Teman-teman, ayo coba ngaku di sini, siapa yang perutnya terasa kembung saban kali habis minum susu sapi? Tenang, kalian nggak aneh kok. Nyatanya hampir 75% orang seumuran kita-kita mengeluh begitu juga.
Saya suka banget minum susu sapi. Alhamdulillah, semenjak kecil, saya selalu dibiasakan minum susu cair oleh ibu saya sebelum bersekolah (sebab ibu saya percaya bahwa waktu terbaik minum susu adalah ketika sarapan). Saya inget banget, pernah saya bangun kesiangan sampai nggak sempat sarapan lantaran ngeri terlambat ke sekolah. Dan ibu saya langsung mencekoki saya segelas susu sebelum saya melesat masuk ke bis sekolah. Prinsip ibu saya, sarapan bisa ditunda, tapi susu jangan ditunda.
Setelah dewasa dan saya mulai mengurus diri saya sendiri, saya selalu masukin susu sapi sebagai prioritas utama dalam belanjaan konsumsi sehari-hari. Nggak apa-apa lauknya cuma makan pakai telur, tapi stok susu putih harus selalu aman di rumah.
Kalau lagi jalan-jalan dan butuh meredakan haus, saya pilih minum susu, terutama susu UHT. Bahkan kalau lagi makan di café pun, saya lebih milih pesan milkshake ketimbang kopi. Di rumah, saya nyetok susu UHT full cream, tapi manfaat susu full cream ini bukan cuma sebagai minuman. Kadang-kadang saya pakai juga sebagai campuran condiment untuk bikin cream soup, saos untuk vla, atau campuran condiment-nya salad. Pokoknya, susu jadi bagian nggak terpisahkan deh dari kehidupan saya.
Makanya manfaat susu sapi murni yang rutin saya minum itu terasa pada saya. Otak saya lumayan kreatiflah biarpun masih banyak nyelenehnya. Saya juga jadi nggak gampang capek. Plus saya jarang sakit-sakitan. Dan, manfaat susu bagi tubuh ini terasa setiap hari lho.
Tapi sayangnya, nggak semua orang sama-sama doyan susu kayak saya. Di rumah sakit tempat saya dulu bekerja, saya pernah dicurhatin seorang perawat lantaran dia merasa begah (Sunda: kembung) saban kali habis minum susu. Semula saya sangka dia nggak terbiasa aja minum susu karena alasan keterbatasan ekonomi. Kasihan ya, orang-orang yang nggak suka minum susu itu. Apa mereka nggak kuatir kena osteoporosis ketika lansia nanti? Atau minimal otaknya jadi lemot lantaran kurang nutrisi dari susu?
Lantaran concern dengan masa depan kesehatan orang-orang yang nggak nyaman minum susu ini, kemudian saya bikin riset untuk mengulik kenapa orang Indonesia ogah minum susu. Ternyata, saya malah nemu hal-hal yang unik.
Ternyata, Kesalahan Ada pada Susu Sapi yang Diminum
Orang-orang dewasa sekitar saya seringkali mengeluh, saban kali habis minum susu sapi, pasti aja ada yang nggak beres dengan perut mereka. Entah itu rasa eneg, atau mual, merasa kembung, bolak-balik buang gas melulu, sampai situasi rese bernama mencret-mencret. Gegara ini, kalau lagi butuh susu, mereka terpaksa memuaskan diri dengan susu kambing atau pun susu kedelai. Yang mungkin, kedua opsi alternatif ini nggak memberikan manfaat nutrisi sebanyak susu sapi.
.
Padahal waktu bayi, mereka jarang begitu. Bukankah semua dokter anak menyuruh balita untuk minum susu sapi, kenapa lantas jarang dokter memerintahkan yang sama ketika mereka dewasa?
