Menurut saya, Metropolitan Golden Management yang mengelola jaringan hotel Horison ini pintar waktu mereka memutuskan untuk mengakuisisi hotel yang sebelumnya milik grup hotel Prime Plaza ini. Posisi hotel dekat Grand City Surabaya, sehingga jaringan ini punya kans besar untuk merebut massa tamu yang mengincar mall prestisius di dekat stasiun kereta api itu.
Ada apa dengan Grand City?
Kaum-kaum yang konsumtif umumnya cuman tahu bahwa Grand City itu hanya sebuah mall keren, atau lebih tepatnya just another glamorous mall. Padahal menurut saya, tidak, Grand City lebih dari itu! Ada yang lebih penting pada Grand City daripada sekedar mall-nya yang sudah bolak-balik menggelar acara keren itu (salah satunya pernah saya liput di sini), karena Grand City mengandung convention center yang sudah sering jadi lokasi event keren. Convention center-nya itu, Grand City Convex Surabaya, sudah bertahun-tahun jadi tempat konser musisi internasional (sebut saja Simple Plan, Kenny G, Michael Bolton), langganan jadi lokasi ekshibisi besar, sampai acara-acara kecil macam pameran properti atau simposium pasar modal. Para bintang tamu dalam event-event gala di Grand City pasti butuh tempat akomodasi yang dekat dengan venue, dan hotel mewah di Surabaya yang mana lagi coba yang strategis terhadap Convex itu?
Jelas hotel Horison Suites. Dari Horison Suites Hotel menuju Grand City cuman butuh jalan kaki lima menit. Dari Grand City menuju Horison Suites mungkin perlu bermobil, tapi kalau macet pun paling banter cuman perlu 10 menit. Posisi ini yang langsung menjadikan hotel ini sebagai hotel bintang 4 di Surabaya yang cukup strategis untuk semua kalangan segmen tamu.
Dan strategisnya posisi Horison ini sudah diperkirakan manajemen hotel yang bersangkutan, bahkan jauh sebelum hotel mewah di Surabaya ini dimiliki oleh jaringan hotel Horison dua bulan lalu. Sebelum Horison mengakuisisi hotel, hotel ini dimiliki oleh jaringan hotel Prime Plaza, dan nama hotelnya adalah Surabaya Plaza Hotel. Pergantian nama ini yang sering bikin bingung para konsumen yang mengincar posisi hotel ini kalau mereka sedang browsing agen hotel untuk cari hotel terbaik di Surabaya.
Kamar Besar vs Maintenance Hotel
Saya kebetulan menginap di hotel Horison Suites ini kemaren dulu bareng ayah saya. Kami mendapatkan kamar tipe Junior Suite, sebuah kamar seluas 30 m2 di lantai dua. Sebetulnya saya lebih senang kamar-kamar hotel yang berada di lantai tinggi-tinggi (karena saya orangnya rada takut kerendahan, sebab takut ketinggian itu terlalu mainstream :-p), tapi menurut resepsionis hotelnya, semua kamar tipe Junior Suite memang dialokasikan di lantai bawah.

Malam sudah menjelang ketika kami check in, dan saya langsung masuk ke kamar mandi yang muat untuk lima orang ganti pakaian bersamaan dan..bathtub. Sudah jarang banget hotel dengan bathtub di Surabaya. Saking seringnya saya keluyuran pindah hotel sana dan menclok hotel sini, saya sudah lama nggak menginap di kamar yang masih ada bathtub-nya. (Tahu sendiri kan, hampir semua hotel sekarang pakai shower doang buat kamar mandi untuk kamar-kamar tipe mediocre. :-p Dan memang membersihkannya lebih gampang ketimbang pakai bathtub. Bathtub itu lebih umum dipakai untuk kamar-kamar tipe presidential yang memang diperuntukkan buat tamu-tamu yang kepingin honeymoon. Atau lansia yang kebanyakan aset duit.)

