Cuman mau tanya, apakah Anda lebih sering menonton internet ketimbang menonton tv? Kalau Anda lebih sering internetan, maka Anda adalah jawaban utama kenapa digital marketing kini lebih efisien ketimbang pasang iklan tradisional di tv.
Tujuan Digital Marketing Produk
Saya mulai memahami urusan pemasaran online alias digital marketing produk ini semenjak saya banyak mengobrol dengan kawan-kawan pengusaha. Prinsip pengusaha selalu sama, mereka ingin produk mereka laris. Untuk laris itu, mereka butuh produknya dipromosikan. Persoalannya, di mana mereka bisa mempromosikan produk mereka yang kira-kira bisa menjangkau target konsumen yang mereka inginkan?
Di masa lalu, pertanyaan itu gampang terjawab ketika orang masih senang menonton tv. Pasang saja iklan pada acara yang paling banyak penontonnya, maka promosi pun akan berjalan. Tetapi di masa kini, lebih banyak orang menonton internet ketimbang menonton tv. Maka mau tidak mau, para pemasang iklan harus mengikuti perilaku konsumen, sehingga mereka pun harus melakukan marketing produk mereka melalui internet.
Memberdayakan Media Pemasaran Online
Pekerjaan saya memonetisasi jasa blog dimulai ketika saya mempromosikan produk via internet pada tiga tahun yang lalu, dan klien pertama yang mencoba jasa internet marketing saya ialah suami saya sendiri. Waktu itu, saya mencoba membantu suami saya menjual software antivirus. Untuk memasarkannya, saya membuat banner berformat JPEG bergambar kemasan produk itu. Bannernya saya pasang di sisi samping blog saya, sehingga pengunjung blog saya bisa melihat “iklan” tersebut. Beberapa hari setelah saya memasang bannernya, pengunjung blog saya mengontak suami saya untuk membeli software tersebut dan software-nya pun terjual.
Penasaran dengan hasil marketing saya, saya pun mencoba menstimulasi konsumen lebih banyak lagi. Kali ini barang yang saya promosikan bukanlah software, melainkan tuna asap. Saya tidak mengiklankannya dalam bentuk banner, melainkan dalam bentuk sebuah artikel panjang di blog ini. Dalam artikel ini, saya bikin review tentang tuna asap yang saya jual.
Lagi-lagi marketing produk yang saya lakukan itu berhasil. Smartphone saya berisik oleh pesan-pesan yang request tuna asap itu supaya dikirim ke seluruh Indonesia. Maka saya pun sibuk mencatat pesanan, menerima pembayaran, lalu mengatur delivery. Cuma gara-gara sebuah artikel di blog, saya pun menjelma menjadi juragan tuna.
Saya puas dengan upaya saya. Sampai hari ini saya belum pernah melihat ada orang pasang iklan tuna asap non-MSG di tv.
Saya menyadari dengan jasa blog ini, saya bisa memberdayakan sedikit kemampuan saya dalam mempromosikan produk ini untuk menolong orang lain. Sering saya bertemu banyak pengusaha kelas lokal yang ingin memperluas lokasi target konsumennya, tetapi mereka tidak punya modal untuk marketing produk di tv atau media cetak. Mereka baru bisa memberikan informasi tentang produk mereka dengan mencetak brosur, paling banter dengan membuat website.
Jadi saya pun menolong mereka dengan jasa internet marketing saya. Saya membantu dengan memberikan jasa artikel di blog saya, dan dalam artikel itu saya selipkan backlink menuju website mereka. Para pengusaha menyukai jasa backlink dari saya ini, dan mereka membayar saya untuk menyelipkan backlink dalam artikel-artikel saya itu.
Pertanyaan umumnya, kenapa orang mau membayar saya untuk menyelipkan backlink? Jawabannya, karena meskipun semua orang bisa bikin website untuk menjual produknya, tetapi tidak semua orang bisa bikin artikel website mereka itu ramai pengunjung. Kita tidak bisa berjualan produk dengan membuat website untuk toko online kita, lalu kita duduk saja menunggu orang mengunjungi website kita dan melakukan pembelian. Boro-boro berkunjung, tahu alamat website kita pun belum tentu.
Jadi, para klien (begitulah saya menyebut orang-orang yang membayari saya untuk mengeksekusi jasa backlink) menyasar para blogger yang blognya banyak dikunjungi orang. Blogger-blogger ini (antara lain saya) menjual jasa internet marketing, dan didaulat untuk memberikan jasa blog dengan cara menyelipkan backlink tertentu dalam blog mereka. Backlink ini mengandung link menuju website klien. Jadi diharapkan, pengunjung blog akan mengklik backlink pada blog itu, kemudian diarahkan untuk mengunjungi artikel website sang klien.
Jasa backlink ini bisa bermacam-macam wujudnya, misalnya berupa banner iklan, berupa gambar, atau berupa sekedar teks dalam kalimat di artikel. Dengan cara begini, blog bisa menjadi media yang efisien untuk mempromosikan usaha, bahkan meskipun blog itu sama sekali tidak menjual produk dari klien yang menyewanya.