Ternyata, kebanyakan susu sapi yang beredar di pasaran umumnya mengandung suatu protein yang bernama protein beta-kasein tipe A1 (atau pendeknya, saya sebut aja susu ini sebagai susu sapi protein A1). Kalau ada protein A1, tentu saja ada protein A2 dong. Nah, perbedaannya ini nanti yang jadi menarik buat para penderita sakit-perut-pasca-minum-susu. Baca terus yaaa..
Protein A1 di dalam susu sapi inilah yang ternyata menimbulkan radang bagi usus para peminumnya. Reaksi radang ini yang bikin perasaan tidak enak macam kembung, mual, bahkan diare.
“Gejala mual, kembung, dan/atau diare setelah mengonsumsi susu terjadi karena kandungan protein beta casein A1 dalam susu yang bereaksi dengan protein pencernaan lainnya di dalam tubuh, sehingga memicu gejala yang menyerupai intoleransi terhadap laktosa, seperti ketidaknyamanan perut, flatulensi (akumulasi gas berlebih dalam perut dari usus besar), kembung, dan diare yang terjadi setelah mengonsumsi produk susu.” (dr. Rizal Alaydrus, MSc, pakar gizi, 2018)
Susu dari Sapi A2 yang Lebih Nyaman di Perut
Bagaimana dengan protein A2? Protein A2, atau namanya yang lebih lengkap adalah protein beta-kasein tipe A2, juga sama-sama dikandung di dalam susu sapi. Berbeda dengan protein A1 yang rese tadi, ternyata protein A2 sama sekali nggak ngajak ususnya buat berantem.
Ini kelihatan pada suatu riset yang melibatkan beberapa responden. Dalam penelitian ini, para respondennya disuruh meminum susu dari sapi dengan protein A1 dan A2 sekaligus, lalu dilanjutkan dengan minum susu dari sapi A2 tanpa protein A1. Pada akhir penelitian, para responden diminta bercerita tentang perbandingan perasaan mereka ketika minum kedua macam susu tersebut.
Bisa ditebak dong apa yang mereka rasakan. Sakit perut yang mereka rasakan ketika minum susu dari sapi A1 dan A2 sekaligus, ternyata tidak dirasakan ketika minum susu dari sapi A2. Tidak heranlah, sebab susu dari sapi A2 memang hanya mengandung protein A2, tanpa protein A1 sama sekali, sehingga lebih mudah dicerna dan nyaman di perut.
Kenapa Bisa Ada Susu Sapi A1 dan Susu Sapi A2?
Penampakan setiap segelas susu boleh aja sama, tapi ternyata sapi penghasil produk susu itu beda-beda.
Sapi penghasil susu dengan A1 dan A2 sekaligus, biasanya diternakkan di Eropa Utara, antara lain dataran Inggris atau dataran Skandinavia gitu deh. Sedangkan sapi penghasil susu A2 murni umumnya diternakkan di kawasan Asia dan Afrika.
Sapi itu awalnya ya tinggal di Asia dan Afrika bareng manusia-manusia jaman prasejarah. Lalu sekitar 5.000 tahun yang lalu, manusia mulai belajar transportasi, sehingga mereka mulai berkelana ke dataran Eropa. Ketika bepergian ke Eropa itu, mereka membawa sapi mereka.
Saat mereka belajar tinggal di Eropa, sapi mereka ikutan beradaptasi dengan tempat tinggal baru. Mau tidak mau, pakan ternak mereka pasti ikut berubah. Perubahan tempat tinggal inilah yang lama-lama membuat sel-sel para sapi mulai bermutasi, hingga sampai mengubah molekul-molekul protein susu mereka. Perubahan ini yang kemudian diteliti para ahli nutrisi di masa kini, dan para ahli pun percaya bahwa ada perbedaan yang signifikan pada protein kasein yang dihasilkan oleh sapi-sapi “mutan” di Eropa dengan sapi-sapi yang tetap tinggal di Asia atau pun Afrika.
