Hati-hati, wahai para pengemudi mobil. Barangkali Anda yang selama ini menciptakan efek rumah kaca sampai terjadi pemanasan global.
Efek Rumah Kaca
Persoalan efek rumah kaca ini sudah lama didengung-dengungkan para ahli semenjak puluhan tahun yang lalu. Seiring dengan timbulnya industri di sana-sini, industri menciptakan karbondioksida yang banyak. Sialnya, terlalu banyak karbondioksida yang terserap di atmosfer, sehingga suhu permukaan bumi pun jadi terlampau panas. Karena panas yang berlebihan di bumi inilah, maka terasa seperti tinggal dalam rumah kaca, dan pada akhirnya ini yang disebut pemanasan global.
Penyebab efek rumah kaca ini bisa macam-macam, tetapi kegiatan transportasi manusia merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya efek rumah kaca. Itu yang disampaikan Indra Prabowo, Managing Editor dari Otospirit.com, dalam penyuluhannya tentang Eco Driving kemarin.

Penyuluhan tentang Eco Driving
Kemarin, portal otomotif no. 1 menggelar acara penyuluhan tentang Eco Driving di bar Buro, Society Complex, Surabaya. Acara yang khusus hanya untuk para blogger dan wartawan ini ditujukan buat edukasi tentang eco driving, yakni cara mengemudi dengan aman dan tetap ramah lingkungan.
Kenapa ada poin ramah lingkungannya? Konon, problem ini berawal dari fenomena efek rumah kaca yang sedikit banyak disumbang oleh banyaknya kendaraan bermotor.
Menurut Indra, pada tahun 2010, jumlah kendaraan bermotor di seluruh dunia sudah mencapai 1 milyar unit. Kebutuhan penduduk sejagat yang perlu mondar-mandir ke sana kemari telah menyebabkan para pabrik kendaraan berlomba membuat kendaraan bermotor sebanyak mungkin. Setiap tahun ada lebih dari 84 juta unit kendaraan yang diproduksi.
Akibatnya, di tahun 2035 nanti, jumlah kendaraan bermotor diperkirakan akan mencapai 2 milyar. Alias tumbuh dua kali lipat dalam 25 tahun saja.
Persoalannya, semakin banyak kendaraan yang diproduksi (dan digunakan), maka akan semakin banyak pula bahan bakar yang digunakan. Repotnya, penggunaan bahan bakar selalu membuang gas bernama karbondioksida. Dan gas karbondioksida yang berlebihan adalah kontributor utama bagi fenomena efek rumah kaca.
Tercatat bahwa sekitar 16% karbondioksida di lingkungan bumi saat ini disebabkan oleh transportasi darat (seperti mobil, truk, atau bis). Sumbangsih transportasi darat terhadap banyaknya karbondioksida ini cuma bisa disaingi oleh pemakaian listrik di dunia (sekitar 44%) dan tumbuhnya industri manufaktur dan konstruksi (sekitar 18%).
Mengurangi alat transportasi sepertinya bukan pilihan yang efisien karena memang masyarakat membutuhkannya. Tetapi Indra bilang bahwa dengan mengatur perilaku pengemudi dalam mengendarai mobil akan bisa menciptakan perjalanan yang hemat bahan bakar, sehingga pengeluaran karbondioksida yang tidak efisien pun bisa dikurangi. Dan pada akhirnya, efek rumah kaca yang telah timbul dan mengakibatkan pemanasan global, tidak perlu menjadi semakin parah. Mengemudi dengan menghemat bahan bakar inilah, yang kemudian disebut eco driving.
Persiapan Mobil untuk Eco Driving
Dalam acara yang juga mengundang representatif dari Nissan Indonesia ini, tamu-tamu juga dibimbing tentang cara mengendarai mobil dengan penggunaan bahan bakar yang efisien. Mengefisienkan penggunaan bahan bakar ternyata bukan cuma ketika mobil sudah berjalan di jalan raya. Tetapi bahan bakar ternyata sudah bisa dihemat bahkan sebelum mobil menggelinding keluar dari garasi rumah kita.
Inilah cara menyiapkan mobil agar tetap bekerja dengan efisien ketika akan mengangkut penumpangnya nanti:
- Menggunakan bahan bakar dengan nilai oktan yang disarankan.
- Memeriksa tekanan angin ban dengan telaten.
- Menghindari muatan yang berlebihan terhadap kendaraan.
