Kemegahan Raja Tembakau Deli

Tak semua orang Medan itu orang Batak. Itulah yang saya sadari sewaktu saya tiba di Istana Maimun, salah satu tempat wisata di Medan yang bersejarah ini.

Liburan ke Istana Maimun, Tempat Wisata di Medan

Hari sudah menjelang sore ketika saya tiba di halaman Istana Maimun. Istana yang konon jadi tempat wisata di Medan yang cukup beken itu kelihatan megah dan cantik. Saya yang baru pertama kali lihat istana kerajaan pun terpana.

Ketika itu tahun 1992 dan umur saya baru 10 tahun. Saya diajak liburan ke Medan oleh orang tua saya. Itu pertama kalinya saya melihat Sumatera. Dan melihat tanah Batak yang ternyata bukan cuman dihuni orang Batak.

Kami belum pernah lihat Medan. Guide kami, yang sebetulnya salah satu staf dari perusahaan rekanannya ayah saya, ngajakin kami city hall ringan dengan menikmati Istana Maimun. Waktu itu belum banyak alternatif tempat wisata di Medan, dan Istana Maimun itu ya jadi satu-satunya pilihan.

Dalemnya istana itu kayak apa sih? Apakah di sana beneran ada putri dan pangeran yang tinggal di tempat tidur tinggi-tinggi dengan kelambu dan sofa-sofa yang dibikin dari emas dan kulit joknya dari beludru? *saya kebanyakan baca buku Hans Christian Andersen*

Istana Maimun: Hall di sana sini

Kami masuk ke dalam Istana Maimun itu, dan ternyata bangunannya istana ini macam gedung dua lantai yang sangat luas. Khasnya rumah-rumah adat, pada dasarnya gedungnya ini terdiri dari hall, dan dua sayap bangunan yang nampaknya difungsikan buat ruang pribadi anggota keluarga laki-laki dan ruang pribadi keluarga perempuan.

Guide-nya bolak-balik ngoceh tentang gaya bangunan yang konon merupakan campuran dari gaya Melayu dan Eropa. Beberapa kali menunjukkan barang-barang di dalam istana macam lukisan, pajangan, yang sepertinya adalah benda-benda milik raja dari Istana Maimun. Di temboknya banyak banget foto-foto dari keturunan raja Istana Maimun dari generasi ke generasi.

Saya sendiri nggak terlalu tertarik dengan benda-benda pameran yang dipajang di sana, soalnya waktu itu usia saya baru 10 tahun, sehingga saya belum bisa bedain mana emas dan mana kuningan. Semua barang nampak kuno. Korden-korden yang menghiasi jendela dan pintunya nampak berwarna-warni kuning cerah, tapi kelihatan kuno juga.

Istana Maimun tempat wisata di Medan untuk liburan
Bangunan Istana Maimun, salah satu tempat wisata di Medan. Foto dijepret oleh @ivanbuci

Guide-nya juga bersemangat ngajakin kami lihat salah satu benda pusaka di halamannya Istana Maimun, yaitu suatu meriam yang dinamain Meriam Buntung. Banyak orang mengerumuni meriam itu dan berdoa di sekitarnya.

Untung guide-nya bilang kalau itu meriam. Kalau nggak, saya menyangka itu kuburan. Lha orang-orang pada naruh sesajen kembang di situ, jeh..

Sebetulnya kami diajakin guide-nya untuk foto-fotoan pakai baju adatnya Istana Maimun yang kebetulan disewain di sana. Cuman karena waktu itu kami rada males kalau sewa baju cuman buat dipakai 15 menitan doang, jadi kami skip tawaran itu.

Nggak terlalu lama saya di sana, karena orang tua saya terburu-buru demi acara lain. Tapi kunjungan itu cukup deh untuk kasih tahu saya bahwa kota Medan yang macet itu punya tempat wisata yang menarik buat foto-fotoan.

Satu hal yang masih bikin saya bingung setelah meninggalkan Medan adalah Medan yang nggak sama dengan buku-buku tentang Sumatera Utara yang saya pernah baca. Di buku-buku sering kali dijelasin bahwa orang-orang di Sumatera Utara itu kulitnya coklat-coklat, baju-bajunya berwarna cenderung warna-warna tanah, dan rumahnya bergaya rumah panggung dengan atap yang tinggi-tinggi, yang bagian atasnya untuk area tidur, sedangkan bagian bawahnya untuk piara hewan ternak.

