Pikirkan lagi jika Anda kepingin buka toko baju muslim. Salah mlih produk untuk ditaruh di etalase bisa bikin Anda kehilangan momen yang pas untuk menikmati trend hijab ini.
Entah siapa yang mulai duluan, tetapi hijab menjadi gaya hidup yang naik daun dalam beberapa tahun terakhir. Selebritis pada ramai-ramai berhijab, kavling-kavling besar di mall-mall diserobot untuk jadi toko gamis premium, dan bahkan saya yang nggak berhijab pun dirayu untuk ngeblog tentang bisnis abaya. Saya iseng googling keyword hijab di Google Trends dan saya pun tercengang, kata hijab menjadi kata yang banyak banget dicari sepanjang tahun lalu, melebihi kata baju muslim, yang artinya orang sudah sungguh-sungguh penasaran dengan hijab itu sendiri yang jelas-jelas menutupi seluruh badan, bukan cuma sekedar sebagai identitas “I am muslim”.
Dan coba tebak dari mana kata “hijab” paling banyak dicari di Indonesia? Dari Nusa Tenggara Timur. What? Kawasan kepulauan panas terik yang isinya kebanyakan Katolik dan padahal muslimnya cuman 9% itu? Lalu saya iseng lagi cari “toko baju muslim di Nusa Tenggara Timur”. Nihil. Saya ketik “hijab Kupang”. Saya malah kesasar ke halaman-halaman pedagang-pedagang asal Jawa yang nawarin peluang reselling gamis ke Nusa Tenggara Timur. Seharian penuh saya ngabisin kuota internet untuk riset mencari toko apapun yang jualan gamis di Kupang.Saya malah kesasar ke Matahari Department Store di Lippo Mall, lalu ke sebuah toko baju muslim kecil-kecilan yang juga jualan sari kurma di sebuah jalan arteri di Kupang, dan pasar tradisional. Saya tidak menemukan nama-nama besar seperti Shafira, Zoya, Dian Pelangi,dan kroni-kroninya yang biasa mempromosikan gamis terbaru mereka itu, membuka cabang di Kupang. Lalu saya jadi penasaran, apakah kebutuhan berhijab para peminat di Nusa Tenggara Timur, atau di Indonesia pada umumnya, sudah terpenuhi?
“Ya, sudah sih,” Anda pasti jawab. “Tapi..yaa, gitu deh.”
Lho, kok ada yaa-gitu-deh-nya?
Islam adalah agama mayoritas di Indonesia. Seiring dengan pesatnya arus informasi, minat untuk berpakaian menutup seluruh badan dan hanya menyisakan telapak tangan dan wajah, pun semakin tinggi, apapun motivasinya. Tetapi, tidak semua peminat hijab bisa mewujudkan keinginannya berhijab, oleh karena macam-macam alasan.
Contoh alasan simpelnya, alasan geografis. Kolega saya, Amelia, 33 tahun, mengeluh tentang susahnya menemukan model gamis terbaru sesuai seleranya di Samarinda tempatnya tinggal. Toko-toko yang menjual baju muslim sih banyak, tapi pilihannya sedikit. Sebagian besar baju muslim yang dijual di sana diimpor dari supplier di Jawa. Industri tekstil di Samarinda mungkin nggak berjalan dengan baik, makanya sulit menemukan baju muslim bikinan Kalimantan di sana.
Untungnya, Amelia punya kebiasaan mudik ke rumah orangtuanya di Jakarta tiga kali setahun. Kalau ia lagi menyeberang ke Jakarta, ia sekalian beli gamis baru. Untuk urusan belanja baju muslim yang dimaksudkannya untuk event khusus seperti gala dinner, ia lebih puas belanja di Jakarta daripada di Samarinda. “Lebih banyak pilihan,” katanya. “Dan murah meriah tapi kualitasnya bagus.”
(Menurutnya, beli hijab di Samarinda sana juga mahal. Perkara kenapa hijab syar’i itu mahal akan saya ulas di sini.)
Saya jadi penasaran, memangnya ada apa dengan toko-toko di wilayah luar Jawa sampai-sampai hanya bisa menyediakan “sedikit” pilihan. Saya pun tanya-tanya ke beberapa kawan yang mendesain baju muslim, dan akhirnya mendapatkan jawaban sederhana: Trend di luar Jawa berjalan lebih lamban daripada trend di Jawa. Kau bisa menemukan pakaian yang nampak keren di luar Jawa, tapi pada saat yang bersamaan, pakaian yang sama mungkin sudah nampak biasa-biasa saja di Jawa. Dan itu nggak cuman berlaku pada baju muslim, tapi juga pada semua sekte fashion yang lain.
Lho, kalau kayak gitu caranya, berarti orang-orang di luar Jawa bisa ketinggalan trend fashion dong dengan orang-orang di Jawa?
Iya, kalau mereka masih menggantungkan pilihan mode mereka terhadap toko-toko baju offline. Karena toko-toko offline di luar Jawa itu akan selalu menunggu datangnya pasokan produk dari Jawa. Sedih?
Tentu saja kita tidak ada waktu untuk kecewa. Karena kawan-kawan yang tinggal di luar Jawa masih bisa mengikuti trend mode yang sedang ngehits di Jawa. Mediumnya apa lagi kalau nggak melalui internet? Sekarang ini banyak desainer baju muslim yang merilis karya-karya terbarunya di online shop resminya, sehingga trend model gamis yang terbaru pun bisa diakses secara serempak di seluruh Indonesia, nggak harus cuman menunggu limpahan produk dari Jawa doang. Memangnya pusat mode cuman di Jawa?
Mau cari pakaian hijab bikinan desainer yang menjual produk-produk rancangan terbarunya secara online? Pantang terus di sini ya..
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Jadi, kalau mau gak ketinggalan jaman di urusan mode… beli online aja.
Tepat sekali, Mbak! Itu intinya posting-ku ini.
Pantesan saya sering kelihatan ndeso kalo ke Jakarta
Emangnya Pak Dhani kalau lagi ke Jakarta pakai hijab kayak gimana? #eh
Haha salah fokus saya… Saya bilang tren berpakaiannya
Bukannya dalam segala hal urut-urutannya memang seperti ini ya Bu Dokter?
desa > kecamatan > kabupaten > provinsi > Jawa > Jakarta
Bisa jadi krn di ruang lingkup yg lebih kecil, masyarakatnya banyak yg berpikir “okay, it’s enough”
Sedangkan untuk di ibukota negara, masyarakatnya lebih banyak yg berpikir “it has to be more than enough”
Mungkin memang demikian begitu jika kita tinggal di masa lampau, tapi untuk masa kini dan mungkin besok, sepertinya tidak.
You don’t need to be a Java citizen, especially be a Jakartans, for being a trendsetter.
Menurut saya, meskipun kita tinggal di luar Jawa sekalipun, kita bisa mengadaptasi trend yang sama dengan trend yang terjadi di Jawa (terutama Jakarta) pada saat yang sama. Caranya adalah selalu update trend via internet. Jadi tidak perlu menunggu suatu trend berlalu di Jawa (Jakarta), baru trend tersebut pindah ke luar Jawa.
Kalau di Jawa lagi musim hijab warna bling-bling, sebaiknya pada saat yang sama hijab warna bling-bling juga ngetrend dong di luar Jawa. Sebaliknya, kalau di Jawa itu hijab bling-bling udah nggak musim lagi, luar Jawa nggak perlu masih jualan hijab bling-bling dan sebaiknya segera pindah ke trend yang lebih baru.