Pulang dari trip dua minggu mondar-mandir Bogor-Bandung minggu lalu bikin saya kecapekan banget. Tapi saya nggak sempat istirahat. Gimana mau selonjoran, lha saya sudah mulai harus balik jadi ibu rumah tangga lagi.
Yang cukup signifikan, semenjak balik dari sana, saya jadi rajin masak-memasak. Pasalnya, sepanjang di Bandung saya dapet inspirasi banyak menu dari nyokap. Makanya langsung kepingin dipraktekin semua supaya ilmunya nggak lupa.
Sebetulnya memasak di rumah (mertua) saya bukan kegiatan yang menyenangkan. Saya hampir selalu kepanasan deket-deket kompor. Memasak di Surabaya adalah cara efisien untuk membuka pori-pori segede-gede lobang gorong-gorong (dan kesempatan untuk menjejalkan masker ke atasnya).
Entah kenapa, baru rehat sedikit dari kompor, Fidel sudah keburu manggil-manggil minta dipasangin rel kereta api. Alhasil terpaksalah saya alih profesi menjadi pegawai dinas perhubungan supaya kereta si buyung bisa berjalan.
Dengan segala kesibukan ini, saya pun bertanya-tanya, “Kapan saya mau sempat merawat wajah saya?”
Jadi ketika beberapa hari yang lalu saya dengar bahwa klinik ETC bikin promo 50% untuk segala treatment, saya pun bangkit kepingin nyoba. Berangkatlah saya ke klinik kecantikan di Surabaya barat ini.
Facial
ETC ini sebetulnya Esther Training Centre, sebuah klinik kecantikan binaan klinik Esther House of Beauty. Kalau Anda termasuk beauty enthusiast yang tinggal di Jawa Timur, pasti ngeh dengan Esther yang jaringan kliniknya sudah berpuluh-puluh tahun beken di provinsi ini.
Tiba di klinik ETC ini, saya masuk ke lobbynya. Lobbynya kecil, cuman terdiri dari sebuah sofa aja. Setelah saya ngomong sama resepsionisnya, seseorang yang nampak imut bergaun pink datang menyambut saya. Dia memperkenalkan dirinya sebagai dokternya.
Setelah ngoceh-ngoceh beberapa menit pun, dokternya mutusin bahwa saya akan dapat medical facial. Saya manggut-manggut sambil nyiapin HP (saya punya kebiasaan nyuting muka saya selama facial di setiap klinik kecantikan yang saya datengin).
Sebetulnya saya jail banget kepingin bilang ke dokternya “Aku sejawatmu”, tapi saya nggak tega. Semula saya kepingin tanya “kenapa dirimu tak pakai jas putih”, tapi kemudian saya tahan mulut saya untuk berkomentar. Saya pernah merasakan masa-masa di mana jas kepunyaan saya lagi dicuci semua dan belum pada kering. Padahal saya harus jaga rumah sakit semalaman.
Seorang terapis menyambut saya dan nganterin saya ke sebuah ruang perawatan di lantai atas itu. Ruangannya terdiri atas tiga tempat tidur yang masing-masing dipisahkan oleh dinding karton tebal. Saya pun diminta ganti baju menjadi kemben transparan.
Wah, untung saya pergi dari rumah pakai top dan skinny pants. Ternyata di tempat tidur di klinik ini nggak pakai selimut. Alhasil saya akan menghabiskan sekitar 1,5 jam di ruangan ber-AC ini. Hanya dengan kemben transparan dan celana panjang. Brrr..
Pembersihan dengan Facial Cleanser
Cara membersihkan wajah yang dilakukan terapisnya dimulai dengan mengoleskan facial cleanser ke wajah saya. Saya tekan tombol shoot di kamera saya dan saya nonton caranya merawat wajah saya. Dia mulai memijat di jidat, lalu ke pelipis, pipi, dan hidung. Sehingga sekujur wajah saya pun dibersihkan sambil dipijat.
