Cegah Penyakit Kanker Kulit dengan Tabir Surya

Ketika banyak marketplace online ramai-ramai ngumumin bahwa mereka sedang discount besar-besaran untuk produk kosmetik, saya pun iseng riset di Google Trend tentang kosmetik apa yang sedang beken. Ternyata yang keluar skornya paling banyak adalah bahan make-up. Saya mengerutkan kening, kenapa bukan bahan skin care.

Nampak pada screenshot Google Trends berikut bahwa di wilayah Indonesia, dalam 12 bulan terakhir, orang jauh sering mengetik kata “bedak” dan kata “pemutih wajah” pada Google Search ketimbang mengetik kata “body lotion”, “sunblock”, apalagi “sunscreen”.

tabir surya jarang dipilih
Trend saat ini, lebih mudah menjual bedak daripada menjual tabir surya. Screenshot hari ini.

Trend Minat Konsumen terhadap Belanja Bahan Kecantikan

Sewaktu saya lagi menjalankan tugas saya mengontrol service quality pada beberapa counter dari sebuah toko kosmetik premium (kebetulan saya adalah mystery shopper langganan untuk bidang beauty), SPG-nya selalu menggiring saya ke rak make-up. Saya sempat curiga bahwa seolah-olah mereka bakalan dapat komisi dari rak itu. Sebagai ilustrasi ya, sebuah foundation selalu dihargain lebih mahal daripada sebotol body lotion. Padahal foundation itu habisnya lama, ketimbang body lotion. Kan mending jualan lotion, cepat habis supaya pelanggannya beli lagi?

Lalu saya pun iseng mendatangi beberapa counter kosmetik yang beda-beda, belagak pura-pura mau beli bedak. Tahu sendirilah, tiap merk kosmetik pun bisa punya banyak varian bedak. Tiap counter saya tanyain, mana varian bedak yang paling laku? Lalu SPG-nya selalu jawab, “Ini, Mbak, yang ini bikin kulit nampak lebih putih..”

Saya mengangkat alis keheranan.

Masa-masa ketika saya ingin kulit lebih putih sudah lama berlalu, karena sekarang saya punya prioritas lain dalam urusan berdandan. Tapi saya tetap terusik dengan apa yang sedang ngetrend di kalangan konsumen kecantikan, atau dalam posisi saya, kalangan tenaga kesehatan.

Jadi saya pun tanya kepada para kawan saya yang menjadi dokter kulit. Berapa banyak dari para pasien dokter kulit yang ingin kulitnya lebih putih? Jawaban mereka ternyata hampir sejalan dengan apa yang saya temukan di Google Trend dan di counter-counter kosmetik. Sekitar 60% orang Indonesia ingin kulitnya lebih putih.

Mengapa Kita Sulit Memutih

Tanpa mengabaikan bahwa memang penduduk negara tropis sudah dari sononya cenderung lebih hitam lantaran kebanyakan mengandung melanin, saya pun bikin riset apa yang menyebabkan kulit kita sulit untuk memutih (atau tetap terang) biarpun tidak beraktivitas panas-panasan. Ternyata hasil riset saya pun simpelnya kayak begini.

Problem kulit orang Indonesia sebetulnya bukan hitam, tapi lebih tepatnya, belang. Ada masalah warna kulit yang kurang merata di wajah. Dan belang itu juga terjadi di tangan dan kaki. Buktinya dada kita nggak hitam tuh, tetap terang-terang saja, apalagi yang nggak pernah pakai bikini.

Masalah lainnya sebetulnya adalah kelainan kulit berupa bintik-bintik hitam. Bintik-bintik ini timbul di wajah, dan kadang-kadang di kulit. Bintik-bintik ini biasanya baru kelihatan kalau kita melihat kulit kita sendiri dengan kaca pembesar. Ini akibat radikal bebas yang timbul dari macam-macam sumber: debu, sisa kosmetik, dan yang tidak bisa kita hindari yaitu sinar ultraviolet dari cahaya matahari.