Kamar yang kami tiduri punya dua tempat tidur double ukuran single. Saya iseng meraba bagian bawah kasur dan ternyata sangat keras buat didudukin. Pantry-nya model built-in, mengandung kulkas kecil dengan dua botol air mineral, ada pemanas air dan space-nya cukup leluasa buat saya untuk mengolah bahan bubur untuk Fidel (tahu sendiri, emak-emak yang anaknya masih bayi kayak saya ini pasti rempong dan minta pantry yang lebar). Lemari pakaian cukup lebar, bersih tanpa jamur dan saya sempat iseng main petak umpet dengan Fidel dalam lemari :-p Ada sofa bed juga yang dudukannya bisa saya bongkar-bongkar untuk arena main Fidel (dia sedang senang loncat-loncat, dan dia happy waktu dudukan sofanya saya lempar ke lantai untuk tempat dia jumpalitan).

Jendela kamar kami menghadap ke pusat perbelanjaan elektronik World Trade Center. Sedang tidak terlalu bagus untuk difoto karena gedung WTC-nya sendiri sedang bikin sayap bangunan baru, jadi pemandangannya penuh konstruksi di mana-mana.
Tapi dasar yang namanya hotel bangunan lama, tetap aja ada cacatnya buat saya. Ketika saya lagi iseng bongkar-bongkar menu room service dan ingin memesan kentang, saya mengangkat telepon kamar, tapi ternyata teleponnya nggak ada nada sambungnya. Padahal kabelnya nyambung. Saya kepingin manggil Housekeeping untuk minta sambungkan kabel telepon, tapi ayah saya sudah ketiduran di dalam kamar dan saya takut datangnya orang lain akan membangunkan beliau.
Saya kelaparan jam 10 malam dan nekat menelepon Room Service via handphone saya. Malam itu ternyata room service cuman bisa menyediakan lumpia dan pisang goreng, sedangkan menu lain nggak available (what?! Jadi untuk apa mereka sediakan buku Room Service yang menu-menunya nampak bikin lapar itu?). Saya yang sudah kelaparan pasca menyusui pun mufakat minta pesan pisang goreng, dan Room Service-nya janji mau antarkan. Saya nunggu 15 menit, 30 menit, tapi pisangnya nggak datang-datang. Pada menit ke-45 saya menelepon Room Service, dan bilang saya batalkan pisangnya karena mereka lelet ngegorengnya. Lalu Room Service bilang bahwa mereka sudah mengantar pisang itu ke kamar kami, pencet bel, tapi pintunya nggak dibuka-buka. Hah?! Mana ada orang ngebel dari tadi, lha saya sudah merana kelaparan di dalam nungguin pisang goreng??
Penasaran, saya keluar dari kamar, menutup pintu dan mencoba pencet bel kamar kami. Saya pencet-pencet berulang, sebelum akhirnya saya menggedor pintu. Lalu ayah saya keluar membuka pintu sambil menggerutu, “Belnya nggak kedengeran! Volume belnya super sangat pelan!”
Sampai besoknya kami check out, saya merasa hawa di dalam kamar ini nggak dingin. Padahal indikator AC sudah distel High. Penyakit hotel yang bangunan lama, menurut saya sih, jadi sistem AC-nya pun mungkin sudah soak. Mungkinkah teknisi-teknisi hotel ini terlalu puyeng meladeni ratusan kamar dan kesulitan mengecek temperatur kamar plus volume bel plus fungsi line telepon satu per satu?
Bersenang-senang Pagi
Saya mencoba menguji kolam renang hotel ini untuk kenyamanan Fidel. Sewaktu kami mau berenang, saya baru nyadar bahwa ternyata kolamnya nggak berada di bangunan yang sama dengan bangunan hotelnya. Hotel ini ternyata berupa kompleks, di mana bangunan pertama berisi kamar-kamar untuk tamu plus ruang-ruangan rapat, sedangkan bangunan kedua berupa fitness center plus kolam renang outdoor (sebagian bangunan ini bahkan disewa oleh kursus bahasa Inggris English First).
Ini video Fidel sedang berenang di hotel (klik gambarnya):
Kolam renangnya lumayan luas. Ada kolam khusus anak-anak yang cukup lebar juga, cuman airnya dingin. Petugasnya malah bilang bahwa kalau saya nggak nginep di hotel ini pun tetap bisa berenang di situ dengan tarif Rp 50k/orang. Dengan banyaknya bangku-bangku panjang buat berjemur, plus tempat-tempat duduk built-in dari tegel, bisalah dipakai buat pool party untuk banyak orang (kok saya jadi kepikiran pingin merayakan ulang tahun Fidel dengan berenang bareng teman-teman yah?) Dipinjamin fasilitas handuk juga, cuman handuknya nggak boleh dibawa ke kamar. Saya sendiri balik dari kolam renang sambil pakai jubah mandi. Rada risih juga sih kalau membayangkan mau balik ke kamar saya malah papasan dengan tamu-tamu yang nggak ada hubungannya dengan hotel, misalnya mau les ke EF, hahahaha..

