting. Karena membuat konten dengan membuat foto adalah dua hal yang sangat berbeda.
Kali ini saya kepingin cerita-cerita tentang behind-the-scene konten memasak yang saya bikin di Instagram. Menyajikan konten memasak itu menantang, soalnya saya kudu bisa menjelaskan tentang bagaimana suatu makanan itu dibikin, dari saat masih sebagai bahan mentah sampai menjadi bentuk yang siap di-mukbang.
Oh ya, kebanyakan konten masak-memasak yang saya tampilkan di Instagram itu adalah masakan saya sendiri. Saya sih seneng bagi-bagi cerita dapur ke orang lain, karena saya merasa tiap kali saya berbagi, saya tuh selalu dapet feedback yang akhirnya bisa memperbaiki masakan saya.
Ada dua gadget yang paling penting buat saya dalam membuat konten memasak, yaitu smartphone dan laptop. Bukan kamera lho. Karena smartphone saya sudah ada kameranya, dan sejauh ini sih kamera di smartphone saya udah cukup-cukup aja buat bikin media yang proper untuk ditampilin di Instagram.
Apa yang Dicari dari Smartphone
Sebelum bikin konten, saya selalu biasakan untuk cari kebutuhan audiens Instagram saya dulu. Karena audiens itu baru bakalan tertarik sama konten kita, kalau konten kita itu berhubungan dengan keperluan mereka.
Kebanyakan konten masakan saya itu adalah makanan yang saya makan sehari-hari, tapi nggak semua yang saya makan itu layak dijadikan konten. Saya cuman ngontenin masakan yang lagi relevan dengan isu di masyarakat, alias lagi trending gitu. Contohnya nih, semingguan terakhir Instagram saya ngangkat makanan dari singkong, soalnya saya membaca trend bahwa lagi rame isu tentang perubahan iklim.
Coba komen di bawah kalo pingin tahu apa hubungannya perubahan iklim dengan singkong.
Untuk membaca trend, biasanya saya perlu buka beberapa tab sekaligus dalam browser Chrome saya. Tab ini antara lain adalah:
- website Google Trends buat lihat trend
- websites yang nulis berita yang lagi trending, ini bisa saya buka beberapa tab
- website riset keyword
- website note, untuk nyatet ide-ide yang mencolot keluar dari kepala
- website YouTube, karena ada aja inspirasi dari YouTube yang belum pernah dieksekusi melalui website berita
RAM
Karena membuka banyak tab secara bersamaan, kadang-kadang smartphone saya jadi lelet lantaran RAM-nya yang terbatas. Kebetulan smartphone saya, Oppo A37 itu RAM-nya 2 GB, dan RAM segini agak kewalahan kalau disuruh buka banyak tab dalam suatu browser. (Apalagi kalau sampai ketemu 1-2 website yang berat banget ketika dibuka.)
Makanya kalau saya lagi baca-baca review gadget smartphone di website tekno, misalnya di Carisinyal gitu, yang pertama saya cari tuh, RAM-nya berapa dulu. RAM 1-2 GB cocok buat orang yang nggak banyak task. Saya sendiri lebih tertarik baca review smartphone yang RAM 4 GB ke atas, karena cocok dengan kebiasaan saya yang sering buka banyak tab.
Kamera
Berikutnya, yang penting dari smartphone untuk bikin konten memasak itu video kameranya. Kebanyakan penonton konten memasak itu lebih ngeh kalau disodorin tutorial, makanya saya lebih suka bikin video untuk Story ketimbang foto-foto doang.
Saya selalu shooting dengan kualitas FHD. Soalnya, FHD itu lebih tajam kalau nanti dilihat di Instagram, dan Instagram lebih mengutamakan merekomendasikan video yang tajam di kolom Explore ketimbang video yang kurang tajem. Nah, sebetulnya Oppo A37 saya sih bisa-bisa aja bikin video FHD, tapi masalahnya, kecepatannya paling banter cuman 30 fps.
Beruntung saya punya smartphone lain, yaitu Asus Zenfone 5, yang bisa shooting dengan kecepatan 60 fps. Saya sering pasang kecepatan 60 fps, karena keperluannya kalau diedit slow motion nanti, adegannya nggak putus-putus seperti kalau kecepatannya 30 fps aja. Adegan slow motion ini penting supaya pemirsa lebih paham proses memasak yang sedang dikerjakan.
Adapun kalau buat moto makanan, sewaktu-waktu di Zenfone 5 itu saya setel pakai lensa makro. Lensa makro ini dipakai untuk fokus pada tekstur makanan. Tekstur makanan ini yang bakalan menentukan apakah suatu masakan itu sudah sesuai resep yang saya inginkan atau belum.