Pasalnya, kita mungkin bisa membersihkan rumah dengan vacuum cleaner setiap hari. Dan puasa kosmetik mungkin bisa kita Anda lakukan. Tapi nggak ada manusia yang bisa hidup tanpa sinar ultraviolet. Karena sinar ini tetap bisa masuk menembus dinding rumah dan gedung kantor kita, meskipun dalam kadar yang tidak sebesar kalau kita sedang berjemur di Seminyak.

sinar ultraviolet membahayakan kulit
Sinar ultraviolet membahayakan kulit ketika lapisan ultraviolet A dan ultraviolet B menembus lapisan kulit.
Sinar-sinar ini menciptakan kelainan kulit, mulai dari belang hingga penyakit kanker kulit.
Gambar diambil dari sini.

Lepas dari manfaat sinar ultraviolet sebagai pengolah vitamin D, sinar ini tetap bukan kawan terbaik kita. Dampak radiasi sinar ultraviolet bukan cuma menciptakan bintik-bintik hitam di kulit kita. Tapi sinar ultraviolet membahayakan kulit pula dengan menyalurkan pemicu penyakit kulit, terutama kanker kulit. Dan repotnya, akibat kanker kulit yang paling jelek adalah kematian.

Maka saya pun heran kenapa pasar kosmetik dan ruangan praktek dokter kulit lebih didominasi konsumen yang ingin kulitnya nampak lebih putih ketimbang konsumen yang ingin melindungi kulit dari sinar matahari.

Penyakit Kanker Kulit yang Tidak Populer

Kiprah kekankeran kulit di Indonesia memang nggak gegap-gempita. Penyakit kanker kulit masih kalah beken ketimbang kanker paru, kanker otak, kanker payudara, dan lain-lainnya.

Fenomena ketidakbekenan ini wajar karena memang suatu penyakit baru bisa beken kalau sudah terbukti jatuh nyawa. Di Indonesia, kita bisa mendengar dengan gampang ada tetangga kita yang meninggal karena penyakit kanker paru atau kanker payudara. Tapi penyakit kanker kulit? Belum tentu setahun sekali ada. Malah nggak banyak yang tahu bahwa kanker kulit itu eksis.

Jujur aja, selama saya dulu magang di departemen dermatologi rumah sakit, saya jarang ketemu pasien kanker kulit. Sekalinya saya ketemu kasus penyakit kulit yang satu ini justru ketika saya jadi asisten magang untuk dokter ahli paru. Gara-garanya, boss saya itu mesti meladeni seorang pasien kanker paru. Ternyata, kanker paru yang diidap pasien itu terjadi akibat kanker kulit yang lebih dahulu diidap pasiennya yang menyebar sampai ke paru.

Data tentang penyakit kulit yang satu ini di Indonesia memang nggak banyak. Penderita penyakit kanker sulit disensus oleh Kementerian Kesehatan, apalagi kanker kulit yang belum begitu dipahami orang. Bahkan penderita kanker kulit yang berhasil terjaring sensus, umumnya sudah datang dalam stadium akhir, jadi sudah sulit diobati, sehingga semakin bikin sungkan pasiennya sendiri untuk berobat.

Repotnya lagi kebanyakan pasien kanker kulit di Indonesia ini adalah golongan ekonomi rendah, yang semakin menyulitkan akses mereka untuk berobat penyakit kulit (dan direkam data tentang kemajuan penyembuhan penyakit mereka). Kenapa golongan seperti ini bisa kena kanker kulit? Karena pekerjaan mereka memang mengharuskan mereka banyak-banyak nguli di bawah sinar matahari, sehingga praktis menjadi sasaran dampak radiasi. Misalnya petani atau nelayan..

Dampak radiasi matahari
Aktivitas berjemur tanpa pelindung bisa menyebabkan kita terkena dampak sinar matahari.
Gambar diambil dari sini

Kanker Kulit dan Kita

Faktanya, kanker kulit tetap kanker yang bisa bikin meninggal. Akibat kanker kulit adalah kematian. Dan penyakit kanker kulit adalah kanker yang bikin kematian paling banyak setelah kanker serviks dan kanker payudara.

Kanker kulit dipicu dari dampak radiasi sinar ultraviolet yang masuk ke tubuh kita. Dan sinar ini masuk nggak cuma ketika kita sedang berjemur, atau ketika kita hanya sedang menjemur baju sewaktu laundry. Tapi sinar ini masuk ke rumah atau gedung kantor tempat kita berada sekarang.

