Seperti Dawet, Promosi Susu di Royal Plaza Surabaya

Persaingan susu formula semakin ketat. Merk susu formula semakin beragam, seiring dengan makin masifnya kepanikan para emak ketika anaknya nggak mencapai level tumbuh dan level kepintaran yang mereka cita-citakan. Pabrik susu pun nggak kurang akal, promosi susu nggak berhenti di level SPG-SPG di supermarket, dan mereka pun menjual susu dalam bentuk lain: sebuah taman permainan anak.

Dancow Explore the World

Saya berada di Royal Plaza Surabaya hari ini, meliput acara taman permainan anak bikinan PT Nestle Indonesia. Digelar dua hari sepanjang Sabtu-Minggu, Nestle berusaha mengajari para (orang tua) anak supaya berani eksplorasi dengan macam-macam game. Atrium mall itu mereka pakai dengan menggelar beragam booth wahana tempat rekreasi anak, dan ratusan anak pun tumplek di situ bersama orangtuanya.

Promosi susu PT Nestle Indonesia
Atrium Royal Plaza Indonesia yang menjadi venue promosi susu oleh PT Nestle Indonesia.
Foto oleh Vicky

Ada macam-macam kegiatan yang bisa dinikmati bocah-bocah itu di sana. Ada booth untuk anak-anak belajar menanam tanaman. Satu meja panjang berisi tanah dikitari selusin anak dan anak-anak itu ditugasi memindahkan tanaman dari tanah di meja ke dalam pot. Suatu pekerjaan sulit kalau anaknya tidak biasa main kotor-kotoran, apalagi kalau mamanya mengawasi dari pinggir meja dengan waswas lantaran kuatir tangan anaknya jadi cacingan. Tapi anak-anak itu nampak senang, dan sebagai penghargaan, mereka boleh membawa pulang pot berisi tanaman yang sudah mereka tanam.

Booth lainnya berisi patung sapi yang sudah diberi tattoo bertuliskan Dancow. Panitia Nestle telah mengisi patung ini dengan air, dan menempeli bagian perut si sapi kuning mencrang itu dengan balon yang mirip puting susu sapi. Anak-anak bisa pura-pura memerah susu di situ, sementara orangtuanya mengajari anak tentang proses asal-muasal susu sapi. Anak saya, Fidel, yang baru berumur 14 bulan, senang sekali mencet-mencet balon di situ karena seperti bocah-bocah lain seumurannya, dia sedang menyukai apapun yang kalau dipijat langsung mengeluarkan air.

That’s my son, milking a weird tattooed yellow cow … 😐

A photo posted by Eddy Fahmi (@instafahmi) on

 

Nestle juga memasang acara fantasi-fantasian di taman permainan anak ini. Beberapa sudut lokasi dipasang properti tempat rekreasi sedemikian rupa untuk jadi background foto keluarga, misalnya dipasangi baliho berbentuk kincir angin (pura-pura sedang berpose di Belanda), dipasangi poster bergambar Gunung Fuji, malah ada miniatur banana boat segala. Keluarga boleh foto-fotoan di situ, pakai kimono pinjaman, dan fotonya dibawa pulang jadi souvenir. Keluarga yang mau berfoto di miniatur banana boat, akan bawa pulang fotonya dengan pose seolah mereka sedang bermain di laut bersama lumba-lumba.

Nggak cuma anak-anak yang kegirangan di tempat rekreasi anak ini, bahkan ibu-ibu pun ikutan senang. Nestle memasang booth untuk konsultasi psikologi buat para orang tua yang punya masalah parenting. Pada hari kedua pun penonton disuguhi acara demo memasak oleh Steby Rafael. Ahli gizi Sunda Sari Bulan sempat khotbah di hari pertama, membagi ilmu tentang cara mengatur porsi makan untuk anak yang benar. Berapa banyak porsi nasi yang boleh diberikan kepada anak? Menurutnya, bahan pangan karbohidrat cukup diberikan paling banyak sebesar kepalan tangan si anak saja. Lauknya, cukup selebar area kotak besar di telapak tangan si anak. Dan itu memberi solusi buat para orang tua yang masih sering mengeluh anaknya cuma mau makan sedikit.