Makanya kalau baca review HP, saya selalu penasaran kecepatan video kameranya berapa, dan nilai f lensanya berapa.
Storage
Saya lebih suka ngedit video via smartphone karena lebih lincah. Cuman demi personal branding, saya butuh mempertahankan gaya yang sama dalam ngedit. Makanya saya nggak pernah membuang video-video yang udah saya edit, karena saya masih perlu nyatet features editing yang pernah saya pakai biar nggak lupa.
Kebiasaan mempertahankan kerjaan lama ini sebetulnya berakibat smartphone saya sering meraung-raung karena storage-nya kepenuhan. Dan penuhnya karena besarnya memori yang dimakan oleh aplikasi editing video. Oppo A37 saya sih udah ngambek karena storage-nya cuman 16 GB, makanya saya simpan aplikasi editing-nya di Zenfone aja karena storage-nya 64 GB. Saya denger-denger dari Carisinyal bahwa sekarang HP-HP tuh storage-nya udah sampai ke angka 512 GB, warbyasak kan?
Terus Laptop Buat Apa?
Nah, laptop itu baru saya pakai kalau saya mau bikin konten dengan format selain video, yaitu carousel. Carousel ini biasanya saya bikin berupa infografis. Cocok buat nulis resep memasak kalau saya lagi nggak bertenaga buat bikin video, tapi kadang-kadang juga saya tulisin dinamika sejarah cara memasak makanan.
Suatu carousel berisi infografis itu perlu presisi margin yang seragam, jadi untuk keperluan ini saya lebih suka mengedit desainnya menggunakan laptop saya, Asus E202S. Ngeditnya cuman butuh browser aja karena pakai Canva versi desktop.
Sebenarnya E202S ini cukup baik, cuman RAM-nya yang 2 GB doang membuatnya terasa lemot kalau lagi buka banyak tab. Padahal saya butuh buka banyak tab, sebab sambil baca websites untuk nyari data buat ditaruh dalam infografis.
Dan selain nyari data buat bahan konten, saya juga pakai laptop untuk riset keyword. Kadang-kadang beberapa tools riset itu lebih enak dibuka di versi desktop karena ada data yang cuman bisa dibaca di desktop, bukan di mobile.
Nah, RAM-nya E202S yang kecil ini memusingkan kalau saya lagi kerja sambil disambi kerjaan lain, misalnya ikut kelas online. Apalagi sekarang zaman pandemi, banyak kelas online yang diselenggarakan via Zoom, saya kadang kudu nyambi ngedit infografis di browser sembari nonton webinar di Zoom juga. RAM segini nggak cocok buat multitasking, menurut saya sih.
Pada akhirnya saya cenderung belajar ngatur skala prioritas. Kalau lagi ngedit ya ngedit aja. Kalau lagi seminar ya seminar aja. Pokoknya jangan disambi, nanti laptopnya ngambek..
Memilih Gadget untuk Membuat Konten
Saya sendiri merasa gadgets yang saya miliki masih perlu diperbaharui. Karena seiring dengan berkembangnya kerumitan kerjaan konten, maka gadgets-nya juga perlu disesuaikan.
Kalau milih gadgets, saya biasanya semedi cari spesifikasi apa yang mau saya prioritaskan dulu. Nah, untuk cari gadget yang sesuai spesifikasi kemauan saya ini, saya biasa lihat-lihat di website Carisinyal.
Untungnya di website Carisinyal.com ini ada menu Spesifikasi, di mana saya tinggal filter mana gadget yang saya inginkan yang sesuai specs yang saya mau. Kalau nyari laptop, saya tentu lihat RAM-nya berapa, audionya bagus apa enggak buat webinar, processor-nya bisa buat multitasking, nggak. Sedangkan buat smartphone, saya tentu menilai spesifikasi RAM, kamera, dan storage-nya. Habis itu, tinggal cari review-nya deh, dan kebetulan banyak juga review tentang smartphone dan laptop yang udah ada di media informasi tentang gadget dan teknologi seperti Carisinyal.
Nah, apakah kamu suka bikin konten tentang memasak makanan juga di Instagram? Ceritain dong di kolom komen, gimana kendalamu dengan gadget kalau lagi bikin konten tentang masak-memasak ini. Jangan lupa ya follow Instagram @vickylaurentina untuk update artikel baru di vickyfahmi.com ini π
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Suka geleng-geleng sama proses Mbak Vicky kalau bikin konten. Detail dan sistematis! Makanya hasilnya selalu bikin seneng dan puas orang yang lihat. Dan… ya ampun Mbak ampunilah aku. Selama ini aku mikir konten-konten visual Mbak Vicky bagus tu karena yang motret dan rekam videonya tu selalu sama suami. Ternyata… tatag dewe rek! *nundukhormat
Eh iya Mbak, dari dulu aku penasaran. Feed Instagram sampean tu kan warnanya juga rapi. Itu emang disetting pakai warna mayor apa atau pakai preset kah?
