Sewaktu saya jadi sinden di acara webinarnya komunitas WordPress bulan lalu (lihat linknya di video webinar ini ya -> Mendapatkan Penghasilan sebagai Blogger), seorang blogger bernama Elisa Fariesta nanya ke saya, gimana caranya bikin orang ngeklik link yang kita bagikan di media sosial.
Sebetulnya pertanyaan kayak gini udah sering ditanyain ke saya tiap kali saya jadi sinden, terus jawaban saya selalu sama aja: Yaa bikin aja copywriting yang menarik.
Cuman ya nggak semua content creators nyaho tentang definisi menarik itu. Saya sendiri selalu menganggap menarik itu tergantung penontonnya. Kalo penontonnya anggap pengantar link itu menarik, maka dia akan pencet link-nya. Cuman definisi menarik bagi tiap penonton tentu beda-beda.
Nah, kemaren tuh saya bikin 3 Stories di Instagram yang isinya mengandung link semua. Alhamdulillah tiap link itu ada aja yang ngeklik, meskipun jumlah pengekliknya juga beda-beda. Fakta yang menarik, justru Story yang terakhir itu yang paling banyak link-nya, padahal Story-nya nggak estetik banget.
Story pertama yang saya publish kemaren adalah video Story saya lagi makan di restoran Melayu. Sengaja saya bikin 3 slide untuk Story restoran ini, karena saya ingin penonton itu mencet tag restorannya di slide terakhir (pada 2 slide pertama itu, tag restorannya sengaja saya umpetin). Coba tebak, dari sekian banyak orang yang nonton Story-nya, yang mencet itu sebanyak 18% penonton.
Story kedua terdiri dari satu slide aja. Yaitu berupa foto screenshoot artikel saya yang berjudul Bikin Dashboard Analytic Sendiri. Link menuju artikelnya ditaruh di bawah fotonya. Nah, dari sekian banyak orang yang nonton Story ini, ternyata yang mencet ada 10%.
Story ketiga itu agak saya niatin dikiiit. Yaitu Story buat promosiin bakul Ahrefs yang jadi langganan saya. Ini berupa satu slide doang, yaitu foto hasil report-nya Ahrefs. Link menuju halaman bakulnya ditaruh di bawah foto screenshoot-nya. Coba tebak yang mencet linknya ada berapa? Err.. 22%.
Sebenarnya cara saya bikin copywriting untuk promosiin bakul Ahrefs ini sederhana aja. Seperti yang selalu bilang, pakailah rumus AIDA. Attention, Interest, Desire, Action.
Nah, sebenarnya syarat supaya rumus copywriting-nya berhasil, adalah satu: Harus ngerti kayak apa audiens yang nonton.
Audiens dari Story saya itu karakter personanya gini lho: Perempuan, umur 25-35 tahun, kebanyakan adalah blogger juga, kepingin beli tool audit website, tapi dompetnya cekak. Mereka umumnya sudah kenal sama Ahrefs, tapi sungkan untuk beli karena harga sewa account-nya Ahrefs itu emang jutaan rupiah.
Pikir mereka, daripada nyewa account, mending duit segitu dipake buat staycation di hotel yang nyimut. Tahu dari mana? Soalnya tiap kali saya posting video hotel, pasti banyak yang kirim direct message.
Kebetulan produk account Ahrefs yang saya jual ini, harganya nggak sampai setinggi harga staycation nyimut itu. Makanya saya bikin copy-nya menyesuaikan.
Attention: Saya pakai satu kalimat aja, sebaris doang karena kita berhadapan dengan penonton Instagram yang skimmer ulung.
Kalimat Attention yang saya tulis adalah, Apakah Ahrefs Memang Mahal?
Di bawah Attention itu saya kasih foto screenshoot report Ahrefs yang khas pakai grafik-grafik itu. Biar menarik.
Interest: Saya pakai 1-2 kalimat, yang intinya berempati kepada keinginan hidup audiens, yaitu ingin ngaudit website kompetitor. Tapi nggak berani nanyain password buat masuk ke jeroan website-nya.
Maka kalimat Interest yang saya tulis adalah, Mau ngaudit website lain nggak harus punya akses ke adminnya.
Desire: Saya pakai 1-2 kalimat, yang intinya mengungkit masalah terbesar audiens. Audiens ini cewek, biasanya mahmud. Di bulan Juni ini, biasanya mereka lagi ancang-ancang cari-cari tempat buat liburan untuk anak-anaknya yang masih balita.
Jadi saya tulis Desire-nya, Cukup sewa tool audit aja, sewa bentar aja juga boleh, dan nggak perlu ngerampok anggaranmu buat staycation bulan depan.
Action: Saya pakai kalimat yang mengandung call to action, yang intinya nyuruh audiens untuk segera bertindak (yaitu membeli).
Makanya saya nulis Action ini, Gw beli hak sewanya di tempat sini yaa.. Silakan check out! Terus saya kasih link ke halaman bakul Ahrefs-nya.
Dan saya sangat bahagia dengan fakta bahwa copy simpel ini sudah merangsang CTR sebesar 22%.
Memang nggak selalu rumus AIDA ini berhasil bikin CTR (yang gede). Kan kelihatan, rumusnya berhasil pada Story saya tentang bakul Ahrefs, tapi prestasinya nggak setinggi itu untuk Story saya tentang restoran Melayu. Bisa jadi karena hari itu yang kebanyakan nonton saya adalah kaum blogger komersial, bukan penggemar makanan.
Yang penting, yang harus saya rayakan adalah bahwa CTR-nya Story saya kemaren minimal 10%. Orang lain juga pasti bisa, asalkan mau banyak latihan copywriting di Story-nya. Karena, banyak latihan akan memperbaiki keberhasilan.
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.