- Melakukan perawatan servis terhadap mobil secara berkala.
Kenapa nilai oktan bahan bakar yang dipakai itu mesti diperhatikan serius? Ternyata, nilai oktan akan menentukan terjadinya pembakaran yang sempurna. Pembakaran yang sempurna akan mempengaruhi tenaga yang dihasilkan oleh mesin. Dan pada akhirnya, gas buang yang dihasilkan pun juga lebih bersih.
Tekanan angin ban juga perlu diperiksa. Baik secara visual ketika mau membawa mobil jalan-jalan sehari-hari, maupun secara terkalibrasi memakai alat ukur setiap bulannya. Tekanan angin yang kurang, ternyata bikin ban jadi aus. Gerakan mobil pun jadi inefisien, sehingga tidak seluruh bahan bakar yang dikonsumsi pun termanfaatkan.
Muatan yang tidak efisien pun perlu dikeluarkan dari mobil agar mobil tidak terbuang tenaga hanya karena mengangkut sampah tak bermanfaat. Karena prinsipnya, semakin banyak muatan yang terangkut dalam mobil, maka bahan bakar yang dikonsumsi pun akan semakin banyak.
Demikian pula, service mobil mesti rajin periodik. Beberapa item yang mesti masuk check list ialah filter udara, filter oli kotor, busi yang aus, oli mesin, dan knalpot.
Cara Mengemudi yang Irit Bensin Menurut Eco Driving
Akselerasi Pedal Gas
Ketika menstarter mobil, gas sebaiknya ditekan seperlunya, maksimal sampai 1/3 gas saja (sampai di sini, saya malah membayangkan membawa penggaris untuk menekan dalamnya menginjak gas, hihihi..)
Jika tenaga kendaraan telah cukup, persneling pun boleh dipindahkan ke gigi yang lebih tinggi. Akselerasi mendadak bisa merilis gas sampai berlebihan.
Hindari Menyetir a la Stop and Go
Stop and go berarti kendaraan sering berhenti (mendadak), namun kemudian berangkat kembali (misalnya karena macet). Bahan bakar akan banyak terbuang dengan kondisi seperti ini.
Karena itu, ketika menyetir, hendaknya kita perlu jaga jarak dengan mobil di depan kita untuk menghindari acara mengerem mendadak. Bisa memperkirakan bahwa mobil di depan akan berhenti, akan mempermudah kita memperlamban kecepatan, sehingga kita tidak perlu sampai mengerem tiba-tiba.
“Untuk jalanan macet stop and go, injaklah pedal gas dengan halus. Rasakan mobil bergerak perlahan dan segera lepas pedal gas sedikit untuk meminimalkan penggunaan bahan bakar,” kata Sugihendi, representatif Nissan Indonesia yang menjelaskan mengenai cara mengemudi hemat a la eco driving ini.
Hindari Kebiasaan Menumpangkan Kaki pada Kopling
Alasannya simpel, kopling akan menjadi cepat panas dan bahan bakar pun terbuang percuma.
Hindari Mengebut
Karena semakin tinggi kecepatan dari mobil, maka bahan bakar yang dibutuhkan pun semakin besar. Termasuk pula kecepatan kita ketika menyetir di jalan tol pun perlu dipertahankan dengan tetap.
Efisiensi Mesin Ketika Menyala
Jauh lebih baik jika kita mematikan kendaraan saat sedang berhenti untuk waktu lama. Karena bolak-balik mematikan dan menyalakan mesin kendaraan hanya akan memboroskan bensin.
Hindari pula mencolokkan peralatan ke mesin untuk mencari listrik. Bahkan suhu air conditioner tidak perlu disetel pada suhu minimum terus-terusan, karena penyetelan akan membebani penggunaan bensin.
Selalu Tutup Jendela Ketika Kecepatan Tinggi
Aerodinamika kendaraan ternyata akan terganggu jika kita membiarkan jendela terbuka.
Menjaga Mental Ketika Menyetir
Selalu fokus ketika mengemudi. Usahakan menjaga cukup waktu hingga sampai tujuan. Dan hindari pengemudi kendaraan lain yang agresif.
Penyuluhan yang Menyenangkan
Tema eco driving semakin marak dalam beberapa tahun terakhir semenjak para produsen mobil berusaha gigih mengedukasi para konsumen untuk selalu menyetir dengan cara yang tetap ramah lingkungan. Memang mobil yang mengusung feature eco driving masih cukup mahal. Namun para konsumen nampak mulai sadar bahwa tanggung jawab mereka untuk kembali belajar mengemudi dengan cara yang tidak sampai menjadi boros bahan bakar.
