Sewaktu saya menerima Cetaphil Gentle Skin Cleanser dari Cetaphil Indonesia, saya sempat ketawa karena mereka cuman kirimin saya facial cleanser. Lha toner-nya mana? Memangnya habis bersihin muka, itu mukanya nggak jadi kesat kena cleanser-nya tah? Tetapi sewaktu akhirnya saya mencoba sendiri facial cleanser ini, saya menjadi tercengang dan saya langsung mengerti kenapa Cetaphil membuat facial sehari-hari menjadi kerjaan yang lebih efisien.
Produk ini adalah facial cleanser, diproduksi pabrik asal Kanada dan mereka namai Cetaphil Gentle Skin Cleanser. Botolnya mengingatkan saya pada botol sampo antiketombe dari apotek langganan, dengan tampang yang lebih mirip botol obat ketimbang kosmetik. Di bagian belakangnya mereka tulisi instruksi cara penggunaan tanpa air: Usapkan pada kulit, gosok dengan lembut. Lalu bersihkan dengan handuk. Huh?

Mosok bisa bersihkan muka tanpa pakai air?
Saya sengaja mencoba barang ini pagi-pagi, setelah semalaman saya kerja gila-gilaan bikin artikel dan nggak sempat cuci muka, padahal sebelumnya saya kelayapan di pasar buat beli sayur untuk anak saya. Kebiasaan saya sehari-hari adalah pakai make up, minimal BB cream-lah, karena saya lebih ngeri sama sinar UV ketimbang ngeri dompet bocor lantaran keseringan beli bedak (tolong baca artikel saya tentang pentingnya memakai kosmetik ber-SPF di sini). Lebih parah lagi kalau saya mesti menghadiri acara ketemuan dengan orang lain; semakin saya segan terhadap orang yang saya temuin, semakin berat make-up mata saya, hahaha.. Cuman karena saya sibuk, jadi saya cuman mengandalkan facial foam sebagai daily skin care sebelum tidur, sebab kesempatan cuci muka yang bisa saya lakukan ini barengan sama mandi.
Saya bangun dengan tampang berlumuran minyak dan saya sudah nggak pernah rewel tentang hal itu semenjak umur saya menginjak 25 tahunan sekitar sembilan tahun yang lalu. Dari bangku kuliah saya, saya tahu bahwa memang populasi orang Indonesia rerata memang kulit wajahnya berminyak, karena genetik, faktor lingkungan, dan makanan yang dikonsumsi.

Saya ambil Cetaphil mungil ini, lalu saya memulai Cetaphil Experience saya dengan tetesin sedikit ke tangan dan gosokin ke muka. Oke, mana itu busa?
Saya gosokin lagi. Eh, busanya nggak nongol. Saya gosok-gosokin terus sampai cleanser di tangan saya habis. Lho, kok tetep nggak ada busanya? Haah..ini cleanser gimana bersihinnya?
Tapi kemudian saya melihat lagi tampang saya di cermin. Lalu saya bengong. Eh..memang muka saya terasa lebih seger. Sisa-sisa kusam bekas make up semalam sudah nggak ada.
Kemudian saya baca lagi bagian depan kemasan cleanser ini. Ya ampun. Soap and fragrance free. Dermatologist recommended.
Dulu dosen saya yang dokter kulit itu bilang bahwa daily skin care itu hendaknya memang mesti bebas dari sabun, bebas dari pengharum. Dan saya, yang waktu itu masih mahasiswa kedokteran semester enam malah bilang dalam hati, Aah..masak sih?
Karena penasaran, akhirnya saya pergi ke toko kosmetik langganan untuk mencari populasi Cetaphil Gentle Skin Cleanser ini. Saya punya kebiasaan kalau pergi ke toko kosmetik, saya selalu urus rak skin care, dan spesifiknya, saya selalu berlama-lama di bagian anti-aging. Saya menyadari sekarang Cetaphil Gentle Skin Cleanser selalu ditaruh di rak anti-aging paling atas, dan pramuniaganya kasih tahu saya bahwa produk ini saking premiumnya sampai jarang dilirik lantaran pengunjung seringkali lebih memilih pembersih muka berminyak yang lebih murah (tentu saja!), dan kalau bisa lebih harum. Cetaphil berada di harga atas untuk kapasitas 125 ml, fragrance free, dan soap free. Seharusnya saya lebih cerdas sedikit kemaren-kemaren.
Facial mestinya adalah mengoleskan cleanser ke wajah untuk membersihkan sisa-sisa debu dan kosmetik. Kebanyakan produk pasaran memang menggunakan cleansing milk karena susu bisa mengangkat kotoran, tetapi susu mengandung lemak yang tentu saja akan bikin kulit kita yang berminyak menjadi semakin berminyak. Dan memakai susu cleanser akan memaksa kita menggunakan toner untuk mengangkat sisa susunya. Itu bikin kita terpaksa beli produk dua kali.
Pekerjaan daily skin care ini akan jadi lebih ruwet ketika umur semakin bertambah. Kandungan minyak akan semakin berkurang dan lama-lama kulit pun mengering. Kalau kita memakai bahan kosmetik dan kebetulan kosmetiknya mengandung iritan (sebut saja pengharum, pemutih, you name it), lama-lama iritan ini akan menggerus kulit. Ketika kita membersihkan muka sebagai prosedur rutin harian dan ternyata cleanser-nya mengandung sabun (seperti sebut aja, facial foam), dan ternyata kita memakai produk ini dalam jangka waktu yang bertahun-tahun, busa sabunnya akan semakin menggerus kulit kita. Efeknya ya eksim, dan ini yang menimpa para tante di usia tua.
Dan sekarang saya mengerti kenapa Cetaphil masih dipakai oleh kenalan-kenalan saya di segala umur; cewek-cewek ABG yang kinyis-kinyis dan sehari-harinya tidur di kamar ber-AC memakainya karena cleanser ini bikin kulit mereka kenyal, sampai tante-tante setengah baya di kalangan arisan pun memakainya karena melindungi dari eksim. Karena selain bikin kulit tetap lembut, kandungannya yang absen sabun dan pengharum bikin kulit wajah tetap bagus di usia tua.
Bahkan Claire Danes pun pakai Cetaphil untuk bersihkan wajahnya.
Informasi lebih banyak tentang Cetaphil Gentle Skin Cleanser, dan produk-produk lainnya seperti Cetaphil Daily Facial Moisturizer with SPF 15 bisa dibaca di sini.
Masalah dari Cetaphil Gentle Skin Cleanser ini cuma satu: Saya masih harus mendahuluinya dengan eye make-up remover untuk bersihkan maskara di mata saya. Tapi mungkin kalau Cetaphil ini bisa bersihkan maskara, bisa-bisa barang ini nggak se-gentle yang dituliskan di cover depannya.
Dan sekarang, sepertinya saya nggak perlu facial toner lagi 🙂

Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Saya juga kaget mbak waktu pertama pake Cetaphil, nyari busanya gak nemu-nemu. Habis dioles pke kapas, trus bingung diapain lagi. Gak biasa bersihin tanpa menggunakan sabun dan air 😀
Saya malah ngiranya bersihin pake Cetaphil lalu pakai toner lho. Lha namanya aja cleanser. Biasanya kan kosmetik pembersih itu sudah satu set pakai cleanser, lalu pakai toner. Sabun muka itu lain cerita. Cetaphil ini beda, dia jenis cleanser yang nggak butuh toner, sekaligus berfungsi jadi sabun muka juga. Eaah..revolusioner ini.. 😀
Wah Mba Vicky pake ini juga rupanya… saya suka karena bahan kimianya aman…
Saya masih penasaran seberapa aman ini untuk kulit yang rentan rosacea. Masih cari data tentang berapa persen lauril sulfat di dalamnya, Mah..
Cetaphil ini emg produk bgs bgt,, nempel di muka ekonomis kyk saya rasanya wuah banget. Ada harga ada kualitas si emang.
Kalau sering2 beli, bisa bikin jatah belanja ke pasar dan ngemall berkurang.
Jadi kadang beli kalo pas ada diskonan aja. Itupun pakenya dihemat2.
Sebetulnya tergantung kebiasaan kulit kita juga sih.
Cetaphil ini cocok untuk kulit yang sering terpapar debu jalan, polusi udara, atau make up. Kandungannya lauryl sulfat memang untuk membersihkan polutan-polutan seperti itu.
Tapi kalau sehari-hari kita berada dalam rumah yang bersih, memang tidak keluar rumah, paling-paling cuma pakai bedak, mungkin tidak perlu pakai Cetaphil. Sebab kulit kita tidak sampai sekotor itu.
Dan lagi bersih-bersih muka itu tak perlu sering-sering. Cukup satu kali sehari setelah beraktivitas seharian. Pagi-pagi juga tak perlu bersih-bersih muka, karena semalaman kan tidur di tempat tidur yang bersih.
Harusnya cetaphil bayar mahal untuk review ini.. Ini review paling keceh! Kalo menang, bagi cetaphilnya ya.. *lalu dilempar diapers mbak vicky* xixi…
Aku gak pake diapers, pakenya clodi yaiyy..! 😀
Jadi selama ini stigma pembersih wajah banyak busanya salah ya. saya surprised juga lho eyeliner bisa hilang dg Cetaphil.
Eyeliner-nya Helena ilang dengan Cetaphil? Wah, saya harus merevisi eyeliner saya kalau gitu. Eyeliner saya kuat banget, susah ilangnya 😀