Harga Paling Murah Rp 160k

Taman permainan anak yang dijuduli Dancow Explore the World ini membuat para orang tua mesti merogoh koceknya cukup dalam untuk membawa rekreasi anak mereka kemari. Tiket yang paling murah dihargai Rp 160k, dan harga segitu ditukar dengan selembar tiket untuk seorang anak dan dua dewasa, plus susu bubuk Dancow seberat 1,6 kg dan tas popok. Jika pembelinya membayar Rp 250k, mereka akan dapat tiket, plus 2,4 kg susu dan sebuah shoulder bag untuk berbelanja groceries. Tiket paling mahal dibanderol dengan harga Rp 680k, di mana pembelinya akan memperoleh tiket yang disertai 6,4 kg susu dan sebuah panci teflon.

Biarpun harganya terlalu tinggi dibandingkan kualitas tempat rekreasi anak umumnya, tetapi ternyata tidak menyurutkan niat pengunjung untuk masuk ke arena. Menjelang lima jam terakhir acara, antrean untuk membeli tiket di lantai bawah Royal Plaza Surabaya itu tetap saja penuh bagaikan dawet (mungkin karena penasaran ingin nonton Raisa yang didaulat jadi bintang tamu). Banyak pengunjung menyesal tidak beli tiket sebelum acara, padahal blogger-blogger di Surabaya sudah mengumumkan tempat penjualan tiket di berbagai hipermarket dan minimarket di kota.

Menyenangkan Anak

Saya, yang ogah meninggalkan Fidel di rumah, pun meliput acara di Royal Plaza Surabaya ini sambil menggandeng Fidel. Fidel nampak ragu waktu memasuki arena yang sudah didandani panitia menjadi hutan, tapi saya tetap membimbing Fidel naik properti jembatan-jembatanan goyang itu. Di sana anak disuruh naik ke jembatan goyang sambil bawa sebuah keranjang, sembari memungut sebuah lukisan dari styrofoam (eh?). Lalu anak memanjat tangga yang dibikin dari tali tambang. Sampai di puncak tangga, ia mengambil mainan pisang, lalu meluncur dan mendarat di kolam bola. Di kolam itu, selain penuh bola, panitia sudah menyelipkan mainan buah-buahan untuk dikumpulkan si anak. Tugas si anak ialah memenuhi keranjang bawaannya dengan makanan yang dia temukan, lalu memasukkannya ke mulut “patung” binatang yang sudah menganga lebar. Ada patung burung, patung monyet, dan patung macan, dan orang tua diharapkan mengajari anak bahwa burung makan buah-buahan, monyet makan pisang, dan macan makan daging.ย Daging? Yupz, ternyata ukisan styrofoam yang disuruh dipungut di jembatan goyang tadi ternyata adalah dagingย meskipun sekilas saya menyangka itu adalah lukisan lidah melelet a la logo Rolling Stones.

Permainan anak Fidel Fahmi eksplorasi
Pertama kali Fidel berani main kolam bola sendirian.
Dia belajar membedakan, mana bola dan mana mainan nanas.
Foto oleh Vicky

Tentu saja Fidel masih terlalu junior untuk memahami konsep ter-Indiana Jones itu. Jadi saya cuma kejar target bisa mengajarinya main di kolam bola. Hah, cemen? Nope, karena sudah berbulan-bulan ini saya berupaya ngajarin dia main kolam bola, tapi dia panik melulu kalau saya masukkan ke sana. Dia bingung mau menapakkan kakinya di mana, mungkin. Apalagi karena dia masih baru-barunya belajar jalan sendiri. Jadi mumpung ada kolam bola gratis, saya pakai saja untuk mengajari Fidel lagi. Saya sampai bela-belain nyebur sekalian ke kolamnya, supaya dia merasa aman, hihihi. (Dan itu bikin saya jadi sasaran kamera wartawan yang meliput. Ada emak-emak nyebur ke kolam bola, nah, itu saya.)