Istana Maimun sama sekali nggak kayak gitu. Nuansanya campuran antara emas, perak, cenderung bling-bling. Baju-baju sewaan yang ditawarin juga rata-rata berkilap-kilap. Malah menurut saya lebih cenderung agak mirip gaya orang-orang di Riau, menurut saya waktu itu.

asal usul istana Maimun
Bagian dalam interior Istana Maimun didominasi ambience dari Kesultanan Deli di masa lalu. Nampak pengunjung antusias memakai baju adat gaya Deli di depan singgasana sultan. Foto diambil oleh @ivanbuci

Dan saya juga bingung kenapa guide-nya bolak-balik ngomong bahwa istana ini dipengaruhi gaya Italia. Saya waktu itu mau tanya, apakah rajanya Istana Maimun sering bergaul sama orang Italia? Karena seingat saya, kalau bener istana ini dibangun pada jaman sebelum kemerdekaan, nggak ada Italia ikut-ikutan menjajah Indonesia. Apakah barangkali raja Istana Maimun suka jalan-jalan pelesir ke Italia, makanya jadi fans bangunan Italia? Tapi kalo dipikir-pikir, jaman dulu mah raja-raja di Indonesia senengnya gaya bangunan Arab, India atau Cina, atau Belanda aja khas kepala inlander, yang jelas bukan gaya Italia.

Saya memendam rasa penasaran saya lantaran waktu itu kan belum ada internet untuk cari tahu, plus guide-nya juga rada kurang memadai penjelasannya (dan saya yang masih berumur 10 tahun waktu itu masih rada pemalu buat nanya-nanya).

Asal-usul Istana Maimun

Pas sudah gede dan bergaul dengan beberapa kawan asal Medan, saya mulai ngeh cerita asal-muasalnya Istana Maimun ini. Yang pertama dari segala pertama, ternyata istana Maimun itu bukan gedungnya orang Batak. Rajanya bukan orang Batak. Istananya bukan dibangun atas keinginan raja Maimun (lho?).

Membuat saya terbengong-bengong.

Hal yang mesti diketahui turis ketika pertama kali datang ke Medan adalah, Medan sebagai ibukota Sumatera Utara nggak cuman dihuni orang Batak doang. Ada suku lain yang cukup mendominasi di sana juga, namanya suku Melayu Deli. Nah, suku Melayu Deli inilah yang jadi pemilik awalnya Istana Maimun.

Jaman dulu tuh, di daerah Sumatera Utara ini ada kerajaan kecil yang namanya Deli. Rakyat kerajaan Deli ini berasal dari suku Karo, populasi etnis yang tinggal di kawasan Sumatera Utara sebelah timur laut, pesisir tepi Selat Malaka. Rajanya disebut sultan.

Lokasi Kesultanan Deli
Lokasi Kesultanan Deli pada jaman penjajahan Belanda, berada di sebelah utara Danau Toba.
Gambar dari Wikipedia.

Orang-orang Deli ini punya mata pencaharian sebagai petani tembakau. Memang daerah itu cukup bagus buat ditanamin tembakau. Ketika orang-orang Belanda masuk ke tanah Sumatera dalam bentuk BUMN-nya Belanda bernama VOC, mereka kepingin jadi investor sekaligus ngurusin manajemen tembakau di Deli ini. Maka mereka bikin perjanjian MOU dengan sultannya Deli untuk jadi pengurus tembakau satu-satunya di kawasan Deli, sedangkan sultannya Deli akan dapet komisi sebagai kompensasinya.

Ndilalah ternyata tembakaunya Deli sukses berat terjual di pasar bebas Eropa, jadi profit bagi bisnisnya VOC pun moncer banget. Kesultanan Deli pun dapet komisinya juga gede, makanya kerajaan itu lumayan jadi tajir. Malah nggak cuman dapet komisi, orang-orang Belanda itu pun bahkan berinisiatif untuk memberikan hadiah kepada Kesultanan Deli berupa.. sebuah istana. Awwww.

Sultan Deli yang menerima hibah pembangunan istana dari Belanda.

Dan Belanda juga yang membuatkan istananya itu. Mereka suruh salah satu pegawainya Belanda yang kebetulan punya background arsitek untuk merancang istananya. Si arsitek ini kebetulan turunan Italia, makanya referensi karyanya ya bangunan-bangunan gaya Italia. Akibatnya istananya memang jadi kayak bangunan Italia, kelihatan dari bentuk daun jendela dan pintunya yang lebar-lebar.

Istana Maimun pada masa kini

Sebetulnya kalau saya mengingat-ingat kunjungan saya ke istana Maimun itu, kesan saya malah suasananya cenderung muram lantaran banyak barang pameran yang cenderung berdebu dan sudah kusam. Pernak-pernik macam tirai juga saya rasa kok sudah rada usang dimakan waktu.

Harga Tiket Masuk Istana Maimun

ItemHarga
Tiket masukRp 5k / orang
Sewa pakaianRp 30k / orang

Memang ternyata pengelolaan Istana Maimun sekarang dikerjain sendiri oleh yayasannya keluarga Kesultanan Deli, sambil kadang-kadang dibantu oleh pemerintah daerah lantaran Istana Maimun ini dianggap sebagai cagar budaya. Dari pengunjungnya sendiri yang memperlakukan Istana Maimun sebagai objek wisata, istana ini cuman menarik retribusi yang menurut saya malah terlalu murah.

