Puas Seminar karena Coffee Break

Sudah 20 menit pembicaranya mengoceh di depan seminar, dan pesertanya kelaparan, menguap, dan mulai mengintip rundown acara, mencari-cari kapan waktunya coffee break. Sementara itu panitianya juga berderak-derak gelisah di pos masing-masing, bolak-balik lihat jam tangan masing-masing, berharap segera waktunya coffee break, karena mereka merasa ada yang nggak beres dengan amplifier sound-system-nya. Plus seorang pembicara berikutnya barusan nyolek-nyolek, ngeyel minta gladi resik Power Point sebelum giliran dia ngoceh sungguhan nanti. Dan dia akan melakukannya pas waktunya coffee break.

Di sini kelihatan bahwa coffee break adalah saat yang didambakan semua orang yang ikut seminar atau konferensi. Panitia seringkali memperalat coffee break ini untuk membenahi sesuatu yang kurang. Seringkali event organizer begitu terburu-buru menjadwal coffee break yang cuman 10-20 menit ini. Orang belum selesai ngantre minum di coffee break, sudah dipanggil lagi untuk acara berikutnya. Seolah-olah panitia kepingin acaranya buru-buru segera selesai. Mungkin buat ngirit tarif sewa ruangannya yang dihitung jam-jaman.

Padahal, saya melihat peluang orang begitu banyak ketika coffee break tiba. Dengan coffee break, penonton seminar bisa bergaul satu sama lain, saling menyapa, tuker-tukeran kartu nama, ngobrol-ngobrol seputar session yang baru berlangsung, pokoknya networking. Yang intinya ngobrol-ngobrol santai itu bisa nambah pengalaman, nambah pengetahuan, nambah relasi, yang akhirnya bisa membuka jalan untuk rejeki. Dengan coffee break, pembicara yang berada di ring satu bisa turun dan berbaur dengan penonton, memberi kesempatan untuk cari input dari penonton sekaligus memperkuat apa yang baru didiskusikan tadi sebelum coffee break. Panitianya juga dapet keuntungan lebih dari coffee break lho. Kalau kedapetan pas coffee break itu makanannya enak, situasinya nyaman, penonton bakalan mengingat seminar itu besok-besoknya. Dan jika lain kali panitianya menggelar seminar lagi, penonton mungkin nggak akan segan-segan membayar untuk seminar itu karena ia tahu penyelenggaranya memuaskan. Bukankah menghipnotis seseorang itu paling gampang adalah melalui perutnya?

Ada banyak cara untuk menyulap coffee break supaya penonton puas:

Risoles cocok juga sebetulnya untuk coffee break. Gambar diambil dari sini
Risoles cocok juga sebetulnya untuk coffee break. Gambar diambil dari sini

Perhatikan Rumus Menu.

Menu makanan di coffee break nggak perlu banyak-banyak. Kalau mengutip dari pemilik Natural Catering, Fatmah Bahalwan, di sini, menu coffee break itu, yang penting ada yang asin, ada yang manis. Boleh 2 macam snack asin + 1 macam snack manis, atau 2 macam snack manis + 1 macem snack asin. Bahkan boleh juga snacknya 2 macam saja, asalkan terdiri atas 1 snack asin + 1 snack manis.

Membuat Antrean yang Efisien di Meja Minuman

Meskipun namanya coffee break, sering panitia juga menyediakan teh, bahkan juice buah. Tapi di dunia ini, meskipun orang bisa mengambil tiga macam snack sekaligus di meja makanan, nggak ada orang minum kopi dan teh sekaligus. Jadi saya lebih senang kalau antrean untuk kopi dan antrean untuk teh dipisah, supaya penikmat kopi nggak usah menunggu di belakang peminum teh.

Peminum kopi itu sendiri ada dua macem. Ada yang minum kopi doang, ada juga yang pakai tambah-tambah gula +creamer sachetan. Kalau si pecinta manis dan si pecinta susu itu cukup lelet untuk menaruh bubuk-bubuk sachetan itu ketika sedang mengantre kopi, dia bisa membuat para pengantre di belakangnya nggak waras. Apalagi kalau yang mengantre di belakangnya juga termasuk orang yang niatnya mau minum teh!

Macaroni schotel sebagai menu coffee break
Macaroni schotel sebagai menu coffee break. Foto oleh Eddy Fahmi

Sesuaikan menu makanan dengan tamu yang datang.

Ada panitia yang budgetnya murah-meriah, sehingga menu coffee break-nya cuma jajanan pasar. Tidak masalah kalau penonton seminarnya ini orang-orang yang sehari-harinya sudah kenal akrab. Tapi kalau tamu seminarnya adalah boss-boss yang hubungannya berjarak dari kita, saya rasa lebih aman kalau kita main konservatif, yaitu hidangannya pastry-pastry-an (misalnya muffin atau croissant) atau panggang-panggangan (misalnya macaroni schotel). Apalagi kalau tamunya berasal dari negara asing, kita boleh saja pasang jajanan pasar sebagai hidangan khas negara kita tapi sebaiknya pastry atau panggang-panggangan tetap ada di meja hidangan.

2 comments

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Sepanjang saya kuliah, saya nggak pernah mengalami sekolah yang ada coffee break-nya. Yang ada itu coffee run, alias kabur dari tempat magang hanya demi nyari kopi supaya nggak ngantuk, hahahaa..

      Snack khas India itu kayak gimana, Pak? Roti prata dan sebangsanya ya?

      Pak De udah balik ke Galaxy lagi, lha kemaren di Jombang ngapain dong, Pak?

Tinggalkan komentar