Suka bikin seminar atau konferensi? Apa coba yang menyebalkan jika kita jadi panitia yang membuat seminar?
- Jumlah peserta yang ikut kurang rame.
- Sound system yang bahlul.
- Diskusinya nggak greget.
- Dan lain sebagainya.
Kalau saya, sebagai mantan event organizer amatiran, paling ngeri kalau sudah bikin seminar, lalu pas pulang di lapangan parkir saya nggak sengaja denger pembicaraan dari tamu yang bilang, “Pembicaranya tadi kurang menarik ya?”
Lalu tamu yang satunya nimpal, “Pembicara yang mana ya? Aku tidur sepanjang acara tadi.”

Gambar diambil dari sini
“Oknum” penonton yang tidur sepanjang acara pasti selalu ada di seminar, karena mungkin masalah umur dari orang yang bersangkutan, atau masalah asupan gizi waktu orang itu masih kecil dulu. Tapi kalau saya jadi penyelenggara seminar terus saya melihat banyak yang menguap sepanjang acara, saya selalu merasa bahwa ada yang kurang dalam penyelenggaraan seminarnya. Francesca Gould, dosen fisiologi di Bath Spa University (bukan, ini bukan kampus yang mata pelajarannya mandi dan spa!), menulis di bukunya Why is Yawning Contagious, bahwa adalah tanda alarm dari tubuh bahwa tubuh kepingin tidur dan tubuh ingin melawan keinginannya itu supaya bisa tetap bangun. Maka sekarang yang saya penasaran adalah, kenapa orang malah kepingin tidur padahal sedang menghadiri seminar?
Pembicara kurang menarik.
Ada pembicara yang senangnya ngelantur sendiri dan tidak peduli penontonnya mengerti atau tidak. Ada pembicara yang senangnya bikin presentasi lebih dari 20 slide dan isi slide-nya masing-masing mengandung lebih dari sembilan baris. Tapi ada juga pembicara yang sebetulnya sudah merupakan public speaker yang baik, cuman karena penontonnya yang datang itu merupakan jenis penonton yang bukan target dari isi seminar, sehingga penontonnya jadi tidak mengerti, “Ini pembicaranya ngomongin apa sih?”
Tempatnya terlalu dingin.
AC di convention center kadang terlalu dingin dan merangsang penghuni hall-nya untuk mengantuk. Kalau Anda adalah orang yang gampang mengantuk, coba hindari tempat duduk yang langsung kena angin dari AC. Kecuali kalau tujuan Anda untuk pergi ke seminar adalah memang karena kepingin makan gratis pindah tidur.
Sound systemnya terlalu sayup-sayup.
Kalau penonton tidak bisa mendengar omongan pembicara dengan jelas, penonton akan kebingungan. Beberapa penonton yang ogah rugi, akan memilih pindah tempat duduk, kalau perlu yang dekat dengan pembicaranya sekalian. Tapi beberapa penonton yang tidak merasa rugi, memilih mengambil HP dari saku masing-masing dan sibuk dengan dunianya sendiri. Dan kalau wifi di hall itu tahu-tahu mati, HP-nya low batt, para penonton ini akan menggeliat di kursi masing-masing, lalu..tidur.
Salah coffee break-nya.

Biasa terjadi sesudah coffee break, maka penonton malah merasa kekenyangan lantaran sudah mengambil kue banyak-banyak. Padahal coffee break mestinya diadakan untuk sarana bersosialisasi antar para tamu, yang tentu tujuannya untuk meningkatkan networking dan menjadi sarana masing-masing tamu untuk menambah rejeki masing-masing. Coffee break perlu ditempatkan setelah 1-2 jam acara pembicara, karena setelah dua jam duduk di kursi, biasanya penonton mulai kebosanan dan ingin menyegarkan diri. Coffee break kurang dari 10 menit terasa terlalu singkat untuk penonton yang betul-betul ingin mengantre makanan dan sekaligus berminat networking, tapi coffee break lebih dari 20 menit bisa membuat mood penonton teralihkan untuk mendengarkan pembicara berikutnya. Menurut saya, kunci dari coffee break adalah: penonton tidak boleh sampai kelaparan, tetapi juga tidak boleh sampai terlalu kenyang sampai ketiduran di acara selanjutnya. Jadi, panitia perlu mengakali menu coffee break supaya mood acara seminar tetap terjaga.
Bagaimana cara mengakali menu coffee break supaya semua orang tetap senang? Yuk lihat di sini..

Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
kalau saya sebagai peserta, yang paling ngaruh itu pembawaan pembicaranya. Kalau seru hal-hal kayak dingin dan ngantuk tadi pasti ilang. 😀
Iya, betul, Aprie 🙂
Ternyata lumayan banyak juga ya alasan mengapa pengunjung seminar ngantuk, bukan karena pembicaranya kurang menarik saja namun bisa juga karena tempatnya terlalu dingin .
Kalau kekenyangan memang biasanya orang ajdi mudah ngantuk dan tertidur ya, tipsnya bagus nih dengan mengatur waktu coffee break.
Rasa kenyang, rasa dingin, adalah stimulus yang memberikan isyarat kepada otak bahwa tubuh sudah cukup oksigen. Maka otak akan memberikan sinyal seolah tubuh sudah merasa nyaman, dan di sinilah mulai terjadi ngantuk.
Makanya kalau mau pesertanya nggak ngantuk selama seminar, jangan sampai pesertanya kedinginan atau kekenyangan.