Pijetannya sampai ke leher dan bahu juga. Saya menunggu-nunggu gelagat dia mau bersihkan make up mata saya, tapi dia nggak kunjung melakukannya. Padahal dia memijat sampai tiga ronde.
Setelah tiga ronde itu, terapisnya membungkus wajah saya dengan handuk lembab. Lalu mengusap sisa susu di wajah saya dengan handuk itu. Termasuk kelopak mata saya diusapnya dan..tarraaa! Eyeliner saya yang tahan air itu pun hilang. Weww.
Memijat Wajah
Selanjutnya terapisnya ngolesin lotion massage di wajah saya. Cara memijat wajah ini begini: Lotionnya diratain di seluruh wajah sembari dipijet, sampai ke leher dan bahu.
Dan begitu tiba di belakang leher, tangannya pun bablas sampai ke punggung saya. Horee..punggung saya pun kena pijet. Ada lama banget deh punggung saya dipijetin di sini.
Kayaknya cocok nih facial untuk spa ibu hamil. Nggak cuma cara membersihkan wajah a la mereka yang bikin bersih, tapi merek bisa bikin punggung rileks juga. Dan mijetin punggungnya tetap sambil tiduran, tapi nggak butuh tengkurep. (Tau sendiri kan kalo ibu hamil tuh nggak bisa tengkurep).
Saya inget, yang saya suka dari sesi massage di facial ini adalah waktu saya dipijet di jidat dengan gerakan Ying-Yang. (Tonton video ini ya kalau mau tahu gerakan Ying-Yang itu kayak apa.)
Menghilangkan Komedo
Berikutnya, waktunya menghilangkan komedo. Saya udah penasaran, kira-kira gimana ya caranya terapisnya mau menghilangkan komedo saya?
Kemudian terapisnya ngolesin muka saya dengan salep anestesi. Isi salepnya ini lidokain 2,5% dan prilokain 2,5%. Fungsinya sebagai bius lokal, supaya nggak kesakitan ketika diangkat komedonya. Salepnya diolesin, lalu didiemin dulu sekitar 10 menitan. Baru mulai deh bersihkan komedo.
Terapisnya ternyata bersihkan komedo pakai sendok. Prinsip cara mengangkat komedo ini ya kayak sekop untuk pasir gitu deh. Telaten banget nyiduk komedonya. Sampai ke area-area yang feeling saya nggak ada komedonya pun dia garap juga.
Dan dia juga menghilangkan komedo di hidung saya. Hidung dengan lipatan hidung sih jelas banget banyak komedonya. Itu kan daerah yang paling susah dibersihin sak donyo, hihihihi..
Selesai mengeruk komedo, dia perlihatkan hasil penggaliannya ke saya. Semua komedo dia taruh di atas kain kasa. Rerata ya komedo putih gitu ya.
Saya bingung, kenapa saban kali facial mesti yang didapat itu jarang komedo item? Mosok muka saya nggak ada komedo itemnya?
Masker untuk Mencerahkan Wajah
Setelah urusan raup besar-besaran ini tamat, prosedur terakhirnya ialah wajah saya dimasker. Saya dapet masker suplemen yang ada nutrisinya. Belakangan saya baru tahu bahwa ini masker untuk mencerahkan wajah. (Sebetulnya saya pingin masker suplemen yang bisa bikin muka saya kayak Jennifer Lopez. Tapi sepertinya mereka tidak punya).
Maskernya diolesin ke muka saya dengan spatula, terus didiemin. Selama didiemin itu, saya ditinggal sendirian di dalam kamar. Maskernya dingin dan cepat membeku.
Terus 10 menit kemudian, mumpung nggak ada terapisnya, saya iseng towel-towel maskernya. Weww..nggak protol.
Setelah 20 menit maskeran, saya makin masif kedinginan. Ya Allah, beneran deh lain kali kalau ke sini saya mau bawa selimut aja. Ini mana Mbak terapisnya kok nggak dateng-dateng padahal maskernya udah beku? Apakah dia sedang menunggu supaya wajah saya jadi seperti Jennifer Lopez?
