Pertanyaan yang paling sering dioper kepada saya sebagai investor reksadana adalah, bagaimana saya percaya bahwa investasi pada produk reksadana itu aman? Padahal tidak selalu reksadana itu bikin untung bagi investornya. Beberapa kadang-kadang merugi.
Yang ditakutkan orang dari reksadana adalah, sudah kucurkan uang untuk beli reksadana, tapi sewaktu mau redemption, nilai uangnya malah berkurang.
Keamanan Nilai Reksadana
Berinvestasi pada reksadana memang bisa rugi. Kok bisa?
Pasalnya, investor yang merasa rugi itu memang menjual reksadana pada waktu yang salah, atau memang salah pilih jenis reksadana. Ini semestinya bisa dihindari seandainya dia mau membeli reksadana yang sesuai profil risikonya.
Profil risiko, adalah karakter manusia dalam berinvestasi. Ada profil risiko moderat cenderung konservatif, ada pula profil risiko moderat cenderung agresif.
Profil Risiko Moderat-Konservatif
Orang berprofil risiko konservatif cenderung moderat lebih baik memilih reksadana pasar uang (RDPU) atau reksadana pendapatan tetap (RDPT). Sebab, orang seperti ini akan gelisah kalau nilai investasinya turun banyak. Padahal, kalau dia sampai memilih reksadana campuran (RDC) dan reksadana saham (RDS), dia bisa sport jantung karena nilai investasi dari kedua jenis reksadana ini bisa turun banyak sekali.
Bandingkan kalau dia hanya memilih RDPU atau RDPT saja. Nilai investasi keduanya bisa turun, tetapi turunnya lebih sedikit daripada RDC/RDS. Memang kalau nilai aktiva bersih (NAB) RDPU atau RDPT ini naik, naiknya juga cenderung lambat, tapi toh risiko penurunannya memang juga sedkit (paling-paling cuma 1-2%). Akibatnya, kalau investornya ingin mencairkan reksadananya sewaktu-waktu, dan ternyata saat dicairkan itu NAB-nya sedang turun, hasil pencairan juga tidak akan beda terlalu jauh dengan nilai riil awal investasi.
Profil Risiko Moderat-Agresif
Beda ceritanya dengan orang berprofil risiko moderat cenderung agresif. Mereka lebih cocok pada RDC atau RDS yang portofolionya didominasi saham. Kita tahu sendiri bahwa nilai saham bisa naik-turun jauh setiap hari, sehingga NAB dari RDC maupun RDS pun akan naik-turun banyak mengikuti nilai saham yang dikandungnya.
Dengan karakter orang-orang moderat agresif yang punya mental risiko lebih kuat, mereka tahu bahwa suatu saat nanti NAB reksadana akan naik jauh sekali melebihi nilai modal investasinya. Sehingga orang-orang ini tidak akan buru-buru menjual reksadananya ketika NAB RDPC/RDS miliknya sedang jatuh. Di sinilah mereka menganggap bahwa berinvestasi pada RDC ataupun RDS itu aman.
Jadi, reksadana pasar uang ataupun reksadana pendapatan tetap hampir selalu akan terasa aman nilainya bagi semua tipe profil risiko investor. Tetapi, reksadana campuran atau reksadana saham bisa dipandang tidak aman, di mata investor yang moderat cenderung konservatif. Karena pada saat NAB reksadana sedang jatuh, persis ketika investor sedang butuh menjualnya, uang cairan yang didapatkan investor akan lebih sedikit daripada modal awal ketika ia membeli reksadana tersebut.
Kesimpulannya, kunci keamanan nilai investasi reksadana bergantung pada profil risiko investornya sendiri.
Gampangnya Memulai Investasi Reksadana
Pengalaman saya memulai investasi reksadana cenderung mudah. Reksadana yang bisa dibeli pada perusahaan manajer investasi, tidak selalu membuat kita mesti datang sendiri ke gedung manajernya itu. Pilih saja manajer investasi yang punya aplikasi reksadana online.
Dengan reksadana online, kita bisa membeli, top up, dan bahkan menjual reksadana, hanya dengan klak-klik di laptop kita. Prinsipnya tinggal log in, lalu memilih reksadana yang tersedia sesuai profil risiko kita, kemudian bayar secara transfer bank, dan reksadana akan langsung jadi milik kita.
