Kemaren saya bikin polling di Instagram Story.
Mending mana: 1) website berisi 20.000 konten lebih, tapi keyword-nya yang mendatangkan traffic organik itu cuman 15.000 keywords doang, atau 2) website yang isinya cuman 5.000 konten aja, tapi keyword-nya yang mendatangkan traffic organik itu sampai 170.000 keywords?
Alhamdulillah 94% responden Story saya jawabnya adalah pilihan kedua. Tapi terus jadi ada seorang blogger Cirebon nanya ke saya, apakah blog yang udah berusia lama itu masih perlu cari keyword yang search volume-nya banyak?
Menurut saya sih, enggak gitu juga cara mikirnya.
Bumi kita ini punya banyak penduduk, dan tiap-tiap penduduk mengetik keyword yang banyak juga di search engine. Tapi saya sendiri nggak berminat untuk menyenangkan hati semua penduduk :))
Penyebabnya, kita ini nggak bisa menyenangkan semua orang. Karena 1) volume otak kita itu kecil meskipun massa otak kita itu padat; dan 2) waktu kita hanya 24 jam, nggak mungkin dipake seluruhnya untuk ngeblog. Harus ada beberapa jam yang dipake untuk tidur. Sebagian jam untuk masak brokoli buat anak. Sebagian jam lagi dipake buat pijet-pijet di spa.
Sebagian jam lagi dipake buat ngecengin Hyun Bin (dan berpura-pura bahwa dia bukan suaminya Yejin).
Intinya, yaa harus ada prioritas.
Saya sendiri lebih seneng ngelihat dulu, orang itu dateng ke blog saya karena apa sih? Jawabnya ya, karena artikel saya (nampaknya) bisa menjawab query yang mereka ketik di search engine. Terus saya lihat juga, setelah mereka lihat judul artikel saya di search engine itu, mereka ngeklik judulnya atau enggak?
Percayalah, 95% dari pengunjung saya itu ternyata nggak ngeklik judul artikel saya. Dilihat judulnya doang, iya. Tapi nggak diklik. Dan ini membuat saya sedih.
Saya tau dari mana kalo mereka nggak baca sampai abis? Ya dari Google Search Console.
Saya nggak diem pasrah aja dong. Saya lihat judul saya yang mana yang dapet rekomendasi di search engine, dan artikel saya itu ditawarin ke query apa? Kalau netijennya ngeklik, berarti judul saya menarik. Tapi kalau netijennya nggak ngeklik, berarti metadescription-nya harus saya ganti.
Tadinya, judulnya adalah Review Rujak Soto Bu Bariyah. Metadescription-nya adalah“Ini adalah review rujak soto Bu Bariyah. Sayurnya banyak sekali, ada kangkung, kacang panjang, tempe..”
Bisa ditebak, keyword utamanya adalah “rujak soto”.
Nah, mengganti metadescription itu juga nggak sembarang ngarang, tapi ya saya pake trik lah. Jadi di metadescription yang baru, saya juga akan masukin keywords lain, antara lain “rujak soto di Jember” dan “rujak soto babat”.
Bloggers tetangga akan terheran-heran, kenapa saya masukin keyword itu, padahal kan search volume masing-masing keywords itu kecil?!
Lalu saya akan jawab, “Karena menurut data di Search Console, ada orang-orang tertentu yang ngetik query rujak soto di Jember dan ngelihat judul artikel saya sebagai rekomendasi. Tapi karena semula di metadescription itu mereka membaca bahwa rujak soto Bu Bariyah ini dibuat oleh orang Probolinggo, akibatnya mereka tidak jadi ngeklik.”
Padahal fakta sebenarnya: Bu Bariyah memang orang Probolinggo. Tapi dia berjualan rujak soto itu di Jember. Dan dia sudah berjualan di Kalisat selama 20 tahun!
Saya dulu bikin metadescription-nya “Ini adalah review rujak soto Bu Bariyah. Sayurnya banyak sekali, ada kangkung, kacang panjang, tempe..”