Manteb mba, hp saya dulu juga A37 tapi dulu ga sekreatif mba hehe, kurang maksimal memanfaatkannya. BTS nya juga rapii
Dulu saya beli A37 khusus untuk dipasangin aplikasi edit foto, aplikasi edit video, dan aplikasi edit audio aja. Waktu itu sih RAM-nya masih cukup. π
Well, kayaknya di segala macam kerjaan itu kita memang kudu sistematis. Lha ambil wudhu aja kita harus sistematis, apalagi bikin konten, hahahaha.. (Kita kan bikin konten untuk alasan profesional, bukan sekedar mengabadikan momen.)
Kebetulan sebagian foto dan video di-shoot oleh suami, sebagian lagi di-shoot oleh aku. Aku butuh suami tuh sebagai tripod kalau perlu shoot dari ketinggian (sedangkan tanganku kan harus tetap di dalam gambar). Butuh suami juga sebagai pemegang kamera HP jika kameranya harus digerakkan ketika sedang shooting aku.
Tapi yang ngedit tetep aku sendiri. Soalnya suamiku tuh nggak pernah ngedit.
Warna rapi itu umumnya karena ada setting brightness yang sama, contrast yang sama, ambience yang sama. Tapi yang jelas nggak ada warna mayor yang sama, karena aku selalu bosan dengan feed yang didominasi 1-2 warna.
Sama banget kayak aku kak Vicky, kalo nyari laptop atau handphone pasti RAM jadi prioritas. Ibaratnya “percuma” kamera oke tapi RAM seuprit :’)
Iya π Karena buat ngejalanin software kamera, butuh RAM yang banyak juga π
mbak vicky tiap bikin video buat ig-nya keren terus padahal ternyata cuma pakai hape. angle pengambilannya selalu oke. saya penasaran sama video yang ngambil bahan makanan dari kulkas gimana cara takenya. hihi
Cara take adegan ngambil makanan di kulkas:
HP ditaruh dulu di dalam kulkas dalam posisi nyender ke dinding kulkas, dan kamera depan menghadap ke pintu.
Kamera HP harus dalam posisi Record.
Letakkan makanan yang “ceritanya mau diambil” persis lurus di depan kamera HP.
Jangan meletakkan makanan terlalu dekat dengan HP supaya objek makanan tidak jadi buram.
Tutup dulu pintu kulkasnya.
Sekarang buka pintu kulkas, lalu ambil makanannya.
Adegan ini selesai, cut.
Sekarang edit adegan tadi.
Trim adegan seperlunya, hingga hanya menyisakan adegan sejak pintu kulkas dibuka sampai makanan diambil.
Ayo dicoba cara begini dengan kulkas di rumah yaa..
hai kak vicky, salam kenal. saya masih baru belajar nih untuk buat konten blog makanan. kak mau nanya dong, untuk standing kamera handphone yg kakak pakai didalam foto kakak diatas itu merek dan jenisnya apa ya kak? mohon sekiranya dibantu jawab ya kak vicky. terimakasih sebelumnya
Hai, Bethania. Standing kamera handphone-nya itu nggak ada merknya :))
Sebenarnya itu tripod untuk lampu, tapi tripodnya punya “hand” yang bisa dibuat vertikal atau horizontal. Grip untuk lampunya diganti dengan grip untuk handphone.
Saya beli di marketplace warna hijau dengan mengetik keyword “tripod flatlay”. Banyak yang jual, tapi saya pilih yang nggak bermerk karena harganya paling terjangkau π
Setuju sih,Mba. Memang kebanyakan follower akan memberi like maupun komentar jika konten itu berhubungan dengan mereka makanya perlu dilakukan riset pasar terlebih dahulu lah ya. Konten-konten di instagram yang beragam tentu semakin membuat kita tertantang menghasilkan yang terbaik.
Iya, Mbak Ririn.. π
Untuk video masak nih masalah banget Aku mbak. Pakai banyak lampu warna masakan jadi putih aneh. Lampu sedikit gelap… Kayaknya butuh handphone yang mumpuni Kaya punya mbak Vicky ini hasilnya kece banget
Ooh aku kalau masak nunggu siang hari aja. Itu waktunya cahaya lagi banyak-banyak ya, nggak terlalu putih tapi juga nggak terlalu gelap..
Seru banget mbak Vicky, walaupun saya nggak pernah bikin konten masak memasak di Instagram (sejauh ini), tapi untuk bikin konten hal lain pun beberapa langkah yang mbak Vicky ceritakan suka saya lakukan juga. Termasuk mengamati trend. Dan juga memilih spesifikasi smartphone.
