Akhirnya Mudik Bawa Bekal!

Mudik kali ini spesial banget, soalnya ini pertama kalinya saya berusaha keras bikin lauk untuk bekal piknik sendiri. Jadi kali ini saya kepingin bagi-bagi dikit tentang resep bekal piknik praktis yang saya siapin buat anak dan suami saya.

“Beli makan di jalan aja, gak usah ribet-ribet,” gitu prinsip suami saya ketika awal-awal kami menikah, tiap kali kami mau bepergian.

Suami saya orangnya praktis banget. Gak suka ribet.

Kalau pergi-pergi, maunya dia makan di restoran aja. Syukur-syukur makannya bisa take away.

Saya juga gitu sih. Nggak suka waktu traveling tersita buat makan.

Kecuali kalau makannya bisa jadi konten, lain cerita. Kan konten bisa jadi duit.

Pokoknya buat kami, time is money.

Tapi tahun ini, perjalanan mudik sungguh berbeda. Kami harus meminimalisir acara singgah di rumah makan, soalnya kami nggak tahu mana aja restoran yang kira-kira masih aman dari Covid.

Kalau ada, kemungkinan besar restoran kayak gitu mesti jual makanannya mahal. Restoran di rest area, gitu lho..

Biar ngirit dan steril, saya akhirnya bikin bekal sendiri. Jadi, untuk mudik kemaren, saya bikinin hotdog yang isinya macam-macam. Gini nih resepnya, sederhana lho..

Resep Hotdog Piknik a la Vicky

Untuk porsi 3 orang

Bahan:

  • Roti hotdog
  • Margarin
  • Ikan kumbis makerel asap
  • Daging sapi teriyaki
  • Nugget ayam yang sudah digoreng
  • Saus thousand island
Menu piknik sederhana berupa hotdog

Cara bikin:

  • Roti hotdog dibelah melintang.
  • Bagian dalam roti diolesi margarin.
  • Tiap roti diisi filler sesuai selera. Ada yang diisi ikan, ada yang diisi daging sapi, dan ada yang diisi nugget ayam.
  • Masing-masing filler dibubuhi saus thousand island, lalu rotinya ditutup kembali.
  • Bungkus dengan tisu. Sajikan.

Di Balik Menu Piknik Sederhana Ini

Mudik ini sebetulnya bukan mudik yang ideal, karena jauh dari mudik yang kami impikan.

Saya dan suami selalu kepingin mudik dengan bawa mobil sendiri dari Surabaya ke Bandung. Supaya bisa berhenti-berhenti di kota-kota yang jadi wishlist kami dan nginep di kota-kota wisata yang kami impikan, wkwkwkwk..

Kok ya sekarang kayaknya mudik jadi nggak bebas banget, karena ke mana-mana seolah-olah kami kudu bawa surat tanda bebas Covid. Masalahnya, surat tanda bebas Covid ini cuman berlaku 1 x 24 jam. Artinya, kami harus menyelesaikan perjalanan Surabaya-Bandung ini dalam tempo sehari.

Dan kami juga agak takut untuk ngandok di sembarang restoran di sepanjang jalan. Soalnya kami nggak tahu apakah Pemda setempat itu disiplin untuk waspada Covid atau enggak.

Ngerti kan, kami nggak tahu apakah semua pelayan diwajibkan pakai masker? Apakah setiap pengunjung yang nggak pakai masker bakalan diusir keluar restoran?

Jadi jalan satu-satunya, kami harus bawa bekal sendiri untuk sepanjang jalan.

Saya sebetulnya udah bercita-cita mau bawa ayam kolonel jenggotan aja dari Surabaya untuk dimakan sepanjang jalan. Biar praktis, getu lho.

Eeeh..ternyata sampai H-1 mudik, makanan di rumah masih banyak (hasil belanja dari penjual sayur online). Masih ada lauk sejembreng gitu lho di freezer yang nggak habis-habis. Ikan asap, daging sapi tumisan, nugget ayam. Dan ada sisa keju, sisa margarin, yang bisa-bisa berjamur kalau kami baru kembali dari mudik nanti.