Padahal queries yang diketik netijen bukan itu!
Query yang diketik netijen yang sempat melihat judul artikel rujak soto saya adalah rujak soto di Jember (ini search volume-nya 0-10), rujak soto babat (ini search volume-nya 10), sejarah rujak soto (ini search volume-nya 10 juga), dan ciri khas rujak soto (ini search volume-nya 20).
Tapi berhubung saya nggak nulis itu di dalam artikel saya, makanya artikel rujak soto saya nggak direkomendasiin oleh search engine. Lha artikelnya nggak menjawab kebutuhan netijen kok. Dan itu kesalahan saya sebagai blogger.
Jadi, apakah saya perlu cari keyword yang search volume-nya gede? Saya sih enggak. Mending saya prioritasin aja permintaan netijen kepada saya (yaitu query), meskipun keyword dalam query mereka itu search volume-nya cilik-cilik. Nanti, kalo semua query mereka sudah saya penuhi, baru saya ngurusin keyword yang search volume-nya gede.
Sebab, saya ini blogger lama, yang udah punya exposure di search engine.
Sejatinya saya memuaskan orang-orang yang sudah sempat menoleh kepada judul saya (tapi belum sempat saya penuhi kekepoannya), daripada memburu perhatian orang-orang asing yang belum tentu tertarik sama judul saya. Hihihihi.
P.S. Nggak ada penjual soto rujak bernama Bu Bariyah di Kalisat. Banyak orang bernama Bu Bariyah di Jember, tapi nggak ada Bu Bariyah yang jualan rujak soto. Contoh di atas hanya kasus fiktif.
Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Aku lagi berpikir. Ini artikel-artikel lamaku yang nggak pernah dapat perhatian pembaca kudu diapain ya biar dia bisa cemerlang dan jadi perhatian lagi.. Then aku mulai paham triknya setelah ini. Thank you, Mbak Vicky.
Ya, sama-sama..
Makdess…aku kaya ketimpuk.
hehehe.. Bolehkah kalau aku berpikir begini kak Vick.. “Karena blog kak Vick sudah memiliki memiliki ‘nama’ atau exposure di mata google, sehingga tema yang ditulis harus relate antara satu dengan yang lainnya, meski judulnya lifestyle blogger?”
Atau mending posting setiap hari dengan tema-tema random dan ini berarti riset keywordnya juga itu-itu aja..
huhu…masih mencari celah dengan yang namanya keyword ini, kak Vick.. karena gak langganan ahrefs dan hanya mengamati jetpack dengan pencarian terbanyak dari blog lendyagassi.
Terimakasih kak Vicky.
Riset keyword itu tidak selalu untuk bikin posting baru lho. Riset keyword itu juga berlaku untuk perbaiki meta description setiap posting lamanya.
Blogger yang biasanya suka perbaiki metadescription dari posting lama ini, adalah blogger yang punya plugin SEO 🙂
Kalau bloggernya tidak punya plugin SEO, dia jarang perbaikin metadescription pada postings lamanya.
Aku juga nggak langganan Ahrefs. :)) Memangnya harus ya langganan Ahrefs itu? :))
Sebentar, coba kuulang pertanyaan Lendy dulu: “(Apakah) tema yang ditulis HARUS relate antara satu dengan yang lainnya?”
Tentu saja enggak. Beberapa hari yang lalu aku nulis soal Sophia Latjuba mantu. Itu jelas nggak ada hubungannya dengan tulisan-tulisanku sebelumnya.
Aku nulis soal Sophi mantu karena.. yaa ada isu yang kutarik dari acara mantunya Sophi ini, dan aku sangat kepingin mengabadikannya untuk kesenanganku pribadi.
Karena tujuan akhir blognya vickyfahmi.com ini memang “memuat tulisan-tulisan kesenanganku pribadi”.
Kalo memang kesenengan pribadinya random, yaaa silakan aja. (Sebab yang punya blog memang orangnya agak random..)
Dan oleh karena kesenengannya random, akibatnya, riset keyword-nya juga random lah. Logikanya gitu kan?