Kisah Bunglon, Trader Saham yang Tukang Bully Notebook

Menjadi trader sekaligus blogger – dan sekaligus ibu rumah tangga – praktis bikin saya mesti gesit. Saya mesti kerja seperti bunglon; siap berubah setiap saat, sebab tantangan juga datang setiap saat.

Hidup sebagai Trader

Tentang pekerjaan saya sebagai trader saham sudah bolak-balik saya ceritakan di blog ini. Saya mesti siap membeli saham yang bagus, dan pada saat yang bersamaan, saya juga mesti siap menjual saham yang jelek.

Contoh gres dari cara beli saham online yang saya lakukan berikut ini terjadi minggu lalu, ketika Donald Trump menang pemilu. Semua orang takut Trump mau monopoli, sehingga investor pasar modal jadi kalut. Maka harga saham pun berjatuhan.

Tetapi ada beberapa saham malah jadi naik harga. Saham PT Matahari Department Store ($LPPF) misalnya, mendadak jadi diminati banyak investor lantaran perusahaan itu punya banyak piutang berbentuk dolar. Membeli saham yang satu ini jadi must-do list, termasuk buat saya. Maka saya pun menuliskan rencana saya pada Evernote untuk membeli $LPPF.

Persoalannya, saya nggak sudi dong beli saham ini di harga tinggi, padahal saya tahu bahwa kans saya untuk mendapatkan saham ini besar. Sebab, di aplikasi Chart Nexus nampak indikator Community Channel Index dan Relative Strength Index terhadap $LPPF sudah oversold, artinya sebentar lagi para pemilik $LPPF yang lama tidak akan mau menjual saham ini. Untuk tahu berapa perkiraan harga yang pas untuk membeli, saya melihat pada Chart Nexus dengan menarik garis support dan resistance berdasarkan Fibonacci retracement.

Dari situ, saya dapat petunjuk bahwa para pemilik $LPPF ingin menjualnya di antara harga Rp 14.600,- sampai Rp 14.900,-/lembar. Maka saya memulai hari Senin saya dengan membuka aplikasi online trading saham untuk menawar membeli $LPPF di harga Rp 14.600,-.

Hidup sebagai Blogger

Pada saat bersamaan ini, saya sedang mengoptimasi salah satu artikel teranyar di blog saya yang berjudul Aura Awet Muda yang Menular. Artikel ini sebetulnya merupakan produk dari hobi saya menulis semenjak kecil, dan tulisan ini merupakan curhatan saya tentang keluarga saya.

Saya sudah senang menulis lama sekali, dan topik favorit saya sebetulnya adalah kegiatan saya dan keluarga saya. Rasanya menulis itu seperti menumpahkan beban pikiran. Tetapi saya nggak cuma menulis asal-asalan semau saya. Saya selalu penasaran dalam hati untuk bikin buah pikiran saya jadi inspirasi untuk orang lain.

Makanya saya senang blogging. Dengan blogging, orang lain bisa membaca tulisan saya dan mengomentarinya. Saya selalu mencermati komentar yang masuk, menilai apakah pembaca itu bisa terinspirasi tulisan saya atau enggak. Kalau saya mendapatkan persepsi bahwa pembacanya cuma komentar asbun, saya anggap itu kegagalan saya menginspirasi pembaca.

Untuk membuat artikel Aura Awet Muda yang Menular ini, saya bikin riset dulu. Saya pilih isu awet muda karena Keyword Planner menunjukkan bahwa sekitar 1.000-10.000 orang mengetik cara awet muda di Google setiap bulannya, tapi hanya sedikit orang yang memperoleh hasil signifikan.

Supaya tulisan saya ditemukan oleh pembaca yang membutuhkan, saya pun mengoptimasi artikel saya. Mengedit naskah aslinya dengan menyelipkan keyword yang pas. Mengoptimasi file gambar dengan menyisipkan keyword. Sampai memasang backlink pada website-website yang potensial untuk mengirimkan traffic. Saya memasang target dalam tempo tiga bulan, artikel ini ada di halaman 1 Google Search untuk pencarian klausa awet muda pada seluruh halaman Google Indonesia.

Iya, menjadi blogger memang ribet ketika hobi sudah menghasilkan ambisi jadi penguasa Page One SERP.

Sering Switch untuk Multitasker

Kerjaan saya mengoptimasi artikel-artikel di blog seringkali berjalan bersamaan dengan aktivitas trading saya. Yang sering terjadi, sambil menunggu saham incaran saya menyentuh harga yang saya inginkan, saya membuka aplikasi Chrome dan mengedit blog saya.