Jadilah malam H-1, saya berjibaku menggoreng semua lauk. Terus lauknya saya jadikan isi sandwich.

Rotinya berupa roti hotdog, saya beli di supermarket. Sengaja pilih roti bentuk hotdog, soalnya ketika dimakan itu kan lebih gampang mempertahankan isiannya daripada pakai roti tawar.

lauk untuk piknik
Hotdog untuk anak saya, bikinan Cep Vicky..

Piknik di Rest Area

Kami makan roti hotdog itu di perjalanan, waktu mobil kami singgah di Rest Area Boyolali untuk sarapan.

Seneng banget sudah tiba di kawasan Boyolali jam 7.30 pagi, padahal kami baru berangkat dari Surabaya itu jam 4.30 subuh. Sebetulnya, di Rest Area Boyolali itu, ada semacam food court dan meja-meja makan yang kosong sih. Tapi Fidel kepingin makan di mobil aja supaya bisa duduk petangkrangan, wkwkwk..

Saya seneng rest area ini, soalnya bisa numpang cuci tangan dan pipis. Plus toiletnya banyak dan bersih. Tidak bau pesing.

Ada beberapa pemudik lain kayak kami di sana, tapi nggak terlalu penuh. Ini adalah hari pertama di mana Penyekatan Aglomerasi dibubarkan, jadi banyak orang sudah kembali bekerja ngantor, sehingga nggak berkesempatan untuk mudik.

Di dalam mobil sedan suami saya, kami menggelar acara piknik. Container berisi 8 set hotdog digelar di bangku belakang. Lengkap dengan kopi buat suami saya, dan air mineral buat saya sendiri. Fidel dibawakan susu UHT kotakan. (Tadinya mau dibawakan yogurt untuk anak supaya kenyangnya lebih lama, tapi stok yang ada di kulkas itu adanya susu UHT, euy.)

Salah satu bangku belakang dibuka, sehingga bagasi terbuka lebar. Bagasi itu sudah disulap dengan menaruh kasur, sprei, bantal, dan guling, untuk kamarnya Fidel. Inilah sebetulnya yang disukai Fidel tentang perjalanan jauh, karena bagasinya diubah menjadi kompartemen pribadi untuk dia, wkwkwk…

Pertama Kali Bikin Bekal Makanan untuk Perjalanan Jauh

Saya sebetulnya geli nulis begini, karena dulu saya dan suami saya paling anti banget buat bawa-bawa bekal.

Saya nggak suka bawa bekal, karena fenomena bawa bekal itu mengingatkan saya kepada ibu saya. Dulu ibu saya sering maksa bawa bekal kalau bepergian jauh. Isi bekalnya itu nasi, mie, telur dadar, tempe, dan entah apa lagi.

Itu masih mending sih. Bude-bude saya lebih parah lagi. Mereka bawa sambal, sayur, ikan asin!

Yang ngeselin, mereka bawa rantang, dan rantang itu sangat makan tempat di mobil. Padahal kami itu kalau bepergian ya sambil umpel-umpelan, rasanya kesel juga kalau tempat duduk itu harus berbagi dengan rantang.

Mana rantangnya nggak necis pula, dipakaikan serbet kotak-kotak gitu, nggak banget deh buat difoto. Terus kalau rantangnya dibuka, aroma sambal terasi dan ikan asin langsung semerbak menuh-menuhin mobil yang sesak.. ^^

Dan jelas itu bekal harus dihabiskan dalam sehari, padahal seringkali perjalanan mudik kami lama banget, mungkin mencapai 20 jam. Kebayang setumpuk makanan yang dimasak subuh-subuh harus habis sebelum 12 malam. Saya kadangkala mbatin, “Duh, kenapa nggak makan di restoran tepi jalan aja siih?”