Mencegah kanker kulit (dan beraneka kelainan kulit lainnya yang merupakan dampak radiasi sinar ultraviolet) bisa dilakukan dengan menggunakan produk tabir surya. Tabir surya untuk badan bisa dalam bentuk body lotion atau body spray. Sedangkan tabir surya untuk wajah bisa dalam bentuk pelembab, dan bahkan dalam bentuk bedak dan lipstik.

Jadi, ketika body lotion maupun pelembab yang mengandung pemutih hanya berfungsi membuat lapisan kulit nampak lebih putih, maka kosmetik yang mengandung tabir surya punya fungsi menangkal dampak radiasi sinar ultraviolet, sehingga membuat kulit tidak jadi belang, menghindari timbulnya bintik-bintik hitam, dan yang paling penting: mencegah kanker kulit yang mematikan.

Persoalannya, para pabrik menjual produk tabir surya juga bukan tanpa kendala. Persaingan kosmetik di semua lini begitu keras, baik dari cara bikin produknya sendiri sampai cara menarik hati konsumen untuk membeli.

Kendala yang pertama, konsumen masih ogah membeli produk tabir surya karena mereka ragu produk ini bikin mereka nggak hitam lagi.

Kedua, konsumen masih membeli kosmetik hanya berdasarkan kebekenan merknya, bukan karena fungsi variannya.

Ketiga, banyak produsen yang bikin produk dengan mencantumkan kata tabir surya, sun protecting, atau sunblock pada label produknya untuk menarik perhatian konsumen, tetapi ternyata fungsi zat di dalamnya tidak efektif untuk melindungi kulit dari sinar matahari.

Keempat, konsumen sudah memakai produk tabir surya, tetapi memakainya tidak sesuai aturan.

Kelima, konsumen memakai produk tabir surya, tapi nggak pakai perlindungan lain seperti topi, pakaian tertutup, kacamata hitam, atau payung.

Jadi, konsumen mesti mengerti juga bagaimana menilai produk di pasaran untuk tahu apakah fungsinya memang untuk tabir surya atau bukan. Termasuk paham gimana cara memilih tabir surya supaya bisa berfungsi efektif untuk mencegah kulit jadi belang, menangkal bintik hitam, dan mencegah penyakit kulit.

Video berikut ini, akan memberi ilustrasi tentang bagaimana radiasi sinar matahari bisa menimbulkan kelainan kulit..

 

10 comments

  1. Ria Rochma says:

    Lha, udahan artikelnya? Padahal aku menanti penjelasan lebih panjang lagi, mbak.

    Tapi kalau dikata problem utama orang Indonesia itu belang, mmg ada benarnya. Dg beberapa teman, aku juga sering chat masalah sunblock, sun screen dan sejenisnya. Mmg kendalanya adalah belang di wajah dan telapak tangan atas terutama. Apalagi kita pada pakai jilbab.

    Tapi mmg, isi artikel ini ada benarnya. Kalau udah menemukan sunscreen yang bener2 cocok sm jenis kulit dan kondisita kulit, belang tadi bisa pelan2 berkurang. Aku sendiri udah buktikan sih.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Oke. Berarti aku salah naruh backlink untuk artikel-artikel lanjutannya. Sepertinya artikel ini kudu dirombak 😀

      Sunscreen itu nggak ada urusan cocok-cocokan, Ria. Semua sunscreen pasti cocok untuk kulit, tinggal tergantung bahan penyerta yang menyertai sunscreennya itu yang belum tentu cocok.

  2. Terkadang aku naik motor ga pakai tabir surya dengan alasa dekat..cuma beli bakso doang hehehe.,…..oh tenyata tetap aja ya sinar ultra violet itu berbahaya bagi kesehatan kulit kita.

  3. rani says:

    Aku kalo panas-panasan gak pernah lupa pake sunblock, dan printilan macam topi, kacamata gak pernah ketinggalan.Suka males abisnya, kalo udah ngitemin susah lagi balik jadi putihnya :3

Tinggalkan komentar