Permainan anak Lego Fidel Fahmi
Fidel main lego.
Sebetulnya banyak tempat umum yang sediakan lego untuk dimainkan anak, tapi di sini saya mengajarinya untuk main bersama anak-anak lain, mengajarinya bersosialisasi.
Dia berinteraksi dengan anak-anak tetangganya di meja itu, belajar melihat karya anak lain, belajar menunjukkan mainannya sendiri kepada anak lain.
Foto oleh Eddy Fahmi

Banyak permainan anak di sini, tapi saya merasa Fidel masih kekecilan untuk bisa menikmati semuanya. Jadi saya cuman pasang motivasi, yang penting Fidel tahu rasanya bergaul sama anak-anak lain (karena dia memang jarang ketemu anak seumurannya). Seperti misalnya ketika saya bawa dia ke booth creativity. Di sana dia main lego di sebuah meja besar yang juga dipenuhin anak-anak dan umumnya anak-anak itu lebih besar dan lebih tua daripada Fidel. Kadang-kadang dia tertarik melihat lego yang sudah disusun anak lain dan dia spontan mengambilnya, dan di situlah saya mencegatnya dan menyuruhnya kembalikan pada empunyanya, sambil mengajarinya tentang konsep permisi dan konsep kepemilikan. Kadang-kadang lego bikinan Fidel sendiri direbut anak lain, dan karena saya masih bingung tentang bagaimana mengajarinya soal konsep membela kepemilikan sendiri, saya pun mengalihkan perhatiannya dengan ngajak bikin susunan lego yang baru. Saya merasa beberapa anak cemburu karena Fidel ditemani ibunya, sedangkan mereka enggak. Lha gimana, Fidel masih bayi, kalau nggak saya helikopterin, dia akan naik ke atas meja dan mengacak-acak lego semua orang.. ๐Ÿ˜€

Permainan anak memancing ikan Dancow
Gampang kan mengenali yang mana Fidel?
Cari saja bocah yang membelakangi ibunya dan ngeyel nggak mau diajari cara memegang tongkat pancing. Foto oleh Eddy Fahmi

Karena Fidel lagi senang main air, saya pun bawa dia ke kolam pancing. Panitia Nestle sudah bikin kolam berisi mainan ikan, dan tiap anak diberi jatah sebatang tongkat pancing untuk “menangkap” ikan itu. Tiap mainan ikan rupanya dipasangi magnet, sedangkan tiap tongkat dipasangi benang yang ujungnya juga diberi magnet. Fidel pun masuk ke wahana, dan saya suruh dia memegang tongkatnya. Dasar bayi, Fidel malah membalik tongkatnya, nggak mau nurut biarpun saya sudah ngajarin dia cara memegang tongkatnya yang benar. Dia berusaha menangkap ikan dengan tongkat pancing yang terbalik itu, karena dia melihat anak-anak lain melakukannya juga. Persoalannya anak-anak lain itu lebih tinggi badannya, sehingga mereka bisa melihat jelas mana ikan yang jadi target mereka. Fidel masih cukup pendek, sehingga dia harus membungkuk lebih condong ke depan supaya dia bisa melihat ikannya, dan kadang-kadang itu bikin dia frustasi. Saya harus berdiri di belakangnya, untuk memastikan dia nggak sampai terjatuh ke kolam karena membungkuk terlalu depan.. ๐Ÿ˜€