Pengunjungnya Istana Maimun sampai hari ini cukup buanyak banget, dan motivasi orang kemari rerata adalah buat foto-fotoan selfie di bangunannya. Sebagian bahkan juga datang untuk berdoa di depan meriam Puntung sambil tabur kembang.

Saya sendiri kepingin kemari lagi suatu hari nanti, untuk belajar lebih banyak tentang Deli, yang rupanya tembakaunya sudah bikin penjajah Belanda makmur jaya sentosa tapi masih nggak seberapa kontribusinya buat bikin penduduk Sumatera untuk sejahtera. Istana Maimun ini nggak cuman peninggalan keluarga kerajaan Deli doang lho, tapi sebetulnya tempat ini merupakan museum lokal menyangkut masa lalu kerajaan tembakau yang cukup tajir pada masanya.

Sekitaran Istana Maimun

Sekarang jalan-jalan keliling Medan dengan Istana Maimun-nya itu cukup menyenangkan, soalnya selain transportasinya yang cukup gampang dengan angkot di mana-mana, juga banyak hotel yang cukup nyaman buat diinapin. Kalau kemaren-kemaren saya cerita tentang Makassar yang jadi metropolitannya Sulawesi, maka Medan ini adalah metropolitannya Sumatera.

Ada banyak hotel lho di sekitaran Istana Maimun, jadi sepulang dari istana ini, kita bisa langsung masuk hotel buat melepas penat.

Hotel Bintang Tiga: Hermes Hotel Medan

Atau nama lengkapnya adalah Hermes Palace Hotel. Hotel ini disukai orang banyak lantaran lokasinya yang strategis dikepung oleh rumah-rumah makan. Tamu jadi nggak perlu kuatir kelaparan kalau mau menginap di sini. Tak ada kolam renang di sini, but hey, ini Medan, Bung! Waktunya wisata kuliner, hahahaa..

Hotel Bintang Empat: Madani Syariah Hotel Medan

Turis-turis yang mau hotelnya sedia makanan dan minuman halal only suka banget tinggal di sini. Kalau cuman punya waktu satu hari aja untuk tour keliling tempat wisata di Medan, nginep di sini bakalan asyik banget karena dari hotel ini tinggal menyeberang aja menuju Taman Sri Deli, Masjid Raya Al-Mashun, dan akhirnya Istana Maimun itu sendiri.

Hotel Bintang Lima: Hotel Danau Toba Medan

Sering disebut juga oleh orang-orang sebagai Danau Toba International Hotel. Berada di pusat kota, cocok untuk staycation lantaran hotel ini punya kolam renang yang cukup ciamik. Kalau bosan di dalam kamar, tinggal main gratis ke karaokenya yang jelas ahli dalam urusan lagu-lagu Batak.

Hotel di Medan: Danau Toba Medan (hotel bintang lima di Medan), Hermes Hotel (hotel bintang tiga di Medan), Madani Hotel Medan (hotel bintang empat di Medan)
Beberapa hotel di Medan. Kiri atas: Kolam renang Hotel Danau Toba International Medan. Kanan atas: Fasad bangunan Hermes Hotel Medan. Bawah: Balkon Madani Syariah Hotel berhadapan langsung dengan Masjid Raya Al Mashun.
Foto dari pegipegi.com

Booking Hotel di Medan

Room Deal dari Kupon Pegipegi

Alhamdulillah sekarang udah banyak banget hotel di Medan yang memberlakukan room deal, jadi harganya juga nggak mahal-mahal banget. Saya sendiri pengguna aplikasi Pegipegi, dan saya sering dapet kupon Pegipegi untuk diskon nginep di hotel.

Ambil contohnya ya, untuk pekan ini, ada diskon 10% kalau bayar pakai kode kupon Pegipegi CNY10R, asalkan minimum transaksinya Rp 400k. Malahan, diskonnya jadi 12%, kalau bayar pakai kartu kredit CIMB Niaga, dengan kode kupon Pegipegi CIMB12 dan transaksinya pada hari Rabu.

Oh iya, cara sewa kamar hotel di Medan di Pegipegi ini gampang banget lho.

