Mendidik Anak Kami Berani Eksplorasi

Fidel bikin saya keringetan semenjak dia bisa jalan sendiri. Kalau berada di tempat umum, dia menjelajah ke sana kemari dan nggak mau digandeng. Dia kepo pada tempat baru, orang baru, binatang baru, makanan baru, pokoknya semua yang baru. Saya pernah dibikin tengsin gegara dia towel-towel orang asing di mall lantaran tertarik lihat tas kerlap-kerlip orang itu (mamanya kan nggak suka pakai tas bling-bling, hihihi..)

eksplorasi daya tahan tubuh Fidel Fahmi
Memperkenalkan Fidel pada kegiatan berenang.
Saya mulai dari hal simpel dengan memperkenalkannya kepada air kolam saja dulu.

Cara mendidik anak a la saya dan suami saya memang terhitung berani. Kami sudah melepas anak kami jalan sendiri semenjak jalannya masih tertatih-tatih. Fidel bolak-balik kesandung kakinya sendiri, tapi dia selalu berusaha bangun lagi. Pertama kali jalan, dia kesandung minimal lima kali. Saya atau suami sampai membuntuti di belakangnya sejauh semeter untuk menadahinya kalau dia jatuh. Lama-lama berjalannya makin lancar, dan paling banter cuma sekali dia jatuh tiap kali sesi berjalan. Saya dan suami mulai berhenti mengitarinya bak helikopter, kami hanya waspada supaya dia tidak mendekat ke barang-barang berbahaya. Prinsip kami, kami biarkan dia bebas melakukan eksplorasi, makin cerdas dia.

eksplorasi kemampuan kognitif Fidel Fahmi
Bawa Fidel ke tempat dingin.
Tidak masalah, pakaikan saja dia jaket.
Supaya dia bisa eksplorasi, oh begini rasanya dingin.

Kami banyak dikecam akibat cara mendidik anak lantaran dianggap sembrono. Orang sekitar kami bolak-balik menjerit ketakutan tiap kali anak kami berjalan, karena takut bentuk tulang kakinya jadi jelek, takut kesandung, dan entah takut apa lagi. Menjelang saya mau bawa anak saya hiking, saya diwanti-wanti takut anak saya masuk angin. Oh, masih segar di ingatan saya waktu saya memutuskan untuk membiasakan bayi saya mandi air dingin supaya dia tidak mengalami ketergantungan mandi dengan air hangat, wah..saya dicereweti habis-habisan karena disangka menyakiti bayi.

Saya paham dari psikolog Ratih Ibrahim bahwa 1000 hari pertama usia seorang individu adalah periode emas tumbuh kembangnya.

eksplorasi cara mendidik anak Fidel Fahmi
Fidel belajar jalan di taman belakang rumah nenek saya.
Sambil sesekali dituntun oleh ayah saya.

Masa dua tahun pertama adalah masa paling signifikan untuk menentukan bagaimana anak saya dewasa nanti. Kemampuan kognitif, bahasa, emosional, sosial, dan bahkan spiritual ituΒ ditentukan dari bagaimana saya mendidiknya sejak bayi. Ratih juga bilang bahwa kalau mau anak jadi percaya diri, anak harus punya basic trust di dalam dirinya. Dan basic trust itu datang dari saya, orang tua yang harus belajar mempercayai anak saya bahwa anak saya bisa melakukan apapun secara mandiri.

Banyak hal yang saya lakukan supaya saya berani membiarkan anak saya bereksplorasi. Pertama, saya camkan mindset dulu di kepala saya bahwa anak saya akan percaya diri kalau orangtuanya percaya kepadanya. Kedua, saya belajar untuk memberikan dia nutrisi yang terbaik (Fidel minum ASI semenjak lahir sampai sekarang. Saya bahkan mengetik artikel blog ini sambil menyusui Fidel). Ketiga, saya belajar untuk mencontohkannya macam-macam stimulasi. Proses belajar Fidel dimulai dari meniru, maka saya pun mengajarinya banyak hal melalui contoh yang saya lakukan.

Nutrisi adalah poin yang saya perhatikan dan bikin saya jungkir-balik untuk mempelajarinya. Probiotik lactobacillus, selenium, kalsium, dan zinc, untuk perlindungan daya tahan tubuh dan pertumbuhan rangka, otot, dan otak Fidel, saya pastikan masuk dalam asupan menu Fidel (tidak sulit menemukan nutrien ini dalam bentuk bahan makanan) setiap hari. Saya bahkan melakukan riset tentang berapa banyak nutrien ini harus dikonsumsi Fidel, dan aplikasi notes dan kalkulator di smartphone saya penuh dengan hitungan tentang jumlah kalori bahan makanan Fidel.

Stimulasi saya untuk proses belajar Fidel pun sederhana tapi mudah dilakukan. Saya melibatkannya dalam semua hal yang saya lakukan. Saya mandi air dingin bersamanya, saya makan bersamanya, saya biarkan dia main semampunya di dapur ketika saya sedang memasak dan mencuci piring. Saya membiarkan dia mengawasi saya bersih-bersih rumah dan menjemur pakaian. Ternyata dia meniru saya. Kalau saya harus rapat dengan klien di luar rumah, saya tetap membawa anak saya. Maka dia pun belajar berkenalan dengan orang asing tanpa harus jadi pemalu. Sekarang saya sedang berusaha tidak sibuk dengan gadget di hadapannya, supaya dia tidak sampai meniru saya, karena saya tidak ingin dia mengira bahwa definisi mainan adalah sesuatu yang harus dihidupkan dengan baterai.

Anak yang berani eksplorasi akan jadi anak yang cerdas, dan keberaniannya tumbuh dari rasa percaya dirinya. Cinta dari orang tua akan memberinya kepercayaan diri, dan bentuk cinta itu dipersembahkan dengan memberikan yang terbaik, termasuk nutrisi dan stimulasi yang optimal.

12 comments

  1. Tenang aja mba..anakku dulu juga sering terpelesat jatuh bangun jalan dan kadang nangis. Malah yang bikin ngelus dada..nggak ada apa-apa ketika jalan tiba-tiba jatuh juga. Semua akan melewati fase ini πŸ˜€ dan kalau sudah 5 tahun udah lega.. hehehe tinggal mikirin kapan anak kedua? dan menuju fase berjalan lagi

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Heuh? Saya nggak pakai aplikasi untuk ngitung kalori bahan makanan. Setiap bahan makanan itu saya cari sendiri jumlah kalorinya secara manual di internet. Setelah itu saya ramu sendiri resepnya buat bikin MP-ASI.

  2. Fath says:

    Wah, bener banget bund
    Tapi kebanyakan orang tua malah melarang anaknya bereksplorasi. Takut anaknya kena ini lah, kena itu lah. Padahal, kalau menurut saya, asal masih dalam pengawasan orang tua itu tidak apa-apa.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Ya, sebagai orang tua saya sendiri mengakui bahwa saya sering takut anak saya kena kotor, kena sakit, kena cedera, dan sebagainya. Jadi saya harus ekstra memprioritaskan waktu untuk mengawasi anak saya eksplorasi. Saya mengerti banyak orang tua lain yang sibuk melarang anaknya karena mereka lebih memprioritaskan ketakutan mereka sendiri ketimbang memikirkan manfaat dari eksplorasi anak mereka.

Tinggalkan komentar