Tentu saja dia nggak dapat ikan itu. Saya pun menggendong dia keluar supaya anak-anak lain bisa dapat giliran main. Fidel meronta-ronta karena dia masih ingin memancing ikan dan dia belum dapat seekor pun! Tapi saya ngeyel memindahkannya ke wahana lain, yaitu main pasir. Ini pengalaman eksplorasi baru lagi buat Fidel, karena saya sang emak higienis ini sebelumnya nggak pernah ijinkan dia main kotor-kotoran. Puaslah dia memukul-mukul pasir itu dengan tangannya yang mungil, memindah-mindahkan pasir dari sekop ke penadahnya, ketawa ketika sejumput pasir meluncur jatuh dari tangannya ketika dia membuka tangannya. Saya berhenti mengajaknya main setelah jam menunjukkan menjelang jam lima sore dan saya belum sholat Ashar. Kami keluar dari arena mall Royal Plaza Surabayaย itu dengan Fidel masih nampak basah dan berlumuran pasir, tapi dia kelihatan sangat sebal karena dia masih kepingin main.

Kata Pengunjung

Saya sebetulnya mengharapkan kualitas taman bermain anak yang lebih bagus dari ini, karena harga tiketnya yang cukup tinggi. Tetapi kebanyakan pengunjung sepertinya nampak puas meskipun mereka harus mengantre panjang supaya bisa masuk. Seorang ibu sebelah saya mengaku beli tiket on site, meskipun dia jauh-jauh hari sudah mendengar akan ada acara ini dari para buzzer di Twitter. Dia tidak ambil pusing soal harga, meskipun saya melihat dari penampilannya bahwa dia juga nggak kelihatan tajir-tajir amat. Ternyata ngakunya, “Soalnya permainannya banyak dan macam-macam, Mbak. Kalau saya biasa bawa anak saya main ke tempat rekreasi anak yang itu-itu aja, jadinyaย anak saya bosan.”

Ibu lainnya yang saya colek malah tidak peduli tentang harga tiket. Anak-anaknya masih balita seumuran Fidel, tapi tidak diberi susu formula. “Saya beli susunya soalnya bisa dipakai buat campuran kopi bapaknya, atau saya pakai buat bikin puding, atau saya masukkan buat bikin makanan, Mbak. Kalau kebetulan beli susu terus dapat tiket acara gini ya alhamdulillah.”

Tapi tetap saja ada keluhan signifikan dari pengunjungnya. “Saya kirain sapi buat merahnya itu sapi betulan. Ternyata cuma sapi patung.. Telanjur saya mikir gimana caranya masukkan sapi ke mall Royal..”

Video suasana acara Dancow Explore the the World bisa dilihat di bawah ini:

22 comments

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Nah, betul. Fidel juga ngeri masuk kolam bola karena nggak tahu seberapa dalam dasarnya kolam itu. Memang ini momen yang tepat untuk ngajarin dia tentang konsep kedalaman ๐Ÿ™‚

  1. Aku memang ketinggalan zaman, ga tau ada acara beginian. Dapet info darimana juga gak tau wkwk
    Kudu daftar twitter kali ya
    Acaranya asik, permainannya juga kreatif, tapi kalo umpel-umpelan gitu rasanya kok 160.000 mahal banget

  2. Mugniar says:

    Baca ttg Fidel, saya malah membayangkan diri saya kalau masuk ke kolam bola. Kayaknya bakal bingung dan gamang hehehe. Kalo sudah lebih besar, biasanya anak2 langsung nyebur begitu liat kolam bola. Mudah2an besok kalo main di kolam bola lagi, Fidel sudah bisa nyebur ๐Ÿ™‚

  3. Ternyata yang datang itu nggak semua konsumen Dancow anak-anak, seperti ibu yang susunya buat tambahan kopi bapaknya heuheuheu baru tahu loh mba…

    Yang pasti dengan acara kayak gini, anak-anak pasti senang ๐Ÿ˜€

  4. iezul says:

    seru juga ya ada permainan buat anak seperti itu, jarang banget ada acara kaya gini di Banjarmasin, hehe
    Salam kenal, blognya keren mbak…

Tinggalkan komentar