Prosedurnya, kita hanya perlu mendaftarkan diri pada manajer investasi. Isi formulir, lampirkan KTP dan NPWP, tunggu sampai manajer investasi membuatkan kita rekening virtual. Baru kira resmi menjadi investor.
Selanjutnya, kita memilih reksadana mana yang mau kita beli. Biaya untuk pembelian ini akan didebet langsung dari rekening virtual kita. Dan akhirnya, reksadana resmi jadi milik kita.
Kalau kita ingin top up reksadana, cukup buka reksadana online ini. Lalu beli unit tambahannya, dan manajer investasi akan mendebet biaya yang diperlukan dari rekening virtual kita.
Bagaimana kalau ingin menjual reksadana yang kita punya? Sama, melalui reksadana online juga. Tinggal memasukkan perintah untuk redemption, lalu manajer investasinya akan mencairkan reksadana itu. Kemudian mentransfernya ke rekening bank kita dalam tempo paling lamban tujuh hari kerja.
Persyaratan dana untuk membeli reksadana sebetulnya simpel. Pilih saja manajer investasi yang membolehkan kita membeli reksadana dengan dana minimal Rp 100.000,00 saja. Saat ini banyak manajer investasi yang menawarkan reksadana saham dengan kinerja bagus-bagus dan memperbolehkan reksadana ini dibeli hanya dengan Rp 100.000,00 saja.

Gambar diambil dari artikel berita investasi.
Tips Reksadana Saya
Pada dasarnya, perjalanan tiap jenis reksadana berbeda-beda. Ada musimnya RDPU bisa stabil menghasilkan profit 1% setiap bulannya, sementara RDS cenderung jatuh karena market sedunia sedang jeblok.
Tapi ada juga musimnya ketika profit RDS cenderung lari menanjak, sementara RDPT naik dengan persentase yang stagnan.
Pertanyaannya, bagaimana caranya supaya reksadana kita tetap berprofit banyak tanpa harus khawatir nilainya jatuh akibat risiko pasar?
Belajar dari pengalaman investasi reksadana, saya lebih suka diversifikasi sejak awal beli reksadana. Prinsipnya, saya beli macam-macam reksadana dari berbeda-beda jenis. Ketika saya mau membeli reksadana secara online pada sebuah manajer investasi, saya centang satu reksadana dari kategori RDPS, centang satu reksadana dari kategori RDPT, centang satu lagi untuk RDC, dan centang satu untuk RDS. Saya tidak menggantungkan investasi saya pada satu instrumen atau lebih parah lagi, satu produk instrumen saja.
Berapa persentase alokasi dana investasi yang mesti dipakai untuk beli masing-masing reksadana? Oh, itu terserah profil risikonya.
Saya moderat agresif, contohnya saya gelontorkan 80% alokasi dana saya untuk beli RDS dan RDC, sedangkan 20%-nya lagi saya belikan RDPU.
Jika Anda cenderung konservatif dan takut risiko pasar, taruh saja 70% alokasi dana investasi untuk beli RDPU dan RDPT, sementara sisa 30%-nya Anda baktikan untuk membeli RDC. Lalu biarkan uangnya bekerja. Tunggu satu tahun kemudian, buka reksadana onlinenya, lihat reksadana mana yang ternyata profitnya lebih banyak.
Jadi kalau mau mulai investasi reksadana dengan cepat, kita bisa mulai dengan cari manajer investasi sudah membuka aplikasi reksadana online. Saat ini sudah banyak manajer investasi online begini di Indonesia, sehingga memberi peluang luas bagi masyarakat di kota-kota kecil yang ingin investasi aman tanpa mesti membuang ongkos transportasi. Semua orang jadi punya kesempatan yang sama untuk mengembangkan aset mereka.
Apakah Anda sudah berinvestasi pada reksadana melalui platform online? Kendala apa yang Anda alami ketika melakukan investasi online ini?

Vicky Laurentina adalah food blogger, sekaligus dokter dan ibu dari seorang anak. Buka halaman ini, “Tentang Vicky Laurentina” untuk tahu latar belakang Vicky, atau follow Instagram dan Twitter untuk tahu keseharian Vicky.
