Bikin Dashboard Analytic Sendiri

Gegara saya belajar main Google Data Studio sejak beberapa bulan yang lalu, saya jadi keterusan penisirin sama mainan satu ini. Sampai hari ini jadi deh proyek kecil saya. Proyeknya adalah bikin dashboard buat mengawasi blog.

Yang udah kenal saya lama, pasti tahu kalau kebiasaan saya tiap malam: mengawasin Google Search Console dan Google Analytics. Yang biasanya saya awasin tuh:

  1. Berapa orang dari search engine Google yang mencet link menuju blog saya,
  2. Knapa dari sekian banyak orang yang ngelihat link itu, hanya sekian persen yang memencetnya),
  3. Dari sekian orang yang dateng dari search engine Google itu, berapa lama mereka sungguhan baca artikel saya?

Soalnya saya tahu orang-orang yang dateng dari search engine itu pasti nggak kenal saya. Jadi penilaian mereka terhadap tulisan saya itu lebih adil dan tanpa bias.

Ada alesan rumit kenapa saya mempertanyakan ini. Alesannya, monitoring GSC dan GA untuk tiap-tiap artikel itu cukup menyita waktu. Padahal dari monitoring itu saya harus langsung ngambil keputusan tindakan apa yang mau diambil: apakah mau rewrite atau cukup amplifikasi pakai blog tetangga aja.

Mosok ngambil keputusan untuk 10 artikel paling ngetop aja butuh waktu 1 jam? Alangkah tidak efisiennya.

Sampai beberapa bulan terakhir ini saya belajar Google Data Studio. Tadinya, saya kirain Google Data Studio ini saya cuman suatu alat buat bikin grafik doang dari data di spreadsheets. Sampai saya dibisikin seorang analis bahwa sebetulnya di Google Data Studio ini kita bisa bikin dashboard.

Dashboard adalah laporan harian yang diterima para boss perusahaan, yang melaporkan indikator kemajuan tiap-tiap produk atau departemen di organisasi mereka.

Kalo urusan dashboard ini diaplikasikan ke blog, berarti dashboard adalah laporan harian yang dibaca blogger, yang melaporkan indikator kemajuan tiap-tiap artikel di blog mereka, dari perjalanannya mencari pengunjung organik sampai kemampuannya memelihara rasa betah pengunjung organik itu.

Saya langsung tertarik sama ide bikin dashboard blog ini. Biar nggak pusing setiap kali buka laporan GA dan GSC. Karena laporan-laporan default-nya itu cuman nunjukin artikel mana yang paling banyak hasil click-nya, bukan fokus pada artikel yang sedang saya awasin.

Saya langsung coba bikin dashboard supaya kalau saya buka laporan, yang saya baca pertama kali indikatornya adalah indikatornya artikel prioritas saya. Dan ternyata Google Data Studio ini bisa membantu banget.

Yang saya kerjakan kemudian begini:

  1. Bikin acccount di Google Data Studio.
  2. Account Google Data Studio ini disambungin ke properti Google Search Console dan Google Analytics saya.
  3. Di Google Data Studio, saya setting visualisasi data-data yang mau saya prioritaskan.
  4. Bikin chart dulu berupa tabel. Saya milih dimensinya berupa landing page dan query dari GSC. Metriksnya adalah Average Position, Site CTR, Clicks, dan Impression.
  5. Datanya saya setel untuk 7 hari terakhir.
  6. Setel juga perbandingan indikator antara 7 hari terakhir dengan 7 hari sebelumnya.
  7. Saya tekan Add A Filter, lalu bikin create filter, untuk masukin landing page berupa URL salah satu artikel yang mau saya periksa.
  8. Di bidang kosong di bawah tabel nomer 4) tadi, saya bikin chart lain. Dimensinya masih Landing Page, tapi metriksnya berupa unique pageview dan average session duration. Data source-nya dari Google Analytics.
  9. Jadi deh laporan dashboard di Google Data Studio-nya.

Saya bikin dashboard ini pertama kali waktu mantau salah satu artikel saya, sebut aja deh misalnya tentang rendang domba. Hasilnya, saya bisa memahami dalam kurun waktu 3 detik tentang data-data ini:

  1. Setelah diklik di search engine, ternyata yang baca artikel rendang domba ini nongkrong di artikelnya selama sekian menit.
  2. Artikel rendang domba ini dapat kunjungan karena queries X, Y, Z…
  3. Tiap queries itu ada di search engine pada posisi nomer sekian..
  4. Yang ngeklik itu adalah sekian persen dari jumlah orang yang ngelihat link-nya.

(Dan percayalah, baca dashboard ginian ternyata ngeri-ngeri sedap, ahahaha….)

Untuk langkah nomer 5, sengaja saya setel setting waktunya untuk 7 hari. Karena biasanya ritme kerja saya dalam menarik pengunjung artikel itu cenderung stagnan selama 7 hari, dan baru ganti ritmenya setelah 7 hari.

Dan, demi kesehatan mental karena saya udah eman-eman makan brokoli, saya juga setel ada perbandingan indikator antara 7 hari terakhir dengan 7 hari sebelumnya.

Apakah Dashboard Gini Bisa untuk Artikel Lain?

Saya nggak cuman bikin tabel-tabel otomatis dan interaktif ginian buat satu artikel doang. Di dalam halaman report yang sama, saya juga bikin tabel-tabel yang sama untuk artikel lain, misalnya klepon keju (ini juga artikel fiktif yaa.. Jangan repot-repot nyariin artikel saya tentang klepon keju.)

Dan gitu terus, sampai akhirnya dashboard saya memuat 6 artikel yang sedang saya prioritasin banget sekarang.

Dengan adanya dashboard ini, saya bisa melihat kemajuan artikel-artikel prioritas hanya dengan baca laporan dashboard ini dalam kurang dari 20 detik. Semua datanya update otomatis setiap hari.

Sehingga saya nggak perlu repot-repot buka halaman GSC dan GA tiap malam untuk meriksain artikel-artikel prioritas satu per satu yang proses pemeriksaannya bisa makan waktu sejam lebih itu.

Kamu mungkin bingung, ngapain sih mesti ribet-ribet laporan dashboard segala? Ohh..buat saya dashboard gini menyingkat waktu banget untuk ngelola blog. Dengan baca dashboard yang cuman butuh 3-20 detik doang, saya langsung jadi tahu, mana artikel yang kudu buru-buru diperbaikin. Dan diperbaikinnya dari segi apanya.

  1. Kalau yang melorot itu adalah posisi query-nya, berarti kayaknya halaman orang lain lebih cepet, mungkin halaman saya lebih lambat. Mungkingkah itu salah Core Web Vital-nya kah?
  2. Kalau yang melorot itu CTR-nya, berarti kayaknya metadescription orang lain lebih menarik. Mungkin saya kudu perbaikin snippet-nya lagi.
  3. Kalau yang melorot itu average session duration-nya, barangkali info di dalemnya kurang sigap buat njawabin kekepoan penontonnya. Berarti kontennya kurang visual.
  4. Kalau posisi nggak berubah tapi impresinya melorot, berarti orang lain emang nggak lagi cari info tentang query itu. Jangan-jangan query-nya emang nggak nge-trend lagi?

Bikin dashboard begini sungguh mainan yang asik, dan saya puas banget udah ngeluangin waktu buat belajar Google Data Studio. Mungkin kapan-kapan saya mau bikin dashboard dari sumber yang lain lagi, kayak misalnya Instagram Insights atau dari Twitter Analytics. Saya kepo to the max!

3 comments

Tinggalkan komentar