Salah Sangka dengan Intoleransi Laktosa
Saya iseng bikin survei di Instastories minggu ini, menanyakan apa yang menjadi concern utama orang ketika sakit perut setelah minum susu. Ternyata, sekitar 70% responden survei saya menjawab, orang seringkali menyangka penyebab sakit perut mereka itu karena “intoleransi laktosa”.
(Penyebab intoleransi laktosa adalah kegagalan sistem cerna manusia untuk mencerna laktosa yang terdapat pada susu sapi. Akibatnya, laktosa di dalam usus malah menghasilkan gas hydrogen yang berlebihan. Gas ini cukup menyakiti usus, sehingga membuat penderitanya jadi merasa sakit perut.)
Meskipun fenomena intoleransi laktosa pada dewasa di Indonesia sekitar sebanyak 50%, tetapi saya sendiri nggak yakin bahwa orang-orang ini memang sungguhan tidak bisa mencerna laktosa. Karena nyatanya, mereka yang ngaku-ngaku intoleransi laktosa ini masih bisa mengonsumsi keju, mayonaise, dan macam-macam produk dairy milk lainnya. Pun setelah napas mereka dites, ternyata tidak ada tanda-tanda bahwa mereka sungguhan punya intoleransi laktosa. (Intoleransi laktosa dikonfirmasi jika napas mereka mengandung terlalu banyak hydrogen. Jika ini tidak terjadi, berarti mereka masih tolerir terhadap laktosa.)
Barangkali, alasan yang lebih masuk akal bagi para penderita sakit-perut-pasca-minum-susu ini adalah karena mereka minum susu dari sapi A1 dan A2, bukan susu dari sapi A2. Sekiranya mereka lebih pilih susu dari sapi A2 untuk mereka konsumsi, mestinya keluhan perut kembung dan mual-mual pasca minum susu itu tidak akan sampai tercetus oleh mereka.
Mengapa Masih Jarang Menemukan Merk Susu Sapi A2 di Pasaran
Persaingan merk susu sapi di pasaran ini lumayan ketat lho. Beberapa produsen kadang-kadang memilih kompromi dengan biaya operasional. Sapi-sapi peternakan mereka kadang-kadang merupakan hasil ternak silang, sehingga susunya mengandung kombinasi dari protein A1 dan protein A2 sekaligus. Yang begini ini yang masih saja bikin jadi sakit perut.
Tapi, para peternak sapi A2 menjaga kualitas peternakan mereka betul-betul supaya sapi-sapi mereka nggak sampai bermutasi menjadi tercemar protein sapi A1. Alhasil, biaya operasional mereka juga cukup tinggi. Nggak heran, susu dari sapi A2 sering banget disebut eksklusif dan dijuluki susu berkelas.
Susu dari sapi A2 umumnya dicitrakan sebagai susu yang mahal. Soalnya, selain nggak bikin jadi sakit perut, susu dari sapi A2 juga nggak mengandung beta-casamorphin-7 (BCM-7) seperti yang dikandung susu dari sapi A1. Konon, BCM-7 inilah yang kini dicurigai jadi penyebab penyakit diabetes melitus tipe 1 dan penyakit jantung. Makanya susu dari sapi A2 diburu oleh para pecinta gaya hidup sehat (termasuk saya juga) demi menghindarkan para konsumennya dari penyakit-penyakit tersebut.
Tapi, sekarang sudah ada lho merk susu dari sapi A2 yang cukup terjangkau. Contoh susu UHT yang berasal dari sapi A2 ini adalah Kin Fresh Milk (yap, masih satu brand dengan Bulgarian yoghurt yang enak itu!).
Brand managernya Kin, Tiffani Pratiwi Suwandi, bikin statement begini, “Kin Fresh Milk merupakan produk susu segar pertama di Indonesia yang berasal dari sapi A2 dan hadir sebagai pilihan yang lebih baik bagi konsumen, karena tidak menimbulkan rasa eneg atau kembung akibat minum susu. Susu dari sapi A2 ini adalah 100% susu segar, tanpa ada yang ditambahkan atau dikurangi pada kandungannya. Kin Fresh Milk hanya mengandung protein A2 yang lebih bersahabat untuk perut, sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.”