Setelah 30 menit, akhirnya si mbak terapisnya dateng dan nyopot maskernya. Dan begitulah facial saya hari ini selesai.
Terapisnya meninggalkan saya di kamar untuk ganti baju. Saya berpakaian lengkap dan cari cermin untuk bedakan. Tapi ketika saya melihat sekeliling, saya baru nyadar. Eiaaaa..kamar ini nggak ada cerminnya.. :))
*peluang besar buat para pedagang cermin yang membaca artikel ini, wkwkwkwk
Nampak foto di atas setelah saya menyelesaikan facial. Wajah sedikit kemerahan karena reaksi lidokain yang merupakan vasodilatator. Setelah malam saya pulang, efek lidokain sudah hilang dan kemerahan ini pun hilang.
Promo di ETC by Esther House of Beauty
Kalau Anda kepingin nyoba merawat wajah dengan facial kayak saya ini, bisa dateng ke ETC by Esther House of Beauty. Alamatnya di Jalan Vila Sentra Raya A1 nomor 9, Citraland, Surabaya 60217 (nomor telepon 031-744-2683).
ETC by Esther ini nggak cuma melayani perawatan wajah lho. Mereka juga jual perlengkapan skin care. Kebanyakan skin care yang mereka jual adalah produksi perusahaan kosmetik partner mereka sendiri yang diproduksi di Sidoarjo. Merknya Esa Cosmetics.
Kebetulan mereka lagi promo, tanggal 4 November ini mereka launching Fotona Dynamic Star Laser. Ini perawatan kulit menggunakan sinar laser, yang ditujukan buat konsumen yang kepingin kulit wajahnya lebih kencang.
Laser ini bisa menghilangkan bekas jerawat (caranya bisa dilihat di artikel ini), menghilangkan jerawatnya juga, flek, dan kutil. Plus bikin kulit wajah lebih cerah. Harganya berkisar antara Rp 2,5 juta sampai Rp 4 juta per paket treatment. Harga ini tergantung kerumitan lokasi kulit yang mau dilaser.
Overall, klinik Esther ini menyenangkan karena terapis-terapisnya nggak berisik tukang ngerumpi. Pembersihannya bisa langsung meraup make-up mata saya yang tahan air dalam sekali usap, jadi nggak perlu nggesek-gesek yang merusak jaringan kelopak mata. Bersihin komedonya juga nggak pakai drama, karena mereka pakai anestesi lokal.
Tapi mungkin anestesi ini akan jadi masalah buat konsumen yang alergi lidokain dan kawan-kawannya. Konsumen juga baiknya bawa selimut sendiri supaya nggak kedinginan seperti yang saya alamin (dan cermin juga :D)
Kalau mau tahu harga perawatan facial yang saya kerjain ini, silakan lihat lagi di video saya di atas yaa..
Apakah Anda suka facial? Facial yang kayak gimana yang Anda sukai?
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Vicky, aku belum pernah facial loh! Padahal komedo banyak, tapi selalu takut tiap kali mau coba facial. Takut salah pilih tempat / ga cocok.
Pingin coba dehh jadinya. Itu kok lucu ya pake sendok. Kebayang dikerik-kerik komedo keluar pasti puas banget!
Aku juga baru pertama kali ini dikerik-kerik pakai sendok. Kamu sebaiknya coba ini, kurasa mereka punya cabangnya di Denpasar 🙂
Ku jadi ingin menyekop komedo kak gara2 baca postinganmu haha langsung seger ya hasilnya
Hahahaha..dirimu sudah cakep gitu, masih rajin facial pulak.. Pergi sono gih ke klinik di Jogja situ..
Bayanganku dibius itu disuntik dulu sampai mati rasa, ternyata biusnya pakai cream ya. Pas aku facial kesana, ekstrasi komedonya terasa sakit mbak. Cuman karena aku tahan sakit ya biasa aja. Pas baca ini aku baru ngeh maksud bius yang kayak gimana.. mbak Vicky kerasa sakit gak?