Dan seringkali ketika tiba di tempat tujuan, para emak itu saling pamer, “Aku masak jam 3 subuh, tapi sampai magrib itu sayurku belum bauk lhooo..”

Sementara, suami saya jarang bepergian dengan orangtuanya sendiri pakai mobil, karena ortunya lebih seneng pakai kereta api.

Tapi suami saya sering kesel sebab orangtuanya sering beli nasi bungkus di stasiun atau di bandara buat dimakan di dalam kendaraan. Suami saya nggak suka nasi bungkus, karena kan ruang geraknya sempit, padahal harus pakai sendok dan lain-lain.

Suami saya lebih suka beli roti aja kalau di jalan, meskipun menurut ibunya, roti itu nggak akan bikin kenyang.

Belajar dari pengalaman-pengalaman itu, kami jadi pasangan yang ogah bawa bekal kalau perjalanan. Smartphone kami penuh dengan info tempat-tempat makan di perjalanan, lengkap dengan jam bukanya, plus info keberadaan musholla segala.

Cuman sekarang di masa pandemi ini, jelas kami selektif banget kalau pergi ke tempat makan. Sehingga saya harus nyiapin bekal sendiri supaya nggak usah bergantung sama tempat makan yang makanannya belum tentu enak (dan bebas Covid).

Makanya saya pilihnya bekal hotdog. Karena ergonomik untuk dibawa-bawa, bisa dimakan dengan suasana yang menyenangkan, dan nggak gampang basi.

Sebetulnya makan hotdog ini kenyang lho. Karena saya sengaja pasang lauknya banyak. Anak saya cuman sanggup makan 2 set hotdog pagi itu, dan tidak lapar sama sekali sepanjang sisa perjalanan. Ngomong-ngomong, kami tiba di Bandung setelah 10 jam perjalanan.

Menurut saya sih, semua ibu akan bikin bekal pada waktunya, wkwkwk.. Paling tinggal gaya bekalnya aja yang beda-beda.

Kalau kalian gimana nih? Kalau mudik, masuk tim bekal atau tim makan di restoran? Tolong share resep bekal piknik praktis kalian juga dong di kolom komentar 🙂

16 comments

  1. gina says:

    lelaki memang lebih ke praktis, sama halnya seperti suami saya maunya beli makanan aja. Padahal klo sebagai emak-emak, aku tuh juga doyan bawa bekal. Wkwkwk mengapresiasi makanan sendiri, plus menghemat budget jg kan. Sdh beberapa minggu, sarapanku juga roti. Kalau mbak Vicky bikin hotdog, saya lagi doyan bikin beef burger

    1. Praktis dan mengenyangkan ya ini mbak vicky. Ditambah tahan lama. Boleh nih aku coba untuk perjalanan kekuar kota. Apalagi masa pandemi gini ngeri2 gitu beli di luar…

  2. Mechta says:

    Waah..jadi ingat kelg kami dulu kalau pergi2 malah sukanya bawa bekal. Iya..nasi + lauk dan sayur biasanya yg tak berkuah. Makannya nggelar tiker,milih tempat yg asyik utk gelaran..haha..
    Seru lho acara makan bersama di jalan begini.. Nah itu cerita lama sih..klo yg sekarang2 jarang bawa.bekal.kumplit bgtu..kekyrangan waktu nyiapinnya, walhasil.bekal roti atau arem2 deh..hehe.. Thx sharingnya mba Vicky, jadi pengen bikin hotdog juga buat bekal..

  3. Ya ampun Vic, baca ini aku jujur kangen mama. Yang paling suka bawa bekal kalo sedang jalan, ya cuma mama memang. Aku inget banget dulu kalo road trip, pasti mama yg paling sibuk bikin cemilan, ntah itu buras, bakwan, risoles, pokoknya yg serba gampang dan mudah makannya kalo di mobil. Untungnya ga bawa rantang dan lauk pauk hahahaha.