Pasar untuk Jasa Backlink di Indonesia
Semenjak tiga tahun yang lalu, praktis saya disibukkan klien-klien yang mengincar jasa backlink untuk pemasaran online ini. Paling sering saya diminta memberikan jasa artikel dengan menyelipkan backlink dalam bentuk teks pada artikel yang saya buat di blog saya. Biasanya mereka minta saya menuliskan artikel seperti biasa, lalu menyelipkan 1-2 buah backlink ke artikel website mereka. Kadang-kadang juga jasa backlink tidak ditujukan untuk mengunjungi website, tapi jasa internet marketing ini ditargetkan untuk mengunjungi kanal social media mereka (misalnya Twitter, Fan Page Facebook, dan yang paling sering akhir-akhir ini ialah Instagram). Intinya, mereka ingin brand mereka dikenal oleh pengunjung blog saya.
Macam-macam jalur klien untuk menemukan saya sebagai penyedia jasa internet marketing produk. Sebagian klien mengenal saya karena mereka memang sering mengunjungi blog saya sejak tahun 2005. Tetapi sebagian besar klien menemukan jasa blog saya melalui digital marketing agency Indonesia. Agensi ini banyak merangkul saya untuk menuliskan artikel ber-backlink bagi klien mereka.
Selain backlink berupa teks terselubung dalam artikel yang diarahkan ke website klien, jenis backlink yabg sangat saya sukai ialah backlink affiliate. Backlink jenis ini ditargetkan ke produk tertentu, dan disetel untuk menciptakan komisi jika sampai terjadi penjualan.
Contoh, saya menulis artikel dengan backlink ke sebuah produk. Lalu pengunjung artikel saya mengklik backlink itu dan mengunjungi halaman penjualan produk itu. Jika ia langsung membeli produknya, maka saya selaku sumber backlink akan mendapat komisi dari harga produk itu.
Praktek backlink affiliate ini sudah dijalankan oleh banyak pebisnis e-commerce di Indonesia sejak bertahun-tahun lalu. Dan menjadi jenis backlink yang banyak disukai oleh para blogpreneur seperti saya. Affiliate ini merupakan jenis pemasaran online yang menyenangkan, menghemat tempat untuk beriklan (bagi pemilik bisnisnya), dan menjadi sumber penghasilan pasif (bagi bloggernya). Sumber penghasilan? Oh, saya sih menyebutnya sumur penghasilan.
Saya sendiri sudah bergandengan dengan banyak e-commerce untuk melakukan backlink affiliate, terutama untuk kategori travel dan kuliner. Komisi yang saya peroleh dari backlink affiliate ini bisa mencapai 12% dari harga produknya.
Kendala Digital Marketing bagi Blogger
Bisnis backlink bagi saya sebetulnya menyenangkan, tetapi masih ada banyak kendala yang menantang buat saya.
Problem Klien
Satu dua kali, saya menemukan klien yang cukup merepotkan buat saya, terutama jika mereka turut campur mengatur-atur penulisan artikel saya. Sebetulnya saya lebih suka menulis dengan gaya soft selling karena tidak mengandung kesan menggurui, yang penting backlink-nya mengarah pada website yang diinginkan.
Tetapi kadang-kadang klien ingin saya menulis dengan gaya hard selling, dengan menjilat-jilat brandnya, bahkan minta saya membesar-besarkan harganya (yang mereka anggap murah). Padahal menurut saya, tulisan gaya hard selling itu cenderung ngiklan banget, menggurui, dan malah mengurangi daya tarik backlink-nya untuk diklik. Pengunjung yang baca artikel saya jadi malas mengklik backlink karena sudah merasa “baca reklame”.
Problem Pengunjung
Pasalnya, besarnya digit angka komisi penghasilan dari backlink umumnya berasal dari produk yang harganya tinggi-tinggi (misalnya voucher resort Trump, tas Hermes, atau kamera Leica). Nah, saya masih punya pekerjaan untuk membuat demografi pengunjung blog saya sedemikian rupa supaya kemampuan finansial mereka sepadan dengan harga produk unggulan itu.
Sejauh ini, pengunjung blog saya kebanyakan masih sama dengan demografi populasi utama pengguna internet di Indonesia: berumur 40 tahun ke bawah, berpenghasilan pas-pasan, dan masih tertarik pada situs-situs berita hoax. Segmen pengunjung begini masih sulit diharapkan untuk beli Leica, menenteng Hermes, apalagi pikniknya ke hotelnya Donald Trump.. 😀
Problem Penghasilan
Kalau ini sih saya rasa merupakan masalah yang sama buat para pekerja manapun, tidak cuma pekerja digital marketing saja. Sering saya kalah negosiasi harga karena saya maunya dibayar tinggi untuk tiap artikel yang saya buat, sedangkan kebanyakan calon klien saya cuma punya budget cekak untuk membeli jasa blog.
Saya juga masih sering kesulitan meladeni ajakan affiliate dari para brand genre teknologi, biasanya karena saya sebal lantaran komisi per produknya cuma 1%. Memang repot karena industri gadget telekomunikasi ialah industri yang marginnya masih paling mepet di negeri ini.