(Keterangan tentang susu UHT Kin Fresh Milk ini bisa dibaca di situs resminya, di www.kindairy.com, atau di account Instagramnya, @kindairyid).
Susu Kin Fresh Milk yang merupakan susu berkelas alami ini gampang banget ditemukan di supermarket-supermarket terdekat di kota kita. Saya sendiri, nemu produk-produk Kin Fresh Milk di Superindo, dekat rumah saya di Surabaya.
Dan, variannya lengkap pula. Kemasan tutup warna cokelat tua adalah Kin Fresh Milk versi susu coklat yang merupakan susu segar dengan coklat bubuk. Kemasan tutup warna cokelat muda merupakan susu Kin rasa kopi. Saya sendiri lebih suka Kin Fresh Milk tutup warna merah yang rasa full cream, hihihi..
Menurut saya sih, orang-orang yang mengeluh perutnya kembung saban kali habis minum susu, sebaiknya mulai mempertimbangkan, jangan-jangan memang protein A1 di dalam susunya yang bikin mereka jadi sakit perut. Dengan minum susu dari sapi A2, tentu mereka akan dapat manfaat susu sapi murni secara optimal, tanpa harus jadi berteman dengan toilet.
Bagaimana dengan kamu? Gimana cara kamu memilih susu yang segar untuk dikonsumsi sehari-hari?
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Nah, aku pernah termasuk tim yang mual setiap minum susu.
Memang sih insidental banget, maksudnya ga setiap saat, gitu
Tapi, lain cerita kalau susunya dicampur kopi, itu malah semakin nikmat, ga ada mual tuh.
Semua produk olahan susu pun juga bisa aku makan seperti keju dan es krim. Ga ada masalah!
Yang paling parah saat hamil dulu, itu mualnya kebangetan pas habis minum susu bumil.
Ampuuun, dah.
Ternyata itu penyebabnya ya.
Beklah!
Mungkin ketika mual, susu yang diminum itu susu dari sapi A1.
Tapi pada kasus mual ketika hamil, memang hormon ibu hamilnya yang membuat mual, Mbak. Jadi kalau kadar hormonnya memang tinggi, tanpa susu pun tetap akan mual..
Sebetulnya aku baru tahu istilah susu yang mengandung protein A2. Biasanya ya minum susu ya minum susu aja :). Tapi baca tulisan ini membuat aku jadi lebih banyak tahu tentang perbedan susu A2 yang mengandung protein dan yang tidak. Ngomong2 soal susu Kin ini, aku suka banget. Apalagi diminum dingin dingin. Susu Kin ini juga sering promo di stasiun Palmerah, Jakarta. Sayang kalau ga beli :p
Aku bantuin dikit ya, Lid. 🙂 Sebetulnya semua susu sapi mengandung protein khusus. Protein khusus ini namanya kasein.
Tapi kasein itu sendiri ada 2 macam, yaitu kasein A1 dan kasein A2, dan kedua macam protein kasein ini yang membedakan susu sapi A1 dan susu sapi A2 🙂
Jadi di stasiun Palmerah sering promo Kin ya? Berapa persen diskon Kin-nya di situ?
nah itu, selama ini juga aku memaklumi orang yang perutnya nggak kuat sama susu ya alasan intelorelan ini. katanya orang indonesia memang tinggi angkanya. ternyata karena kandungan protein dalam sapinya yang ngga sesuai, ya.
cuss ah cari KIN abis ini.
Sebetulnya belum ada penelitian tentang banyaknya orang Indonesia yang mengalami intoleransi laktosa. Sebab kalau demikian adanya, maka keju, coklat susu, dan bahan-bahan dairy lainnya tentu tidak akan laku.
Jadi perlu dicari tahu apakah memang benar orangnya intoleran terhadap laktosa atau hanya sekedar intoleran terhadap protein A1 susu sapi.