    Kalo keluarga suami, asisten mama mertua yg rajin bikin begitu. Biasanya bikin tahu daging sendiri. Mirip2 tahu bakso Semarang, tp pastinya daging yg dipake lebih banyak. Ato sosis solo goreng, Krn yg non goreng ga kuat lama biasanya.

    Aku mah boro2. Sama aja kayak kamu, LBH milih praktis beli aja. Tp memang selama pandemi susah yaaa. Trakhir road trip Desember kemarin, aku tetep milih makan di rest area. Tp selalunya pilih tempat yg paling sepi. Rasa mah no 2 skr.

    Sebenernya ini sih masalah kemauan aja kan. Bawa bekal itu aku mikirnya udh ribet duluan. Padahal kalo mau usaha, banyak bekal yg gampang dibuat. Aku kok ga kepikir bikin hotdog. Padahal gampang. Tinggal beli roti nya, sosis kesukaan anak2, mayo dan sambel. Jadi ide sih, kalo ntr aku road trip lagj 😀

    1. Swastikha says:

      Tergantung, kalau mau ribet ya tim bekal bawa dari rumah. Lauknya yang praktis kayak telur dadar dan nugget. Kalau lagi mager, ya mending take away makanan siap saji.

      Karena pandemi begini, mau makan di tempat ya harus milih-milih banget. Jadi, tim keduanya aja.

      1. Oline says:

        Sebenernya sama sih kayka mba Vicky and husband. Aku tim rempong, mau bela²in bawa bekal makanan saat keluar rumah, tp suami maunya beli aja krn tim praktis. Tp krn masa pandemi ini membuat pola hidup and kebiasaan berubah ya. Gak bs sebebas dulu. Pergi2 juga gak nyaman, apa² kudu bawa surat. Ke resto atau rest area jg gak leluasa utk beli, bisa² antrk dsb. Lebih baik bawa dr rumah sih, lebih sehat dan hemat waktu malahan ya.

        Kalo menu bekal aku di jalan itu, goreng ayam (ungkepan sendiri) atau nugget, sama bawa nasi putih. Atau bawa nasi goreng aja di jalan. Anak² and suami suka bgt sama nasi goreng bikinan aku 🙂
        Atau bawa sandwich aja, bisa isi telur atau beef.
        Udah gitu aja udah bisa makan mereka.

  4. Tori says:

    Boleh jg nih ya, jadi filling nya bisa macem2 sesuai selera nya masing2 ya. Ga kepikiran kayak gini mba tgl kasih nugget trus kasih saos thousand island gitu haha

  5. Aku tim bekel pake banget. Justru karena kenangan masa kecil kalau pergi2 sama keluarga selalu bawa bekel dan piknik di pinggir jalan. Biasanya di deket sawah. Asli seru pake banget.
    Sayangnya suami kebalikannya. Dia jarang mau makan kalau di jalan. Paling mentok makan roti aja. Apalagi kalau harus nyetir sendiri. Paling anti dia mampir2. Bikin makin lama di jalan.

  6. Emak be like juga gitu mbak.
    Sering bawain aku bekal maem. Apalagi klo sekeluarga lagi perjalanan bareng gitu. Mesti bawa bekel buat di perjalanan. Ya itu meminimalisir budget buat makan. Tpi menunya yg bisa awet buat sehari an lahh. Cem tumis sama sambal bajak, ikan lele,
    Tapi dimaem ramé2 seruu
    Cuman ga bawa rantang2 siihh

  7. Persis.
    Sampai sekarang kalau pergi bareng keluarga besar yang isinya ada 3 mas-masku beserta anak dan istri, Ibuku sama keluargaku, kami masih pakai rantang. And kak Vick, mbakku always bawa beras dan rice cooker. Ini gak mungkin ketinggalan.
    Karena filosofinya, orang kalau laper itu jadi mudah marah. Meski lauknya beli, misalnya…tapi nasi kita bawa dan masak sendiri.
    Kalau perginya seharian di jalan gini, mbakku bawa lauk yang sekali perjalanan dan bisa dimakan rame-rame plus sayurnya.