Berarti ngolesin lidokainnya kelamaan atau kecepetan :))
Aku nggak merasa sakit selama diekstraksi komedo. Ya memang terasa digaruk-garuk sih, tapi nggak terasa sakit. Mungkin kalo ada kesempatan lagi, aku mau diekstraksi komedo dengan dianestesi kayak begini. Cuman jangan sering-sering ah..gimana-gimana juga itu obat yang kalo kebanyakan bisa mempengaruhi ginjal.
Tulisan ini bisa jadi referensi kalau suatu saat ETC buka cabang di kota saya. Diskon 50% lumayan, yah.
Berarti wajib nyiapin budget 4 jutaan ya untuk laser wajah ngilangin flek hitam sama bekas jerawat?
Udah putus asa bgt sama yg namanya bintik2 hitam di wajah.
Ya, kira-kira sebanyak itu. Tapi tentu ada syarat dan kondisinya lah.
Flek hitam sebetulnya tidak akan hilang dalam sekali laser, tapi mesti berulang-ulang. Jarak waktunya antar laser mungkin sekitar 1-4 minggu, tergantung pada mesin laser yang digunakan oleh kliniknya.
Lalu setiap kali selesai laser itu, wajah harus pakai tabir surya setiap hari. Karena fungsi tabir surya ini untuk mencegah pembakaran lapisan kulit penyebab bintik-bintik hitam di wajah.
Dan, biaya Rp 4 juta ini tidak flat untuk muka. Biayanya tergantung luas area yang mau dilaser. Kalau cuma sekecil area pipi saja yang dilaser, mungkin biayanya kurang dari itu. Tapi kalau areanya lebih besar, misalnya di punggung, dan yang mau dilaser itu bekas tattoo yang ingin dihilangkan, nah, baru itu butuh Rp 4 juta.
Mau nyekop komedo juga ah…
Cari sendok ke dapur
Jangan lupa dicuci dulu.. pake Sunlight..
Pembersihan komedo, dan melihat hasilnya, ntah kenapa buatku bisa sangat memuaskan :D. Udh lama nih ga ngebersihin komedo.. .. Tp slama ini blm prnh coba yg di tempat2 kecantikan gini mba. Biasanya pake masker komedo khusus di rumah hihihi.. Ga terlalu efektif memang
Fanny, dirimu harus coba. Wajah bersih dari komedo itu sangat menyenangkan, efeknya terasa kalau kita lagi foto selfie 🙂
Terakhir facial kapan ya? Kalau peeling dua bulan yang lalu sih.
Kayaknya butuh facial lagi nih 😀
Yaa kalo sering make up-an juga kayaknya mesti segera facial lagi nih..
Wah wah, jadi keingetan diri sendiri nih. Kapan ya terakhir kali facial di klinik? Wadaw, udah lama banget. Kalo dikeruk, komedonya bakal satu truk keknya. Hihihi… jadi kepengen facial juga.
Wajar lama..Teh Nia ngasuh balita juga kan yah.. Sigana nggak bisa cuman sewa truk satu kalo buat ngeruk komedo. Meureun butuh dua, hahahaha..
*manggut-manggut*
Aku juga suka terapis yang nggak banyak omong, tapi tangannya jalan terus. Sayangnya aku jarang ke salon mba, potong rambut pun sering di rumah aja.
Tapi kalau ada diskon gede dan keuangan lagi oke, kenapa nggak, gitu kan? Nyalon pastinya jadi me time yang berkualitas banget.
Menyoroti satu kalimat tentang “terapis yang nggak berisik”. Wah penting banget itu. Kalo sudah berisik, ngerumpi, apalagi ngatain klien, udah deh blacklist.
Bener banget, Mel. Berapa kali aku milih nggak mau dateng ke suatu salon atau spa hanya gegara terapisnya ngerumpi.
Leha ini kayaknya seneng nyapu sesudah selesai potong rambut di rumah :))
Saya sih nyalon nggak nunggu diskon. Sebab saya nyalon untuk alasan menjaga kesehatan, bukan untuk me time 😀