Meski kadang belajar reksadana, entah kenapa aku belum tertarik untuk mencoba. Mungkin terlalu konservatif, hingga lebih percaya deposito. Berdasarkan pengalaman, selama ini penghasilan dari deposito sekitar 6-8 persen per tahun. Kalau gak salah tangkap, setidaknya dari yang pernah kupelajari, penghasilan dari reksadana kayaknya sebelas dua belas dengan itu. Bedanya, investasi di reksadana bisa merugi, sementara di deposito lebih stabil.
Kalau boleh tahu, selama ini Vicky makai manajer reksadana online mana? Siapa tahu aku bisa ikut tertarik mencoba. Tengkyu sebelumnya.
Aku akan memberikan contoh ilustrasi sebagai berikut.
Reksadana itu ada bermacam-macam, antara lain reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham.
Berikut contoh kinerja reksadana saham:
Produk Sucorinvest Maxi dari Sucorinvest Asset Manajemen, mengalami kenaikan nilai sebesar 8% dalam 3 tahun terakhir.
Produk HPAM Ultima Ekuitas 1 dari Henan Putihrai Asset Management, mengalami kenaikan nilai sebesar 7% dalam 3 tahun terakhir.
Tetapi produk Dana Pratama Ekuitas dari Pratama Capital Assets Management, hanya mengalami kenaikan sampai 5% dalam kurun waktu yang sama.
Sekarang kita bandingkan dengan deposito dari BNI, BCA, dan Bank Mandiri. Dalam 3 tahun terakhir bunganya hanya antara 4,3% sampai 6%. Jadi kalau menabung dalam bentuk deposito, paling-paling keuntungannya selama 3 tahun hanya sampai 6,7%.
Jadi memang tidak selalu investasi reksadana itu lebih untung daripada deposito. Adanya keuntungan sangat bergantung kepada produk yang dipilih dan manajer aset yang memproduksi reksadananya.
Aku sekarang pakai reksadana dari manajer Sucorinvest Asset Management dan BNP Paribas Investment Partners. 🙂
Kalau tadi aku memberi contoh reksadana saham, maka sekarang aku akan memberi contoh reksadana pendapatan tetap.
Produk Bahana Ganesha Abadi dari Bahana TCW Investment Management, maupun produk Manulife Obligasi Unggulan dari Manukife Asset Management Indonesia, dalam 3 tahun terakhir memberikan kenaikan nilai sebesar 25%. Jauh lebih besar daripada keuntungan reksadana saham apalagi deposito.
Dulu pernah belajar reksadana. Katanya untuk meminimalkan resiko, kita harus tahu dana investasi mau untuk jangka panjang atau jangka pendek. Kalau mau investasi jangka pendek ya pilih yg resikonya minim seperti Reksadana pasar uang, meskipun returnnya kecil. Betul begitukah?!
RDPU menghasilkan return paling-paling 4-6%.
Tetapi kalau nilainya menurun, paling-paling juga cuma 1-2%. Ini yang disebut risiko kecil.
Jadi kalau mau investasinya dalam jangka pendek (1-2 tahun), memang lebih baik RDPU. Sebab karena risikonya kecil, tidak akan rugi-rugi amat jika nilainya sedang turun ketika dicairkan dalam 1-2 tahun saja.
Untuk minimum dana awalnya terbilang terjangkau yaa..Bisa dijangkau kalangan menengah ke bawah kalo pengen investasi. Mahasiswa bisa ya?
Mahasiswa bisa dong. Asalkan punya Rp 100.000 🙂
Terima kasih infonya mba. Daripada deposito, memang reksadana lebih menjadi pilihan saat ini ya.
Daripada deposito, reksadana ialah pilihan yang lebih baik untuk mereka yang nggak panikan lihat inflasi, Mbak. 🙂
Makasih Mba ilmunya^^ semoga kita bisa inves reksadana dengan lancar dan menguntungkan aamiin
Amien, Sandra. 🙂
ⓢ⒠ⓜ⒜ⓝ⒢ⓐ⒯ ♡ мϐä Vicky..
Belum melirik ke reksadana, soalnya dananya habis terus hihihi…
Oke, aku akan bahas pandangan Mbak Reni ini di artikel