    Beneran piknik kalo di keluarga kami. Huhuu~
    Padahal makanan kalau telat makannya, pas dibawa jalan tuh…rasanya uda berubah.

    Tapi yah, jadi pengalaman.
    Anak-anak bisa menghargai arti sebuah makanan dan perjalanan.

  8. Hotdog itu makanan yang praktis dan disukai oleh anak-anak. Bisa diisi apa aja dan ada sayur-sayurannya. Molly jadi ngiler pengen icipin hotdog piknik buatan mbak Vicky. Kapan ya bisa main ke Surabaya? Hehe.

  9. Mudik yang jauh banget mbak dari Surabaya ke Bandung. Emang agak was-was mbak kalau mudik keadaan pandemi begini.

    Apalagi masalah perut harus steril mau gak mau buat sendiri ya mbak. Macam resep bekal piknik praktis selama di perjalanan. Jadi lapar kalau lihat makanan.

  10. Katerina says:

    Aku tipe yang maunya beli di jalan, mampir makan di resto, karena punya tujuan mau kulineran, gitu. Sekalian kalau tempat makannya bagus, mau foto-foto gembira wkwkw. Nah, suamiku apa aja ayo, walau lebih suka kemana-mana bawa bekal. Kebawa kebiasaan sejak kecil, ibunya kalau kemana-mana masak banyak kalau mau bepergian, bawa rantang gede kayak buat makan se-RT haha. Pas mau piknik ke Kebun Raya Bogor aja bawa 3 rantang wkwk. Gelar tiker deh di kebon, makan bekal ramean.

    Jadi ingat roadtrip lebaran 2019 Jakarta – Jember. Perjalanan 2 hari padahal lewat tol, karena kebanyakan singgah makan di tiap kota yang dilewati.

    Paling gampang memang bawa bekal tuh kayak hotdog gitu. Walau bikinnya ga gampang juga sih. Gampang dibawa maksudnya. Ga perlu rantang susun nempatinnya haha. Kalau lagi singgah di jalan, juga repot, ga perlu hati2 takut kuah tumpah atau sambal luber :)))

  11. Saya tim njajan di lokasi piknik, Mbak.

    Ya itu tadi, karena malas aja bawa bekal banyak terus rempong. Habis itu selera makan jadi berkurang karena nasi udah terlanjur dingin kan. Hihihi duh ini kayaknya aku harus minta maaf sama ibu, nih.

    Tapiiii ternyata oh ternyata, pas piknik anak sulung saya di KB 2 tahun lalu sebelum negara corona menyerang, aku nyiapin bekal juga rupanya! Wkwkwkk.. Lebih tepatnya sih membawa kotak bekal makan buat diisi nasi kotak dari sekolah. Kan kalau kotak makan lebih tidak memakan tempat daripada dibawakan kardus.

    And yeees.. saya setuju, setiap ibu akan membawa bekal pada waktunya, hanya penyajiannya saja yang berbeda.

    Mungkin next time, aku mau bikin bento aja ah. Biar bisa difoto buat konten, wkwkk

  12. ainun says:

    aku pribadi tim makan di resto, ini kalau perginya sendiri.
    kadang kalau pergi bareng orang serumah, ada aja yang dibawa, rantang isi nasi plus lauk, padahal cuman jember – surabaya 😀
    apalagi pas pandemi gini, terakhir kali berhenti di resto umum yang biasa dijadiin tempat pemberhentian travel, dan biasanya resto ini selalu rame, untungnya pas aku datang udah agak sepian.
    kalau udah di dalem resto, masker pengunjung sebagian besar udah dilepas dan berinteraksi kesana kesini

    aku juga ga sreg kalau makan nasi bungkus di kondisi seperti naik mobil gitu mbak, nggak bebas, megangi nasinya ada udah ribet,malah yang ada tercecer. dan roti udah paling pas buat bekal biasanya

Tinggalkan komentar