  1. Tinggal download aplikasi Pegipegi di Android.
  2. Pilih menu Hotel.
  3. Isi kolom “Di mana Anda akan menginap?” (Contoh: Medan .)
  4. Isi kolom tanggal check in dan check out.
  5. Isi jumlah malam. (Mau nginep berapa malam?)
  6. Isi jumlah kamar yang mau disewa.
  7. Tekan Cari Hotel.
  8. Muncul halaman baru, berisi daftar hotel di kota yang dituju. Pilih salah satu hotel yang kita sukai.
  9. Muncul halaman hotel yang kita sukai, pilih salah satu jenis kamar yang kita sukai dan jumlah kamar yang kita butuhkan.
  10. Isi kolom identitas dengan identitas kita.
  11. Tekan Lanjut Metode Pembayaran.
  12. Pilih metode pembayaran sesuai kemampuan kita. Bisa pilih antara transfer bank, kartu kredit Visa, internet banking KlikBCA, atau pembayaran di Indomaret.
  13. Tekan Lanjut Pembayaran.
  14. Tekan Bayar.
  15. Setelah kita bayar, voucher atas pemesanan hotel ini akan masuk ke email kita.
  16. Datang ke hotel dan tunjukkan email di HP ini kepada resepsionis hotel, lalu nginep deh!

Nah, ringkas banget kan? Makanya kalau mau cari hotel di Medan, buka Pegipegi aja 🙂

Mau Jalan-jalan ke Medan?

Gampang kan jalan-jalan ke Medan? Saya sendiri pingin balik lagi ke Istana Maimun, terus main ke berbagai tempat wisata di Medan lainnya kayak rumah Tjong A Fie dan mesjid Agung Medan, lalu kelayapan cari bumbu andaliman. Apakah kamu sudah ke Istana Maimun? Gimana pendapatmu buat bikin istana itu lebih seru?

17 comments

  1. Yani says:

    Salam kenal mba,
    Maksudnya bumbu andaliman kali ya mba? Saya suka bgt reviewnya ttg istana maimun, jujur saya yg org medan aja baru 2 kali datang kesana itupun sebagai turguide saudara yg datang ke medan, memang harga tiket menurut saya terlalu murah seharusnya harga dinaikkan 2-3 kali lipat utk menjaring pengunjung yang agak sedikit khusus, sering saya lihat istana penuh gak jelas gitu, padahal penjaga gak banyak kawatir byk aset yg hilang.
    trus juga seharusnya ada video ttg sejarah singkat istana maimun biar pengujung diberi pengetahuan sedikit ttg sejarahnya. Itu saja sih.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Hai, Kak Yani. Iyaa, yang saya maksud itu bumbu andaliman.. (ngetik sambil tepok jidat)
      Saya nggak kaget denger orang Medan sendiri baru ke Istana Maimun dua kali. Barangkali buat penduduk Medan sendiri, istana ini biasa ya.. Padahal di kota saya sendiri nggak ada istana-istanaan, karena memang di kota saya tidak ada sejarah pernah diperintah oleh keluarga monarki.
      Mudah-mudahan yayasannya keluarga kesultanan Deli bisa menjaga barang-barang di sana dengan lebih baik. Saya juga setuju kalau tiket masuk ke sana dinaikkan harganya.

  2. Tempat-tempat bersejarah semacam ini jadi objek wisata favorit saya karena liburan jadi punya nilai lebih, memperkaya batin.
    Semoga kelak ada umur dan rezeki singgah ke Istana Maimun.

  3. Betul, mbak. Di Sumatera Utara nggak semuanya orang Batak, dan nggak semua orang Batak adalah Kristen. Warna kuning memang identik dengan suku Melayu, megah gitu kesannya kayak emas 😀

    Aku ke sini tahun 2016 lalu. Naik bentor bentar dari Masjid Raya Medan.

  4. dita says:

    eh iya loh,
    aku pikir di meriam itu kuburan, soalnya banyak sajen kembang-kembangnya, trus orang-orang tu pada khusyuk di situ entah ngapain.
    saya pas masuk ke situ kan jadi horror gimana gitu. hahaha

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Tentang Meriam Buntung:
      Pada masa sebelum kesultanan Deli pemilik Istana Maimun ini berdiri, leluhur rakyat Deli bernama Mambang Khayali dan adiknya, Putri Hijau.
      Suatu hari, daerah Deli ini diserang oleh pasukan kerajaan tetangganya yang ingin mengawini Putri Hijau secara paksa.
      Untuk membela diri, Mambang Khayali mengubah diri menjadi meriam (ajib banget nggak sih?).
      Singkat cerita, daerah Deli jatuh menjadi wilayah kekuasaan kerajaan tetangga, meriam jelmaannya Khayali ini jadi rusak dan buntung.
      Untuk mengenang jasa Khayali yang sudah membela tanah air mereka, rakyat Deli memutuskan untuk merawat meriam ini dan menghiasinya dengan kembang, hingga sekarang.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Sayang kalo belum pernah, Mbak. Bengkulu-Medan itu durasi terbang dan. harga tiketnya hampir sama kayak Bengkulu-Jogja. Tapi harga hotelnya Medan masih lebih murah daripada Jogja. Dieksekusi ajalah..

Tinggalkan komentar