Sarapannya di Kartini Restaurant (saya pernah cerita tentang restoran ini dalam postingan tentang Nasi Goreng Jancuk), dengan macam-macam menu. Mulai dari menu standar macam cereal, croissant, sampai chinese food sih ada. Waktu saya sarapan, di meja Indonesian food lagi disediakan soto Bandung plus bubur ayam. Yang bikin saya rada kuciwa, saya minta kursi bayi buat Fidel, ternyata sudah keduluan tamu lain. Restoran ini ternyata cuman punya kursi bayi satu biji.
Summary
Kalau meninjau lokasi hotel dekat Grand City Surabaya yang prestisius dengan mall dan convex-nya, hotel bintang 4 di Surabaya ini bagus buat menjaring tamu-tamu dari kalangan investor atau pengusaha. Dengar-dengar sih, grup hotel Horison sebetulnya sejak dulu berkonsentrasi buat dapet segmen tamu dari kalangan pemerintahan, makanya interiornya juga dipertahankan konservatif (alias kuno) dan mereka memang sengaja mengincar hotel di tengah kota Surabaya. Tapi akhir-akhir ini mereka mulai kepingin memperluas pangsa pasar ke pengunjung yang sedang liburan, dan kebetulan posisi hotel ini yang cuman lima menit dari Stasiun Gubeng sangat cocok untuk itu. Bahkan meskipun untuk tamu-tamu yang hanya kepingin menghabiskan waktu barang semalam saja di Surabaya, dan mau cari-cari mall untuk cuci mata, hotel ini juga bertetangga dengan mall Plaza Surabaya dan dekat Tunjungan Plaza Surabaya pula. Omong-omong, kalau Anda sedang nginep di sini dan bingung mau ngapain selama di Surabaya, coba cek deh menu Atraksi di Traveloka (caranya bisa niru cara yang saya jabarkan di artikel Piknik Asyik Bebas Ribet, dan Bisa Pergi BESOK!)
Staf hotelnya sih ramah-ramah dan profesional ya. Tapi kalau kepingin serius dapet simpati dari tamu-tamu yang sedang mencari hotel terbaik di Surabaya yang menyenangkan untuk berlibur (dan terutama mereka yang menginap dengan berkeluarga), mereka mesti perhatikan AC kamar dan sediakan kursi bayi yang banyak di restoran.
Booking untuk hotel ini bisa dilakukan di sini

Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Sepertinya gak recomen deh kalo kelaparan tengah malam. 😀 Beli di warung pinggir jalan aja kali ya. 😀
Malam itu, setelah dikecewakan pisang goreng yang tak kunjung datang, saya mengutus suami saya ke mall sebelah untuk belikan saya McDonald’s. Karena nggak ada warung pinggir jalan.
kabel telepon ga nyambung? kursi bayi cmn 1? duh…
Hahaha..untuk mahmud, dua poin itu penting.