Sudah sebulan saya install Google Analytics 4. Rasanya yaa.. senep-senep nikmat gitu deh.
Seperti biasa, saya tetap menjalankan ritual meriksa Google Analytics tiap malam. Biasanya yang saya lihat itu, posting yang baru saya terbitin sebulan terakhir, itu udah dapet unique pageview berapa.
Unique pageview lho ya, bukan pageview yang tanpa unique. Kalo pageview yang tanpa unique sih, gampang banget diboonginnya.
Tapi semenjak saya nginstall GA4, saya jadi pusing. Soalnya, jumlah users dari GA4 jauh lebih dikit ketimbang jumlah unique pageview dari Google Analytics.
“Yaa algoritma ngitungnya beda..” kata temen saya waktu saya curhatin soal hasil viewnya GA4.
Yang cukup ngeselin adalah data dari referral traffic. Kata Google Analytics versi Universal Analytics, traffic yang dateng ke blog saya dari Twitter ada 5 orang.
Tapi waktu saya tanya ke GA4, jawabnya malah, “Mana? Lha wong yang dateng dari Twitter cuma 1 orang, gitu lho..”
Saya senewen. Ini yang mana sih yang hitungan yang bener?
Terus ada lagi yang ngeselin saya. Menurut saya, GA4 ini dibukanya leleeeet banget. Loading-nya itu lho yang lama. Apa gara-gara grafik scattered itu ya?
Padahal Google Analytics versi UA itu loading-nya meski nggak terlalu cepet, tapi ya nggak kayak siput ala GA4.
Terus, GA4 ini juga ada satu lagi kelemahannya yang nggak saya sukai. Yaitu nggak ada grafik trendline yang menggambarkan jumlah user secara total.
Ya ada sih grafik trendline-nya kalau mau diminta laporannya. Tapi grafiknya kurang nyaman dibaca, soalnya malah sibuk memperinci trendline masing-masing artikel. Saya punya 10 artikel yang ada melulu pengunjungnya, dan ke-10 itu berebutan trendline di grafik, sehingga bikin mata saya jadi pusing.
Jujur aja, saya lebih seneng Google Analytics versi Universal Analytics. Yaa meskipun konon GA-UA itu ribet karena menjembreng terlalu banyak data yang nggak perlu. Tapi menurut saya sih, user experience-nya GA-UA masih jauh lebih baik daripada GA4. Loading leletnya GA4 itu lho nggak nahan.
Namun percuma aja saya ngomel. Soalnya tahun depan, GA-UA bakalan di-euthanasia-kan. Kalau saya mau mencegahnya, saya kudu jadi komisaris Google dulu.
Akhirnya, saya cuma bisa berharap bahwa ini hanya masalah pembiasaan. Semenjak bulan ini, saya cuman rutin buka GA4 aja tiap hari, dan nggak buka-buka GA-UA lagi. Cukup meriksa GA4 selama 5 menit tiap malem, saya sudah tau langkah apa yang mau saya ambil buat blog saya besoknya.
Pada akhirnya, saya juga nggak terlalu lama menatap tabel-tabel GA4 itu. Karena mengurusi Google Search Console, masih jauh lebih penting ketimbang ngurusin Google Analytics.
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
seperti yang saya duga-duga, masih kurang user friendly menurut saya menggunakan google analytic 4
Kalau versi aplikasinya gimana, udah dicoba kah?
Salam kenal mbak, saya malah jarang banget buka Google Analityc, karena saya lebih tertarik melihat dashboard Google adsense
Hai, Mbak Alya, terima kasih ya sudah datang kemari 🙂
wah, saya juga baru liat. sepertinya saya masih menggunakan versi lama dan di arahkan google untuk upgrade ke GA4 tapi batas nya sampai juli 2023. Saya coba pelajari lagi nih mbak. terima kasih infonya
Oh iya, sama-sama. Terima kasih ya udah baca tulisan saya 🙂