Anak saya baru berumur 11 bulan dan tingkahnya mirip Christophorus Columbus. Rumah adalah tempatnya menjelajah dan dia bikin saya selalu telat mandi. Dia belum bisa jalan sendiri, tapi dia merangkak dengan sangat cepat. Kadang-kadang saya takut dia saking begitu keponya, sampai-sampai dia bisa nabrak ujung meja yang tajam, jatuh dari tangga, atau ngemut kabel charger, sehingga waktu saya 24 jam habis cuman buat ngawasin dia.
Badan Fidel, sayangnya nggak sebesar yang diharapkan kurva Denver karena waktu lahir pun bobotnya juga irit. Tinggi badannya di bawah standar populasi normal, berat badannya bikin saya malas pamer-pamer di forum parenting sosial media. Tapi dokter tumbuhkembangnya bilang anak saya sangat pandai. Dia bayi sehat. Kemampuan motoriknya sesuai standar umurnya, kemampuan bicara dan keterampilan interaksi sosialnya melebihi bayi semurnya. Dokternya bolak-balik memperingatkan saya supaya selalu mengawasinya, jangan sampai dia celaka karena dia begitu gesit. Dokternya benar.
Saking pinternya bocah ini, dia membuat saya sinting. Mengawasinya 24 jam bikin saya nggak punya me time. Padahal saya merasa harus punya kegiatan sendiri supaya saya tetap waras. Akibatnya saya milih dua-duanya; saya nulis artikel pesanan klien sambil ngawasin Fidel, saya interview narasumber pun sambil ngawasin Fidel, saya ngerjain tiket pesanan customer juga sambil ngawasin Fidel, saya ngawasin pergerakan harga saham pun sambil ngawasin Fidel. Saya bahkan pup sambil bawa stroller ke toilet.
Lalu suatu hari terjadilah ini.
Saya lagi duduk di sofa living room, terlalu pada smartphone karena seorang customer lagi konsultasi kepingin cari hotel buat nginepin rombongan 13 tamu di Kuta. Fidel merangkak di sekeliling rumah, sekali-kali berusaha berdiri sambil memanjat lemari. Saya pencet-pencet HP sambil sesekali melirik dia. Tiba-tiba terdengar suara..BRAAAK!
Saya terloncat kaget. Ternyata Fidel sudah terduduk di sebelah lemari rendah. Di sebelah Fidel, panci yang berisi sop ayam yang saya masak kemaren, sudah terguling. Isinya sebagian, tumpah.
Panci itu ditaruh suami saya di atas lemari. Lemari itu lebih jangkung dari anak saya lho. Dan sekarang pancinya sudah di lantai. Terguling.
“Owalah. Fidel,” gumam saya.
Dia ngeliatin saya. Sepanjang tadi dia bermain sambil ngoceh, tapi sekarang mulutnya mingkem.
Saya gendong dia dari lantai, lalu saya taruh dia di stroller. Lalu dia ngawasin saya mungutin sisa-sisa sayuran dari lantai; potongannya wortel, suwiran daging ayam. Saya pel kuahnya yang ditumpahin Fidel tadi. Ya Allah, 200 cc kuah sop. Untung kemaren ayam yang saya beli itu cuman ayam negeri. Kalau aja yang tumpah itu kuah ayam kampung, pasti saya nangis dah.
Selesai saya bersihkan sisa-sisa kekacauannya, saya gendong lagi Fidel dari stroller, terus saya turunin di lantai. Biasanya dia akan merangkak-rangkak lagi menjelajah keliling ruangan. Dan saya sudah siap balik ke smartphone buat kerjain proyeknya customer.
Tapi..Fidel nggak balik main lagi. Dia malah menghampiri sofa tempat saya duduk. Lalu dia memanjat sofa, lalu dia..meluk saya.
“Ya Allah, Nak,” gumam saya sambil membuka baju. Dan kemudian dia menyusu.
Bocah berumur 11 bulan ini kuatir saya marah karena dia numpahin sop masakan saya.
“Enggak, Nak, Mama nggak marah,” kata saya sambil mengelus-elus kepalanya sementara dia terus menyusu.
Saya sungguhan. Saya lebih marah ke diri saya sendiri. Karena saya menyepelekan kemampuan anak saya. Lha saya nggak ngira sekarang bayi saya sudah cukup tinggi untuk bisa menggapai-gapai panci. Perasaan kemaren dia belom setinggi itu deh.