Temanku baru aja cerita kemarin. Dia sebetulnya suka susu tapi setiap minum pasti sakit peut. Mungkin susu Kin Fresh Milk ini bisa aku rekomendasikan. tengkyu infonya mbaa
Oke, semoga temennya bisa menikmati susu dengan Kin Dairy Fresh Milk ini ya 🙂
Kalau susu dari sapi2 di Boyolali itu masuknya jenis apa ya mbak? Soalnya pas kuliah di Solo itu banyak tenda2 susu boyolali dan rasanya enak, cocok di saya juga. Nggak bikin perut bermasalah.
Wah, saya belum pernah lihat sapi di Boyolali. Kalau saya sudah ngerti susu sapinya Boyolali nanti, saya kasih tahu ya..
Abis baca ini baru ngerti kenapa suka mules abis minum susu.. Ternyata susu A2 yang bagus ya mbak.
Hmm.. Ku jadi pengen nyoba Varian Kin yang coffee hahaha #antimainstreammodeon
Coba aja, Mbak Yulie. 🙂 Enak kok 🙂
Waktu kecil bisa dibilang aku benciii banget tiap disuruh minum susu. Kalo mama ga liat, susunya selalu sukses aku buang di wastafel ato pot bunga :p. Ug bikin aku ga suka bukan krn bikin kembung, tp baunya itu vic :p. Lgs mau muntah nyium susu. Makanya kalo kepaksa minum, aku pasti tutup idung. Trus lg, kalo susu bubuk, kdg bubuknya ga bisa larut sempurna. Jd mamaku pasti saring.
Pernah juga langganan susu sapi cair, yg baunya sama aja. Yg bikin aku makin muntah, kalo lama dibiarin, selalu ada lemak susu mengambang. Adekku doyan bangettttt. Aku sukses nangis2 pas nelan hahahaha.
tp lama2 mama kasian juga kayaknya. Akhirnya aku dibebasin milih susu sendiri. Aku coba yg coklat, baru bisa suka. Krn bau susu yg aku benci ketutup ama wangi coklat. Sampe skr kalopun hrs minum susu, aku pasti pilih susu coklat :D. Ga akan prnh susu putih. Msh blm bisa ngilangin mual nyium aromanya.
Tapi anehnya, kalo susu putihnya diolah jd sup krim, kuah soto betawi ato makanan lain, aku doyaaaan. Yg ptg bukan dlm bntuk susu murni :p
Weww.. Kamu kayak sepupuku, Fan, eneg nyium bau susu semenjak kecil. Ini yang kutakutkan kalau anakku sampai eneg juga jika nyium bau susu. Jadi aku nyoba macem-macem cara untuk antisipasi.
Aku selalu usahain anakku supaya jangan sampai benci susu. Bosen boleh, tapi jangan sampai jadi antipati. Jadi, aku berusaha supaya saban kali minum susu itu menjadi acara yang menyenangkan. Supaya dia nggak mengasosiasikan susu dengan memori jelek.
Terus, ini nih, aku kalo nyusuin anakku berusaha jangan sampai ASI-ku tumpah ke baju. Kalau ASI-ku netes ke baju, segera ganti baju. Sebab anak itu aku gendong terus-menerus, jangan sampai dia mencium bau bekas susu di bajuku, itu akan bikin dia mengingatnya sebagai bau eneg.
Barusan udah coba KIN yang cokelat. Iya ih, minum sebotol gak berasa eneg dan mual. Biasanya kalau udah minum susu, apalagi rasa cokelat, suka kayak kembung gak enak gitu di perut.
Wah, seneng banget dirimu yang udah nyobain Kin ikutan testimoni di sini, Mey 🙂
Waaa … aku nih yang suka langsung diare setelah minum susu sapi. Berarti musti coba Kin Dairy ya?
Cobaiin! Asyik kan kalo bisa minum susu tanpa diare?