Browser itu saya bully, karena seringkali saya membuka banyak halaman bersamaan: 1) Halaman dashboard www.vickyfahmi.com, 2) halaman Google Keep (untuk mencatat ide-ide yang tiba-tiba datang secara pop up ketka saya menulis), 3) halaman Google Search Images (untuk mencari foto yang relevan dengan tulisan), 4) halaman Keyword Planner (untuk mengetahui keyword yang paling sering dicari orang), 5) halaman Facebook (untuk share artikel), 6) halaman Trendsmap (untuk cari hashtag populer yang bisa ditebengi jika mau share di Twitter).

Sering, sejam sekali saya berhenti ngeblog sejenak karena saya switch ke aplikasi trading untuk memantau apa yang terjadi di bursa saham: apakah saham yang saya incar sudah terbeli menurut harga yang saya inginkan. Saya juga membuka aplikasi Chrome untuk membuka satu halaman lagi, yaitu Yahoo Finance, untuk memantau grafik volume minat pasar terhadap saham incaran. Jika volume pasar menunjukkan minat jual yang besar, maka saya akan mempertahankan harga yang saya ajukan. Tapi kalau pasar menunjukkan minat jual yang kecil, maka saya terpaksa mengalah dan menaikkan tawaran harga untuk membeli saham itu.

Bisa dibayangkan, dalam saat yang sama, saya pun bisa membuka banyak aplikasi bersamaan: aplikasi online trading, aplikasi analisa teknikal Chart Nexus, dan aplikasi browser Chrome yang membuka minimal tujuh halaman sekaligus. Sebetulnya kerjaan ini cukup menguras motherboard laptop saya, dan menguras baterai juga, tentunya 😀

Dan pekerjaan ini tidak selalu saya kerjakan di rumah. Seringkali saya harus bepergian, dan dalam keadaan liburan pun, blogging malah makin gencar. Dan trading juga tetap jalan (karena bursa saham kan memang nggak pernah libur). Untuk mengakomodasi kerjaan aktivitas ini, saya tentu bawa laptop. Dan semakin portable laptopnya, semakin nyaman kerjanya.

cara beli saham online
Ini adalah saya sedang bekerja dengan laptop, melakukan blogging dan trading saham sekaligus.
Window sebelah kiri pada laptop saya adalah editan artikel saya.
Sedangkan window sebelah kanan adalah grafik saham yang sedang saya analisa untuk saya tentukan mau dibeli atau tidak.

Sebetulnya manusia bunglon kayak saya ini bejibun. Kebanyakan teman saya yang trader juga masih part time trader. Mereka punya kerjaan lain, entah itu jadi pegawai tetap suatu kantor ataupun wiraswasta juga seperti saya. Ada teman saya yang semenit jadi trader, semenit kemudian jadi pengebor minyak. Ada yang sebentar jadi trader, lima menit kemudian jadi dokter gigi. Ada juga yang trading saham sambil buka usaha desain kartu nama.

Tapi biarpun pekerjaan sampingan kami beda-beda, semuanya sama-sama mengawasi portofolio masing-masing tiap pergantian sesi trading (untung nggak? Rugi nggak?). Sama-sama berdoa semoga IHSG nggak jatuh ke bawah 5.000 lagi. Sama-sama ngamuk ketika Trump menang pemilu, karena gara-gara itu, portofolio kami jadi rugi semua, hahahaha..

 

Apakah Anda juga pekerja bunglon seperti saya, yang mendapat penghasilan dari profesi dan hobi sekaligus? Cerita dong..

Semua foto diri saya oleh Eddy Fahmi.

 

24 comments

  1. ninda says:

    browser kalau dibully bakalan kuat aja kalau laptopnya juga kuat sih mbak
    saya masih pakai laptop lama karena masih oke sampek sekarang jadi belum ganti
    hm lumayan menyesali kenapa dulu pas ngantor nggak beli macbook sekalian tapi waktu ngantor juga belum butuh laptop pribadi karena dibeliin kantor

    oh ya mbak vic kurusan kayaknya ya 😮

      1. Ninda says:

        Lebih compatible sama ponselku sih soalnya mbak. Kalau dari segi pemakaian memang enakan yg basic windows. Krn gaperlu ribet kalau harus ngerjain project bareng misalnya. Pengalaman pake macbook memang ribet tp cm dia yg memahami hapeku hahaha *knapa jd lebay

  2. Ian says:

    Mirip2 mba dengan saya. Saya mengurus perusahaan IT (finance, sales), programming web, trading saham (10% portofolio) dan juga invest saham.

    1. Vicky Laurentina ( User Karma: 0 ) says:

      Mengerjakan sales job dengan finance job sepertinya ruwet ya? Di satu sisi harus mendatangkan penjualan yang banyak, dan di sisi lain pada waktu bersamaan harus mengontrol supaya pengeluaran perusahaan tidak sampai berlebihan 🙂

Tinggalkan komentar