Dia cuman nyusu satu menit, habis itu dia turun sendiri dari pangkuan saya dan merangkak-rangkak lagi keliling ruangan. My little Columbus.
Haiaah..begitu cepat dia merasa bersalah, begitu cepat rasa khawatirnya hilang, hahahaha.
Saya pingin sekali defrag ulang isi rumah. Saya pingin beli lemari makanan. Yang ada pintunya. Supaya saya bisa nyimpan sop tanpa dijangkau bayi kecil saya. Dan bayi saya bisa main eksplorasi semaunya supaya dia makin cerdas.
Jadi saya ingat-ingat pelajaran ini, setiap kali anak saya berbuat kerusakan baru, ingatlah bahwa itu artinya dia sudah lebih pintar daripada kemaren. Dan siapa yang ngajarin dia sehingga dia lebih pintar sekarang? Saya.
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Fidel kyk Dema anakku no 2 kecil2 gesit. Meleng dikit wes ada aja letak barang yg berubah :))
Yg penting sehat yo Mbak Vick? 😀
Iya, yang penting nggak sakit. Kalau udah demam aja nanti kita yang ibunya jadi pusing
Saya juga nggak berani meleng dari si kecil mbak, takut kejedot dll. Semangat ya mbaaak. Fidel anaknya aktif pasti pintar.
Amien.. saya juga berharap demikian 🙂
Bisa kebayang mba, sekelabt mata Fidel udah siap beraksi lagi hahaha.
Ceritanya lucu, kek iklan di TV. Bedanya ini nggak berantakan nggak belajar 😀
Iklan yang mana ya? Saya nggak pernah nonton tv..
Hihihi, judulnya membuat saya kemari. Bikin senyum-senyum sendiri. Rumah berantakan, saya kewalahan. Me time? apaan! Tapi, ya senang juga liat dia senang. Btw, masih ada untungnya ya mbak kuah sopnya yang tumpah bukan dari kaldu ayam kampung, hehehe.
Iya, saya kalau bikin kuah sop dari ayam kampung, bikinnya sepenuh hati.
Tapi kalau bikinnya dari ayam negeri, ya saya ikhlasin aja kalau kuahnya rusak. Hahahahaha..
Baru tahu Mbak Vicky migrasi blog. Berarti terakhir buka lebih dari enam bulan lalu ya. Di rumah, semua barang “berbahaya” juga sudah diungsikan ke daerah di atas 1,5 meter. Sebab, ada titisan Thomas Alva Edison umur dua tahun lima bulan yang sudah kebelet bikin laboratorium di rumah.
Juga, kalau main ke tempat Mbah, survei dulu sekilas rumah Mbah, apakah ada hiasan pecah belah yang masih ada di meja. Sebab, hiasan itu bisa dalam hitungan detik jadi rongsokan.
Tapi begitulah seninya. Berdasar pengalaman dari anak pertama, umur empat tahun sudah berkurang karena sudah punya komunitas sebaya. Atau, malah mereka bikin konspirasi yang lebih besar ya?
Haii..Mas Bayu, apa kabar?? Long time no hear!
Anak saya sudah berkembang pesat sekarang semenjak saya menulis artikel ini. Dia sudah nyampluk gelas sampai pecah, dia sudah menyobek kalender sehingga membuat timeline di rumah saya maju satu bulan, dan dia sudah mengobok-obok tong sampah. Dan saya tinggal mengusap keringat doang, hihihi..
anakku juga waktu lahir beratnya dibawah normal, jadi sekarang beratnya ga kayak anak2 lain, masih di kurva normal sih, tapi secara kasat mata kurus, walaupun ga kurus banget…. dan dia juga sama kayak fidel, aktifnya ampun2… mungkin karena mungil kali ya makanya aktif hehehehe…
Ya, sepertinya Tuhan Mahaadil ya, Mel. Kita mungkin diberi bayi yang badannya kecil-kecil, tapi anak-anak mungil ini tingkahnya gesit bukan main, hahahaha..
Fideeeel… Cium dulu sini! :*
Hahahahahaha!
wow aktif banget kamu nak. anak cerdas! tumbuh sehat terus yaaa..
Amien. Makasih sudah didoain nih sama Om Dion..
Hihihi… fidel pinter ya. Cup cup jgn ngerasa bersalah lagi.
Btw, ud ga kerja di rs lg bu dok?
Nggak dong 🙂