Memang untuk RAM 2 GB mah, buka beberapa tab sudah lemot banget apalagi untuk video editing. Sekarang saya pakai hape S, RAM 6 GB/128 GB, sudah cukup untuk bikin konten video di IG dan Youtube. Dan honestly, carisinyal itu kayaknya SEO-bagus ya. Saya sering mengetikkan beberapa kata kunci kalau ingin mencari rekomendasi laptop dan smartphone, website tersebut seringkali nongkrong di page 1.
Iya, saya tau Carisinyal itu bagus SEO-nya sebab redakturnya sudah terlatih.
Wah, Raja udah sampai RAM 6 GB ya. Berarti nanti-nanti saya kudu persempit filter saya ke HP RAM 6 GB aja deh.
Sekarang aplikasi gede-gede ya Mba, jadi RAM 2GB udah empotΒ²an. Huhu
Jadi orang-orang memang harus upgrade, apalagi kalau dipakai untuk membuat konten kayak gini.
Bener. Memang para content creator harus rela untuk upgrade gadget-nya kalau memang niat berbisnis melalui konten. Aku sendiri masih berusaha naikin RAM-ku kok, biar nggak berkisar di area 2-4 GB melulu.
Aku tuh suka galfok ma poto2 makanan mbak vicky auto pengen ikut makan. Hhahaa
Hahahahaha.. ada-ada aja
Aku klo ngeblog lebih sering pake laptop
Tapi pas desainya sih malah lebih nyaman pake hp
emang klo ngeblog butuhnya laptop dan hp ya mbak, klo uda ada dana bisa beli kamera pro
tapi aku sampai sekarang masih foto pake hp
Bagus, Dian.
OO ternyata begini BTS dari shooting memasak seru ya ..btw kalau untuk hindari cipratan minyak ke lensa kamera kita gimana ya mbak? eman kan kalao sampai kena ke lensa cipratan minyaknya..
Nah, itu gunanya tripod. Tripod dipasang setinggi mungkin di atas wajan, lalu HPnya dikunci di tripod itu. Kalau masang tripodnya cukup tinggi, maka setinggi-tingginya minyak muncrat pun, nggak akan sampai memuncratin setinggi tripod.
Mba Vicky, pas banget tulisan ini untuk aku,, aku pernah bikin konten memasak, namun aku mentok banget, setelah membaca ini jadi ada pencerahan untuk membuka konten masak lagi.
Hayu hayu, bikin konten masak lagi yuk, biar aku ada temannya..
Mba vickyyy aku salfok sama tripod hp nya dehh ya ampun itu membantu banget ya klo buat konten flatlay atau bikin konten video produk ahhhh! Tapi produksi konten jg harus disupport kualitas kamera yg mumpuni yaa sama hp nya juga jangan bala hahhaha, penting banget tuh cek spec gadget nya, mayan juga ya referensi dari carisinyal itu
Hahahaa.. iya, enak sekali tripod yang ini. Padahal aslinya dia bukan tripod untuk HP lho
tulisan yang kerennnn….
tentang bagaimana memaksimalkan gadget untuk menyajikan konten yang menarik
saya juga selalu buka carisinyal untuk cari data gadget
karena lengkap dan akurat
Dan Carisinyal itu banyak sekali membantunya ya, Teh.. π
Yeah cerita di balik layar itu ternyata memang perlu bantuan dari carisinyal . Bantuan review dari gadget maupun laptop yang pas untuk penggunaannya. Thanks sudah berbagi semua cerita di balik layar yang seru.
Sama-sama, Bu Ina π
Aku sih seringnya bikin konten pas traveling, itupun sekadar bantuin istri buat Instagram yang dia kelola… hehehe… Btw tabah sampai akhir ya itu Oppo A37-nya masih kuat diajak kerja. Untung dibantu Zenfone 5 yang lebih mantap dari segi kamera maupun performa π
Wow…. Makasih loh insightnya mbak vicky. Soalnya kadang sering ngeluh gak punya kamera dan laptop bagus buat ngonten. Ternyata seorang mbak vicky bisa lihai dengan tools sehari-hari dengan berbagai keterbatasan. Keren keren.
Sama-sama, Henny. Mudah-mudahan Henny bisa bikin konten yang lebih bagus. π
Sekarang kameranya Zenfone 5 udah pingsan, Dit. Paling banter cuman bisa dipake ngedit video sama bikin desain.
Aku shooting akhir-akhir ini mbalik pakai Oppo A37 lagi. Memang nggak terlalu jernih sih kameranya, tapi diakalin dengan cara gonta-ganti angle dan bermain durasi. Benar-benar fokus di konten, buat ngakalin performa gadget yang nggak seberapa.