Ada sekitar 30 blogger berbaur ceria dalam dress code merah pada acara ini sembari live tweet untuk memopulerkan hashtag #EcoDriving dan #Mobil123. Acara yang sayangnya hanya digelar oleh portal otomotif no. 1 di Bandung dan Surabaya ini sukses bikin #Mobil123 menjadi puncak trending topic di Indonesia pada siang kemarin.
Apakah Anda punya kesulitan dalam urusan menyetir dengan hemat bensin?

Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Informasinya keren.. nambah wawasan saya, coba semua orang sadar dan tahu akan hal ini?
Kita nggak bisa membuat semua orang langsung sadar. Tapi bisa dimulai sari membuat sadar satu-dua orang dulu.
wah asik juga nih acaranya, walau saya g bs ikut tapi sy bisa kecipratan ilmunya
makasih sudah dshare..mklum saya juga baru-baru bisa bawa mobil jadi harus banyak belajar 🙂
Oh iya sama-sama, Mas Zevian.
Saya juga jarang bawa mobil sendiri. Tapi ternyata biarpun lebih sering jadi penumpang, kita bisa kok berkonsentrasi menjaga lingkungan dengan cara simpel seperti di atas.
eco driving sangat perlu, selain ngirit bahan bakar..penting jg untuk keselamatan 🙂
Betul, Dhanang 🙂
sebuah cara yang sangat patut di apresiasi
Cara apa?
Saya lebih suka menyetir agar hemat BBM ketika mobil berjalan mengatur gas agar setabil, insyallah hemat….:)
Walaupun belum punya mobil, saya suka dan sangat mengapresiasi acara-acara seperti ini. 😀
Paling tidak dapat mengurangi sedikit dampak negatif terhadap lingkungan.
Hai Yayak, sebetulnya nggak butuh memiliki mobil untuk bisa mengurangi efek rumah kaca akibat mobil. Perilaku seperti ini bisa kita lakukan jika kita sedang menyewa mobil. Atau ketika sedang menumpang mobil. Karena menjaga lingkungan bukan cuma tanggung jawab para supir, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua orang yang memanfaatkan keberadaan mobil. 🙂
meskipun sekarang ini cmn nyetir ke tempat yg deket2 aja, tapi tipsnya wajib bgt dipraktekin… makasih sharingnya ya mba 🙂
Oh iya, Nath. Sama-sama 🙂
Aku baru tau kalau buka jendela itu pengaruh di penggunaan bahan bakar. Berarti kalau lewat tol harus ditutup ya mbak?
Infonya bermanfaat banget mbak, thanks for sharing 🙂
Logikanya, membuka jendela akan memudahkan udara luar masuk ke mobil, sehingga menyulitkan gerakan mobil.
Karena pada saat yang bersamaan, mobil harus bergerak melawan gesekan terhadap jalan, tetapi juga harus pula melawan udara.
Pusing kan? Mobilnya bisa limbung. Apalagi kalau dibawa ngebut, misalnya di jalan tol.
Eco Driving sangat efektif ya buat keamanan berkendara juga hemat BBM.
Bookmark!
Terima kasih sudah di-bookmark, ya Teh Anny.. 🙂
Nah, di kota saya, Mbak …. ampun2an deh padatnya sekarang. Jalanan macet di mana-mana. Kategorinya sudah masuk kota metropolitan yang penduduk siang harinya bisa 2 jutaan dan malam hari 1,5 juta. Saya gak tahan kalo keluar rumah sekarang, perjalanan gak terasa nyaman, tidak seperti dulu lagi. EH, malah jadi curhat hehehe
Serius, Mbak Mugniar? Sepertinya saya mesti mengubah pandangan saya terhadap Makassar sekarang.. mosok di sana macet sih?
Mari kita membuka Google Maps satelit..
Saya suka tips mengemudinya. Wlopun mobil saya tmsk LCGC tapi kalo bisa makin irit lagi kan bagus jg. Selain ramah lingkungan jg ramah kantong hehe
Palangka masih terhitung bersih ya, Pak. Meskipun kabut asap sudah mulai mencemari udara di sana. Tapi bagus sekali usaha Pak Dhani untuk memilih mobil yang ramah lingkungan sebagai kendaraan pribadinya.