Menemukan Digital Marketing Agency Indonesia
Jika Anda adalah seorang pengusaha yang ingin produknya cepat dikenal orang banyak, maka saya merekomendasikan Anda untuk menggunakan jasa blogger (termasuk saya) dan jasa penulis online lainnya dalam jumlah banyak. Blogger adalah partner menyenangkan untuk digital marketing, dan bisnis artikel yang dibangun oleh para blogger bisa dimanfaatkan untuk menghemat waktu promosi Anda.
Tetapi jika Anda ingin blogger dalam jumlah banyak, sebaiknya Anda mengontak digital marketing agency Indonesia yang terpercaya, seperti Abah Digital Marketing Specialist. Agensi punya database blogger se-Indonesia dan mereka bisa membantu menentukan blogger mana yang niche-nya dan segmen pembacanya sesuai dengan target usaha Anda. Biaya dan waktu yang harus kita keluarkan untuk pemasaran, akan terasa hemat bila kita mendelegasikan marketing ini pada digital agency yang berpengalaman.
Pengalaman saya dalam digital marketing memang masih terhitung sedikit, sehingga saya memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan oleh klien saya untuk terus belajar memasarkan produk. Saya percaya kontribusi para penulis online dalam digital marketing akan menggerakkan ekonomi kreatif ke arah positif, membuat iklim usaha di Indonesia tetap maju tanpa terlekang oleh waktu yang semakin menggerus dunia pemasaran tradisional di negeri kita.
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Siap, akhirnya ada rekomendasi jasa punulis. Soft juga rekomendasinya.
Terima kasih banyak
Sama-sama 🙂
Saya juga rencananya mau masarin produk lewat internet marketing, baru mau eksperimen sih, itung2 nambah jumlah konsumen
Semoga berhasil ya, Yugo. Mau jualan apa? 🙂
Kalau saya promosinya paling mudah pakai fanspage facebook. Saya pasang banner besar besar berukuran 13×5 cm di background halamanya. Jadi begitu ada orang yang melihatnya, maka yang pertama kali di lihat adalah banner yang berisi nomor kontak saya seperti WA dan BBM, dan ampuh juga karena dagangan saya laris berkat fanspage ini.
Btw jangan lupa kunjungan baliknya ya, terimakasih sebelumnya 🙂
Bagus, Amir, sepertinya memang pangsa pasar target Amir adalah jenis pasar yang memprioritaskan produsen yang paling mudah dihubungi ya. 🙂
ya ya ya.. sangat betul. menggunakan agency somehow sangat membantu ketika butuh kerja cepat dan ingin mendapatkan hasil yang terukur. namun tentu saja, apa yang akan kita dapat harus dikompensasi dengan cost. kayaknya perlu diuji coba, antara pakai jasa agency, dan kontak bloggernya langsung, dampaknya bagus mana dan costnya lebih efisien mana.
maju terus dijital marketing Indonesia!
Aku sebagai pengusaha tuna nggak pernah menggunakan jasa agensi.
Tapi aku pernah berperan sebagai “agensi” dan tentu saja aku sudah sering jadi blogger yang disewa langsung. Sebagai agensi, aku bisa menekan harga untuk blogger sesuai budget yang disediakan klien. Aku juga bisa memilihkan kualitas blogger yang diminta sesuai budget, sehingga hasil yang diharapkan juga bisa baik.
Tetapi sebagai blogger, aku bisa kesulitan menaikkan penawaran, apalagi jika aku punya banyak kompetitor di niche tertentu. Kalau aku sedang kesulitan berkompetisi di niche ini, aku pindah ke niche lain yang kompetisi bloggernya lebih rendah, sehingga aku bisa menaikkan harga. Memang jadi kasihan kliennya kalau hargaku terasa tinggi, tetapi dengan kompetisi yang rendah di niche tersebut, klien tidak akan punya banyak pilihan. Bahkan kalaupun mereka pakai agensi pun, agensi juga tidak punya banyak pilihan jika penawaran yang tersedia masih sedikit.
Dan yang harus dicatat adalah jika menggunakan agensi, agensi akan mengutip honor yang diberikan kepada blogger. Blogger yang tahu posisinya di pasar, akan menentukan berapa harga jual yang dipasangnya, dan itu menentukan berapa harga beli yang harus dikeluarkan klien untuk mendapatkan dampak yang dia inginkan.
Jadi ya tergantung kliennya lah, mau minta blogger di niche mana dengan kualitas artikel seperti apa. Permintaan itu akan menentukan apakah dia lebih baik menggunakan agensi atau bisa mengontrak bloggernya langsung.
pagi mbak vicky 🙂
makasih uda ngasih ilmu , pagi liburan ini. adik nggak sengaja ketemu artikel mbak.
buat nambah ilmu. izin bookmark artikel mbak ini 🙂
Oke, saya senang bisa kasih sedikit pengetahuan ini buat Fajar 🙂
sama sama mbak vicky 🙂